Kisah sebelumnya : Berta teman kantor aku memberikan roti keju buat aku yang sengaja dia beli untuk aku.
Aku duduk di taman kantor pada jam istirahat. Aku duduk santai dengan Berta teman aku di taman kantor.
...***...
Maya POV 🌙
Aku Maya, aku masih duduk di kantor bersama Berta teman aku yang baik dan suka belikan aku roti keju.
"Makanlah roti keju itu sebelum kadaluarsa. Roti keju itu enak kok." kata Berta padaku.
Aku mengecek Roti Keju itu mencari tanggal kadaluarsa nya. Masih lama tapi aku jadi tidak enak di buatnya.
"Berta, kamu sengaja beli roti mendekati kadaluarsa ini buat aku? Coba lihat punya kamu?"
Kau meminta foto cokelat milik Berta yang bungkusnya masih terlihat baru. Berta seperti sengaja mengerjai aku. Aku melihatnya tidak suka.
"Kamu mengerjai aku Berta?"
Aku melihat Berta kesal. Mata aku mulai melotot. Aku tidak suka sikap Berta yang seperti itu. Aku tidak mau Berta membeli roti yang buat perut aku sakit nantinya.
"Tidak Maya, Roti keju itu memang tinggal satu dan aku tau kalau kamu tidak suka sama roti cokelat." ucapnya padaku.
Aku langsung membuang roti yang sedang aku kunyah di dalam mulut aku. Kau langsing pergi ke toilet dan langsing berkumur-kumur.
Tuhan, semoga aku bisa sehat dan tidak sakit perut karena roti ini. Stelah berkumur, aku langsung pergi ke Berta dan aku lihat dia sudah pergi. Aku menahan napas lesu. Aku tau Berta sengaja berbuat tidak baik padaku.
Aku melihat arloji di pergelangan tangan aku. Sudah pukul 10.00 wib. Saatnya aku masuk kantor dan bekerja lagi seperti biasa.
Saat aku akan masuk kantor aku bersinggungan dengan Aldi anak Pak Doni. Dia lewat di depan aku dengan baik parfum yang khas. Aku tidak berani mencium bau parfum itu karen asli tidak mau di buat jatuh cinta okeh bau parfum itu yang nantinya aku tidak akan bisa lupa wajah di Aldi Nugraha anak Pak Doni.
Aku tersenyum sendiri sambil duduk. Tapi ingatan aku mengarah ke kalimat aku sendiri yang aku ucapkan di depan Berta.
"Aku lebih suka Pak Doni yang kelihatan bijak."
Aku masih ingat kalimat itu dan aku jadi diam. Aku terjebak pada alasan aku sendiri di mana aku harus mau mencintai Bapak - Bapak kepala Empat seperti Pak Doni.
Aku perhatikan Berta sudah mulai mengetik dengan mengerjakan sesuatu di mejanya. Dia tidak meminta maaf padaku.
Aku kembali menyelesaikan File di meja. Tidak ada seorang pun yang datang menyapaku cuma beberapa kali aku lihat Aldi seliweran di depan aku yang buat aku tertawa sendiri. Cowok ganteng itu rupanya suka mengaca di depan aku.
"Berta!" Pak Doni memanggil Berta.
"Iya Pak!" jawab Berta tegas! Perempuan itu selalu sigap dalam bertindak.
Aku jadi cemburu di buatnya. Aku jadi kesal di buatnya. Berta pergi melangkah ke arah kantor Pak Doni yang di situ sudah ada Aldi yang sedang menunggui Pak Doni Bapaknya.
Berta tidak balik ke meja ruangannya. Berta tetap berada di kantor Pak Doni. Dia menemani Aldi yang di tinggal oleh Pak Doni keluar.
Satu jam usai. Aku masih melihat Berta duduk sambil menemani Aldi. Apk Doni sudah keluar dari tadi. Aku lalu coba jalan - jalan ke kantor Pak Doni untuk menemui Berta.
"Permisi..!" kataku ke Berta yang di lihat oleh Aldi. Dia menoleh ke arahku sebentar lalu fokus lagi ke data yang tergeletak di atas meja.
