*5

Namun, saat itu dia sadar kalau ada yang salah dengan perempuan yang baru dia temui ini. Laki-laki yang bernama Dirly itu pun langsung menghampiri Amelia dengan langkah besar.

"Hei, mbak! Kamu salah jalan lho. Kamar mandi tidak di arah sana. Tapi di arah sana," ucap Dirly sambil mengarahkan telunjuk ke arah yang berlawanan.

Sontak saja, Amelia yang memang tidak tahu arah kamar mandi langsung menghentikan langkah kakinya karena ucapan Dirly barusan.

Sejujurnya, antara percaya dan tak percaya yang sedang Amelia rasakan sekarang.

Ingin percaya, tapi takut dibohongi. Tapi, jika tidak dipercaya, takutnya apa yang Dirly katakan itu benar. Kebetulan, dia memang sangat-sangat butuh kamar mandi itu sekarang.

"Benarkah apa yang kamu katakan barusan itu? Jangan bohong, apa lagi main-main dengan aku. Jika tidak, kamu akan terima akibatnya."

"Lah, sudah di tolongin malah gak percaya. Ya terserah."

"Ya sudah kalo gitu. Aku akan mempercayai kamu. Tapi jika kamu bohong, atau ngerjain aku, aku bikin sengsara kamu."

"Ya Tuhan, galaknya kamu. Takut aku sama kamu."

"Oh ya, butuh bantuan aku buat nunjukin jalan supaya gak nyasar gak? Kebetulan, aku sedang berbaik hati sekarang."

"Gak perlu. Jangan sok akrab kamu sama aku. Kita gak saling kenal, jadi aman aku tahu apa maksud tersembunyi dari kebaikan yang kamu berikan."

"Ya Tuhan, kamu adalah orang pertama yang benar-benar bikin aku pusing dalam waktu hitungan menit, tahu gak? Untung kamu perempuan. Jika tidak .... "

"Apa!"

"Ah, ya sudahlah. Terserah kamu aja kalo gitu. Oh ya, kamar mandinya nanti belok kiri. Semoga gak salah jalan," ucap Dirly sambil menghentikan langkah kakinya.

Amelia tidak menjawab lagi. Dia langsung melanjutkan langkah menuju tempat yang Dirly katakan. Sedikit rasa ragu tentunya, tapi, dia masih berusaha buat percaya. Dan ... iya, itu kamar mandi yang Dirly katakan. Amelia menemukan keberadaannya berkat bantuan Dirly. Laki-laki asing yang sebelumnya telah membuat hatinya merasa kesal.

Sementara itu, Anggun yang sedang berada di taman, sudah bertemu dengan Dion. Dion yang ternyata sudah sampai duluan ke taman tersebut, menanti kedatangan Amel sejak sepuluh menit yang lalu.

"Mm ... tuan muda Dion, sahabat saya sedang ada urusan sebentar. Maaf ya, udah bikin tuan muda menunggu sedikit lama," ucap Anggun bicara dengan nada bersalah.

"Gak papa."

"Itu ... tuan muda .... "

'Aduh ... apa yang harus aku bicarakan dengan tuan muda ini, ya? Ya ampun, Mel .... Apa sih kamu lakukan sampai lama banget seperti ini?'

Anggun bicara dalam hati dengan perasaan yang cukup resah.

"Jika tidak punya kata yang ingin diucapkan, maka lebih baik diam saja. Tunggu saja sahabatmu itu datang," ucap Dion dengan santai.

"Ah, iy--iya. Ba--baiklah. Kita tunggu Amel datang saja."

Dua puluh menit menanti. Akhirnya, Amelia datang juga. Untung saja dia ingat baju yang Anggun pakai, jika tidak, urusannya akan lama.

"Ah, ya ampun, maafkan aku yang telah membuat kalian menanti begitu lama. Aku ... Amelia," ucap Amel sambil mengulur tangan buat bersalaman dengan Dion.

"Dion." Singkat, padat, jelas, dan ... terkesan sangat cuek. Hal yang sungguh sangat membosankan buat Amelia tentunya.

Dia yang tidak suka dengan tipe laki-laki cuek dan dingin, tentu saja langsung drop dan kehilangan semangat saat berhadapan dengan tuan muda Prayoga ini. Kalo urusan ganteng, tuan muda ini sudah bisa di katakan, cukup ganteng lah. Namun, lebih ganteng beberapa kali lipat pemuda yang dia temui tanpa sengaja tadi dari tuan muda ini.