"Iya, Maya ada apa?" tanya Berta padaku sambil tersenyum ke arahku. Aku tau kalau Berta suka sekali ke Aldi. Laki-laki brondong seperti Aldi adalah laki-laki tipe cowok Berta banget.
Aku menahan napas yang terasa sesak di dada. Bukan untuk merebut Aldi dari tangan Berta tapi aku merasa cemburu di depan Berta teman aku sendiri. Kenapa bukan aku yang bernasib seperti Berta. Kenapa Aldi mau di temani oleh cewek seperti Berta?
Aku masih mencoba untuk bersabar. Kau tidak mau gegabah dan terbawa emosi sesaat yang bisa buat semuanya kacau.
"Ada apa Maya? Kamu mencari sesuatu?"
"Iya,aku perlu gunting." kataku beralasan.
Aku tau kalau aku tidak begitu berarti di depan Aldi dan Berta yang sedang bekerja berdua di ruangan nya Pak Aldi itu. Aku segera keluar dan balik ke kursi tempat aku bekerja.
Aku menghembuskan napas lesu. Kau tidak konsen lagi bekerja. Tapi setelah beberapa menit Berta datang menemui aku. Dia bilang padaku,
"Maya, tolong kamu temani Aldi dulu. Kau masih mau ke toilet." kata Berta padaku. Aku tidak tau apakah itu sekedar alasan yang keluar dari mulut Berta atau itu adalah pancingan buat aku atau sebuah keberuntungan saja?
"Oke, tapi kamu mau balik lagi kan ke ruangannya Pak Doni?"
"Tidak, kamu temani dulu si Aldi. Dia repot banget untuk bisa mengerti Akuntansi. Kamu bantu dia ya!"
Apa? Bantu Aldi untuk ilmu akuntansi yang sama sekali aku tidak paham. Tidak, aku tidak mau. Kau tidak bisa Berta!
"Berta! akuntansi bukanlah pekerjaan aku. Aku tidak bisa menemani Aldi dengan alasan itu. Kalau dengan alasan yang lain aku bisa!" ucapku ke Berta tanpa berharap bisa bertemu Aldi di ruangan itu.
"Tidak perlu kamu ajak perempuan itu Berta. Aku bisa menyelesaikannya sendiri di rumah. Sekarang aku ijin pulang. Bilang ke Bapak kalau aku pulang duluan!"
Aldi langsung pergi dari ruangan kantor dan berlalu dengan membawa tas hitam persegi yang dia sandang di lengan kanannya.
Aku dan Berta jadi salah tingkah. "Duh, bagaimana Nih, si Aldi sudah kesal nih sama kita..?" ucapku langsung ke Berta.
"Tidak begitu ceritanya Maya. Semuanya masih dalam rangka permulaan. Tidak ada yang bisa di harapkan dengan laki-laki seperti Aldi itu. Aku tau siapa dia sekarang."
Berta seperti menyepelekan Aldi yang anak seorang Bos di kantor itu.
"Aldo tak ubahnya seperti anak kecil yang di jadikan umpan di sini oleh Pak Doni. Aldo adalah sarang lebah buat aku dan kamu. Tinggal kitanya saja bisa menjaga Aldi dengan baik apa tidak." jelas Berta padaku.
Kau jadi berpikir apakah jalan pikiran aku ini salah atau benar. Yang pasti Berta tidak suka sama Aldi beda dengan aku yang memakluminya.
"Berta, sebaiknya kita urus kerjaan kita dulu. Aldi buat kita urus nanti saja." lanjut aku ke Berta.
Berta lalu berbalik ke kursi kerjanya. Sikap Berta barusan menurut aku terlalu jahat, terlalu naif untuk seorang Aldi yang di bawah umur. Tidak sepantasnya Berta bersikap seperti itu ke Aldi.
Aku tau, Aldi bukanlah orang sembarangan. Dia adalah putra satu - satunya Pak Doni yang kuliah di UI Jakarta Pusat. Menurut aku Aldi perlu sedikit dorongan ilmu dari aku atau Berta itu saja.
Tinggal kita bisa apa tidak menjaga Aldi di kantor. Karena bisa jadi Aldi adalah pekerjaan buat perempuan seperti aku dan Berta. Kamu tau maksud aku?
Tanpa merendahkan martabat aku sebagai seorang perempuan atau sebagai pelacur di kantor itu. Kantor Aliyas.
Jam sudah menunjukkan pukul 12.00 wib. Kurang satu jam lagi aku diam dan bekerja di kantor itu. Pak Aldi rupanya balik ke kantor dan langsung bertanya anaknya, Aldi.
"Aldi ke mana..?" tanya Pak Doni ke Berta.
"Eh, Aldi barusan pulang Pak. Dia pulang duluan. Dia menyuruh aku untuk menyampaikannya ke Bapak." jelas Berta ke Pak Doni.
Lagi - lagi Berta yang harus berhadapan dengan Pak Doni. Dan itu menambah keyakinan aku kalau kepercayaan Pak Doni ke Berta kian bertambah.
"Kenapa kamu tidak langsung hubungi aku? Doni pasti naik ojek untuk bisa pulang." kata Pak Doni dengan nada kecewa.
Aku jadi terperangah. Jadi, Pak Doni tidak rela anaknya yang ganteng dan disiplin berpakaian itu naik ojek gara - gara Bapaknya sedang pergi keluar untuk urusan penting?
Tuhan, matilah aku yang membiarkan Aldi tadi pergi duluan.
"Biar aku susul Pak si Aldi?!" kataku ke Pak Doni. Masih saja aku berharap bisa di percaya oleh Pak Doni. Padahal Berta lah yang di suruh Pak Doni untuk menyusul Aldi ke rumahnya.
"Kamu susul Aldi ke rumah, bawa laptop nya ke mari!"
"Baik Pak!"
Beruntunglah aku karena aku di ajak oleh Berta untuk bisa ikut ke rumah Pak Doni yang megah itu. Dengan keperluan untuk mengambil Laptop milik Aldi putra kesayangannya.
Kenapa Pak Doni tidak kepikiran sama Laptop yang di tergeletak di meja aku ya? Mungkin dia lupa, atau mungkin laptop yang di bawa Aldi lebih penting.
Aku dan Berta pergi berdua dengan mengendarai sepeda motor. Kamu berdua menuju ke rumah Pak Doni yang megah. Di sana terdapat taman yang luas dan rumput yang menghijau.
"Kamu tunggu di sini dulu, biar aku yang bertemu sama Aldi."
"Baik."
Berta menyuruh aku untuk menunggui sepeda motornya di depan pintu pagar rumah Aldi. Tuhan,rumahnya besar sekali. Tapi sayang, aku tidak bisa bertemu Aldi siang itu.
Aku masih menunggu Berta untuk beberapa lama. Sekitar sepuluh menit. Taukah kamu apa yang di lakukan oleh Berta di dalam?
Aku di buatnya penasaran!
Aku melihat Berta keluar dari rumah itu sambil memperbaiki hijab yang menutupinya dan melihat aku dengan tatapan aneh. Berta dengan hijab cokelat kudanya datang padaku dengan membawa laptop biru milik Aldi.
Berta berjalan ke arah aku dengan cepat. "Kenapa kamu terburu-buru..?" tanyaku ke Berta langsung dari balik pagar.
"Tidak apa. Kita langsung pergi saja,!"
"Kenapa?" tanyaku penasaran.
Berta seperti orang ketakutan. Aku langsung berbalik dan langsung memegang kendali setor motor. Aku harus cepat-cepat pergi dari rumah itu sebelum terjadi sesuatu.
Aku menyetir motor dalam keadaan tidak tenang. Sumpah! Kenapa Berta bersikap seperti itu? Seakan-akan Berta sudah bertemu dengan seorang penjahat yang ingin membunuh dia.
Sambil menyetir aku tanya Berta. "Berta, sebenarnya ada apa?"