"Hei! Kamu abis ke mana aja sih tadi, Mel? Pergi kok lama banget." Anggun berucap dengan suara pelan pada Amelia.

"Aku habis nyari kamar mandi. Terus, nyari kamu itu lama banget. Gak nemu-nemu. Untuk aja aku ingat sama baju yang kamu pakai. Jika tidak ... ah, mungkin aku akan muter semalaman buat nyariin kamu."

"Lah, kok gak hubungi aja sih?"

"Mau menghubungi kamu pakai apa? Lewat angin? Sayangnya gak bisa. Orang ponsel aku ada pada kamu kok."

"Eh, iya. Aku lupa."

"Ehem." Dion memberi kode karena dia diabaikan oleh kedua perempuan yang ada di sekitarnya.

Keduanya pun sama-sama nyengir gak enak akibat kode itu. Maklum, perempuan kalo sedang berceloteh itu jadinya lupa sama sekeliling.

"Mm maaf, tuan muda. Oh iya, tuan muda ... datang sendirian aja ya?" tanya Amel mencoba membuka pembicaraan kembali.

"Iya. Sendiri aja. Emang harus sama siapa lagi datangnya? Sama mama papa? Atau ... satu keluarga datang semua biar rame?"

Ucapan bernada kesal itu langsung membuat Amelia semakin tidak tertarik dengan yang namanya tuan muda keluarga Prayoga. Dia melirik Anggun dengan lirikan kesal, yang langsung bisa Anggun pahami saat itu juga.

"Mm ... maafkan sahabat saya, tuan muda. Dia mungkin juga sama seperti tuan muda. Sama-sama tidak tahu bagaimana cara memulai obrolan. Kalau begitu, sebaiknya kalian berdua ngobrol sambil jalan-jalan saja. Biar lebih santai lagi nantinya."

"Aku tidak setuju. Diam di sini saja lebih baik dari pada jalan berdua. Bukannya jadi santai, tapi akan semakin membuat bingung nantinya," ucap Amelia berucap cepat menolak gagasan yang sahabatnya utarakan.

"Aku juga tidak setuju. Mana mungkin jalan bisa bikin santai. Yang ada, tambah bikin rumit nantinya."

Anggun terdiam sambil melihat ke arah keduanya secara bergantian. Hatinya mengatakan sesuatu sambil terus melihat dua anak manusia itu.

'Ah ... ya ampun, aku rasa mereka adalah pasangan yang serasi. Sama-sama egois dan sama-sama minim pengetahuan asmara. Bukankah itu namanya pasangan serasi?'

'Tapi ... apa iya ini yang namanya pasangan serasi? Bukannya baik-baik saja dan bahagia, mereka malah akan semakin tersiksa akibat rasa egois yang tinggi yang mereka berdua miliki. Hadeh .... Kapan kamu bebaskan aku dari beban hidup ini, Mel-Mel? Dari dahulu sampai sekarang, sama aja kamu ini.'

Anggun sontak langsung menepuk jidatnya. Membuat dirinya jadi pusat perhatian kedua calon pasangan yang sedang dia usahakan supaya bisa dekat dan jadi pasangan seutuhnya.

"Kamu kenapa, Gun? Ada yang salah sekarang?"

"Tentu saja ada, Mel. Kalian berdua ini sebenarnya pasangan yang gimana sih? Udah ketemuan pertama ajak aku. Lah saat aku kasi saran, kalian begitu kompak buat nolak saran yang aku berikan. Nah ... itu namanya kalian satu hati. Hanya tinggal asah lagi aja supaya benar-benar cocok."

"Asah? Apa yang mau diasah sih?" Dion bertanya karena merasa cukup bingung.

"Tidak ada yang perlu di asah, tuan muda. Anggap saja sahabatku ini salah bicara barusan. Oh ya, karena tidak ada yang bisa kita bicarakan lagi sekarang, maka kita akhiri saja pertemuan ini sampai di sini. Semoga ada waktu lain waktu buat bertemu lagi," ucap Amelia sambil tersenyum kecil yang terlihat cukup dipaksakan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!