"Aku takut Maya!"
"Maksudnya?"
"Tadi Aldi mencium aku di kamarnya! Dia mencoba untuk memperkosa aku!"
"Benarkah!" Aku heran sekali. Kenapa bisa Aldi seperti itu ke Berta?
"Kenapa Bisa? Paling kamu mencoba untuk menggoda Aldi ya?"
"Tidak Maya! Aku tidak serendah itu! Aldi yang pertama kali mengganggu aku di ruang tengah rumahnya! Heran! Padahal muka Aldi sebelumnya biasa - biasa saja!" jelas Berta padaku.
Aku cuma bisa diam dan tak bisa berbuat apa-apa. Aku tidak tau harus bilang apa lagi ke Berta.
"Kamu yang sabar Ya Berta!" ucapku ke Berta. "Aku akan adukan hal ini ke Pak Doni biar dia tau!"
"Tidak perlu. Masalah ini jangan sampai ada yang tau! Bisa gawat nanti!" kata Berta lanjut padaku.
Aku masih menahan napas dan berpikir. Meski aku sebenarnya tidak suka mendengar kabar itu. Aku sama sekali tidak mendukung Berta untuk bisa bertemu Aldi lagi. Aku tidak mau teman aku yang satu itu di perkosa nantinya!
"Berta kamu tidak apa - apa kan?" kataku sambil melihat Berta ke belakang.
"Iya, tidak apa. Aku masih baik-baik saja. Untung saja aku masih bisa tahan tadi. Aku hampir saja memecahkan perabot rumahnya tadi!" kata Berta padaku.
Dan tanpa sengaja fokus mataku tidak seimbang. Motor itu menabrak truk yang ada di depan aku. Aku oleng dan langsung jatuh terkapar di aspal.
Aku menjerit, "Berta!" Aku dan Berta kecelakaan di tengah jalan raya itu. Aku melihat Berta masih bergerak dengan menahan luka di beberapa bagian tubuhnya. Ada bercak darah yang keluar dari mulutnya. Dan aku kalap.
Aku tidak tau apa yang terjadi setelahnya. Setelah aku sadar, aku telah berada di rumah sakit. Tapi aku tidak minat Berta. Aku melihat Pak Doni dan Aldi ada di situ.
"Maya, kamu sudah siuman Nak..?" Pak Doni bicara padaku.
"Pak Doni, Berta mana..?"
"Berta sekarang ada di UGD. Dia sedang di rawat di ruangan itu. Berta mengalami cidera di bagian kepalanya. Bapak sebanyak lagi akan lihat Berta di sana. Kamu akan di temani oleh Aldi di sini." jelas Pak Doni padaku.
Aku masih merasa sakit di sekujur tubuh. Aku tidak tahan mengingat Berta yang sekarang sedang di rawat di UGD.
"Pak Doni, tolong cepat Pak Doni lihat Berta! Aku tidak mau kehilangan dia Pak Doni!" ucapku ke Pak Doni.
"Pak Doni harus selamatkan Berta dari bahaya!"
"Iya Maya, aku akan ke sana, Aldi tolong jaga Maya di sini!" Pak Doni menyuruh Aldi untuk menjaga aku di kamar rumah sakit umum itu.
Kau masih ingat kalau sebelum kecelakaan, Berta sempat bilang kalau Aldi adalah penyebab pertama Berta ketakutan waktu itu di atas sepeda motor yang aku setir waktu itu.
Salahnya aku juga yang tidak fokus menyetir tadi. Aldi lalu berbicara padaku tanpa melihat ke arah aku.
"Kenapa tadi bisa kecelakaan..?"
Aku diam tidak menjawab. Aku masih kesal sama orang itu. Karena cerita itu aku jadi tidak fokus menyetir tadi. Aku paling trauma sama yang namanya perkosaan. Dan itu hampir terjadi sama teman aku.
Dan sekarang, aku sudah berhadapan dengan orang yang telah berani ingin memperkosa Berta. Teman aku.
To Be Continue.
[Maaf kalau terdapat Typo.]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments