Chapter 2 : Dalam tidur lelapku

Maya POV 🌙

Aku bangun dari tidur lelapku. Di kamar aku tanh gelap dengan kipas angin yang sedikit berhembus. Aku menghembuskan napas lesu.

Cobaan apa lagi yang akan aku hadapi saat ini. Aku melihat hp jam menunjukkan pukul 18.00 Wib.

Sedikit ingatan untuk orang yang aku kenal. Ingatan tentang laki - laki itu ada di benak aku. Aku menepisnya karena aku masih sayang sama satu orang di masa laluku.

Aku mencoba untuk menahan tubuhku yang tidak kuat aku bawa untuk bangun sambil berusaha untuk bisa menguatkan aku untuk bangkit dari tempat tidur aku.

Telepon dari Papa terdengar dari handphone. Aku langsung mengangkatnya. "Iya, ada apa Papa..?"

"Kamu apa kabar, apakah kabar kamu baik - baik saja..?"

Papa adalah laki-laki yang baik. Yang tidak sekali pun aku melanggar keputusan dia atau perintahnya.

"Kabar aku baik - baik saja Pa!" aku bicara pelan di ponsel ke Papa. Aku tidak tau keperluan Papa apa. Aku sebenarnya malas untuk bicara sehabis tidur. Papa tidak tau kalau aku bangun tidur.

"Sudah menemukan pekerjaan..?"

"Belum Pa. Aku masih belum menemukan pekerjaan. Aku masih diam di rumah tanpa harus bekerja. Aku masih malas untuk menghubungi bos aku."

Saat menjelaskan nama bos di ujung ponsel, aku langsung ingat akan bos aku Doni yang menurut aku perlu di konfirmasi. Siapa tau aku bisa masuk kantor besok.

Sebenarnya aku tidak begitu suka bekerja sama Bos.

"Ya sudah, Papa harap kamu bisa segera bekerja. Papa tidak bisa tenang di sini, memikirkan kamu terus!"

"Tenang saja Papa. Semuanya akan baik-baik saja. Aku di sini aman kok."

"Nanti kalau ada apa-apa, kamu langsung bilang ke Papa." kata Papa padaku.

"Iya, aku pasti akan telepon Papa."

"Baik, Dada sayangku."

"Dada Papa."

Aku menutup ujung ponselku yang telah lama aku beli. Sekitar satu tahun lamanya. Kini aku siap-siap untuk mandi. Aku masih bernapas untuk menenangkan diriku.

Aku mulai melepas pakaian aku dan mulai memakai handuk. Warna handuk itu merah muda alias pink. Aku masih siap-siap untuk mandi dan akan masuk ke dalam kamar mandi. Bak mandi yang ada di dalam kamar itu tidak terisi air.

Aku lupa untuk membersihkan rumah aku yang baru. Rumah kontrakan yang aku tempati sekarang. Biayanya cukup mahal. Aku harus bayar lima belas juga juta.

Aku harus dapat uang dari mana? Aku masih ragu untuk masuk ke kamar itu. Untunglah aku masih perawan. Aku masih bisa menjaga kesucian aku sampai sekarang.

Aku membasahi tubuhku dengan air dingin. Apa yang ada di pikiran aku adalah Bos aku. Besok aku harus ke kantor yang telah di tunjuk oleh bos aku.

Di kantor Swasta percetakan buku. Aku harus ke sana paling tidak aku sudah kasih tau ke bos kalau aku siap untuk bekerja.

Aku merasa air mengalir terus menerus dari atas kran air di kamar mandi aku. Aku akan segera pergi keluar karena merasa dingin.

Aku keluar dari kamar mandi untuk mengeringkan badan aku dari serangan air itu. Kran aku matikan dan aku mulai melangkah keluar. Tidak ada siapa-siapa. Rumah ku sepi sekali. Andai ada anak - anak mungkin aku bisa tertawa bahagia dengan seorang suami yang bisa membahagiakan aku nantinya.

Sepulang dari bekerja, aku akan melayani dia laiknya seorang pangeran yang sedang aku Rajuk. Tuhan, aku sungguh tidak bisa bernapas sekarang. Aku harus segera keluar untuk mencari udara segar.

Aku lalu menelepon sopir aku yang aku kenal sebelumnya. Aku ingin bicara sama seorang teman kalau ada.

Aku mencari nama sopir itu yang bernama Adit. Orangnya biasa saja tapi dia pernah bilang padaku,

"Kalau butuh teman, telepon saja aku." katanya padaku.

Yang jelas, aku butuh teman sekarang untuk sekedar minum teh hangat bersama atau bagaimana. Aku senang sekali padahal aku belum bertemu dengan orangnya.

Aku tekan tombol biru untuk bisa terhubung dengan Pak Adit.

"Halo!"

"Iya," Pak Adit menjawab.

"Ini betul dengan Pak Adit bukan?"

"Iya betul, ini Ibu Maya ya?"

"Iya betul. Pak Adit bisa ke rumah sekarang..?"

"Maaf Bu, untuk sekarang aku tidak bisa, istri aku masih butuh aku di rumah. Mungkin besok pagi sambil aku berangkat bekerja." kata Pak Adit padaku.

"Terserah Pak Adit deh. Tapi besok aku tidak butuh Pak Adit. Besok pagi aku harus pergi ke kantor untuk masuk kerja. Aku akan menemui bos aku."

"Apa Ibu Maya akan bisa aku antar dengan naik mobil aku? Kan bisa aku antar dengan mobil aku nanti?"

"Tidak Pak, aku akan naik ojek saja. Tidak perlu repot. Mungkin lain kali saja." aku menolak keinginan Pak Adit yang menurut aku terlalu tergesa-gesa.

Aku tutup panggilan itu setelah hilang terima kasih pada Pak Adit. Pertama, aku pikir Pak Adit tidak punya istri, eh ternyata tidak seperti yang aku bayangkan.

Aku menahan napas. Aku masih memakai handuk warna pink itu tanpa aku sadari. Aku harus bergegas ke kamar mandi dan melakukan solat magrib. Aku berganti baju dan mulai solat Maghrib di dalam kamar sendiri.

Aku berdoa ke Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT. Agar aku di berikan perlindungan dan di berikan Rizki yang banyak.

"Tiba-tiba ada yang mengetok pintu dari luar. Kau kaget mendengar ketokan pintu itu. Aku mendengar suara dari luar memanggil aku dengan nama Mbak.

Tok Tok Tok!

"Mbak! Buka pintunya! Mbak Buka Pintunya! Tolong..!"

Seperti aku kenal suara itu. Suara pemuda yang aku temui kemarin. Tapi aku tidak tau namanya siapa. Pemuda yang sempat membantu aku memasukkan beberapa barang - barang aku ke dalam rumah kontrakan ini.

Aku melangkah keluar dan melihat batang hidung atau raut muka laki-laki itu. Ya, benar tidak salah lagi. Itu adalah pemuda kemarin yang sempat aku temui.

Tapi perasaan aku waktu itu berkata kalau aku tidak bisa membuka pintu untuk dia, takutnya dia berbuat macam-macam padaku.

"Mbak! Tolong buka pintunya..!!"

Laki-laki itu memaksa aku untuk bisa membuka itu meski dengan sedikit rasa terpaksa. Dengan sedikit kekuatan dan keberanian aku lalu membuka pintu itu dengan niat ingin tau.

Aku buka pintu itu dengan sedikit rasa kesal dan ingin marah.

"Stop! Berhenti! Kamu tidak berhak mengganggu ketenangan hidup aku. Berhenti mengetok pintu seperti itu! Kamu punya sopan santun tidak di rumah orang!?"

Aku pura-pura kesal ke anak kuda itu yang secara tidak langsung aku anggap sebagai saudara ku sendiri yang cukup mengesalkan.

Ada rasa suka dan sayang yang masuk ke dalam rongga dadaku untuk bisa aku terapkan ke dia.

"Mbak, maafkan aku. Bisa aku minta tolong ke Mbak?"

"Apa itu?"

"Boleh aku menginap di sini?"

"Maaf, apa kamu bilang, menginap? Maaf, aku bukan perempuan seperti itu. Aku tidak bisa membantu kamu!"

"Tolonglah Mbak! Bapak aku barusan memarahi aku. Aku tidak bisa masuk rumah lagi. Rumah aku di kunci. Bapak aku sedang marah.

"Kalau Bapak sudah Marah, aku bisa di masukkan ke dalam penjara Mbak! Sungguh! Aku tidak bohong!

"Kalau Mbak tidak percaya, coba Mbak lihat ke depan!"

Pertama aku tidak percaya, tapi setelah aku mencoba untuk melihat ke arah depan ternyata Bapak nya benar ada. Dia memegang pemukul dan seakan akan dia marah ke aku dan ke pemuda itu juga yang mengaku sebagai anaknya.

Aku masih bingung, apa yang sebenarnya terjadi. Aku lalu mengambil keputusan untuk menyelamatkan laki-laki itu dulu.

"Baiklah kamu masuk dulu ke dalam rumahku. Tapi jangan lama-lama!" kataku terpaksa. Aku tidak tau harus berbuat apa lagi ke Pemuda itu.

"Masuklah, di sini kamu aman!" kataku. Di luar sedang gerimis. Baju anak itu basah oleh air hujan rupanya.

"Di luar gerimis ya?"

"Iya Mbak. Terima kasih telah menyelamatkan aku. Aku berhutang Budi banyak ke Mbak."

"Tidak perlu begitu, biasa saja. Aku terpaksa menyelamatkan kamu karena aku tidak mau bapak kamu mengamuk. Aku tidak suka kekerasan." ucapku ke pemuda itu.

"Duduklah, aku akan buatkan kamu air minum." kataku sambil berlalu ke dapur. Sebelumnya aku mengunci pintu depan rumah ku.

"Kamu aman di sini. Nanti pukul sembilan kamu bisa pulang."

"Tidak bisa Kak. Aku harus menginap di sini. Bapak aku tidak mungkin mengijinkan aku untuk tidur di rumah itu lagi sampai besok."

"Tapi, aku tidak bisa menampung kamu untuk tidur di sini malam ini. Aku tidak bisa. Aku tidak mau terjadi sesuatu padaku nantinya."

"Tenang saja Kak. Aku bukan orang nakal kok!" ucapnya padaku. Jujur aku pusing di buatnya.

"Sebentar, ijinkan aku untuk buatkan minum dulu buat kamu. Kamu tunggu dulu di sini."

"Tidak perlu Mbak. Aku tidak suka minum. Kalau ada Mbak bisa kasih aku rokok." ucapnya padaku.

Aku ingat, kalau aku punya simpanan rokok di lemari. Beberapa batang rokok yang aku simpan di lemari sisa Bapak Adit.

"Baiklah, aku akan ambilkan. Tapi tolong, kamu harus mau menurut perintah aku. Kamu harus tidur di luar nanti."

"Iya Mbak, aku akan tidur di luar. Aku berani kok." katanya padaku.

"Ya sudah, kalau begitu urusannya selesai. Aku akan ambilkan rokok buat kamu dan kamu bisa menyimpan nya kalau kamu mau."

"Maksud Mbak?"

"Kamu ambil saja semua rokok yang ada di situ. Nanti kamu bisa merokok di luar nanti sambil aku buatkan kopi atau teh biar enak." kataku ke pemuda itu.

Pemuda itu sedang memperhatikan aku sambil duduk di atas sofa. Di lantai masih terasa kotor. Aku belum menyapu.

"Oh iya, aku lupa. Siapa nama kamu..?"

"Nama aku Kinan Kak!"

"Kinan, nama yang bagus. Baiklah, aku akan bicara padamu setelah ini. Aku akan pergi ke kamar dulu."

"Baik Kak. Tapi jangan lama-lama. Aku tidak mau ada Bapak aku di sini."

"Oh iya, sebentar."

Aku lupa mengunci pintu depan rumahku. Aku lalu mengunci pintu itu dengan benar. Aku tidak mau buat anak ini tidak aman karena ulah bapaknya itu.

Ada beberapa pertanyaan yang akan aku tanyakan ke Kinan masalah Bapaknya itu. Kenapa Bapaknya bisa marah begitu dan aku yang kena repot.

"Kamu akan sekarang, pintu itu sudah aku kunci. jelas ku ke Kinan.

"Baiklah Mbak. Mbak boleh meninggalkan aku sekarang." ucap pemuda itu padaku.

Perasaan Kinan sepertinya sudah tenang, tapi kenapa aku yang merasa tidak tenang sekarang. Aku seperti terperangkap malam ini.

Apa iya Kinan akan melakukan perbuatan yang tidak baik padaku? Atau dia pura-pura bersikap seperti itu padaku agar dia bisa mendekati aku malam ini?

Tidak! Aku akan mengusir Kinan sekarang!

"Mbak, mana rokoknya?"

"Maaf Kinan. Lebih baik kamu keluar sekarang! Aku tidak mau kamu ada di dalam rumahku! Aku tidak tenang setelah ada kamu di sini!" ucapku ke Kinan dengan nada keras.

Ya Tuhan, maafkan lah kesalahan aku ke Pemuda yang bernama Kinan ini.

"Ada apa Mbak? Kenapa Mbak langsung mengusir aku? Apa salah aku Mbak?"

"Pokoknya kamu keluar saja! Tidak baik ada laki-laki di dalam rumah ini! Sekarang aku mohon kamu pergi! Terserah kamu mau di pukuli sama Bapak kamu atau tidak itu bukan urusan aku!

"Sekarang aku minta kamu pergi dari sini! Pergi!"

Aku menyentak Kinan yang sedang bersedih. Air matanya berkaca-kaca di depan aku. Ada ketulusan dalam hatinya yang tidak bisa aku baca dan aku cerna dengan baik.

Aku tidak tega sebenarnya melihat Kinan yang menangis di depan aku. Tapi mau bagaimana lagi. Aku terpaksa mengusir Kinan karena aku takut. Itu saja alasan aku.

"Baik Mbak. Aku akan pergi! Tapi ingat Mbak! Aku tidak akan memaafkan perbuatan Mbak yang ini! Mbak akan melihat aku di pukuli oleh Bapak malam ini!" ucap Kinan setengah menangis.

"Tapi apa urusan aku! Itu urusan kamu sama Bapak kamu! Kamu jangan bawa - bawa aku ke situ! Aku bukan siapa - siapa kamu!" ucapku setelah berteriak.

Kinan langsung menangis dan mengeluarkan air mata. Dia mungkin sudah tidak tahan lagi untuk bisa menangis di depan aku.

"Kinan tolong berhenti menangis! Jangan pernah menangis di depan aku! Kamu tidak boleh seperti itu!" ucapku lanjut.

Heran, Kinan masih tidak mau keluar dari rumah aku juga.

"Kinan, aku mohon kamu keluar sekarang! Kalau tidak aku akan memaksa kamu untuk keluar!" kataku dengan nada keras.

Tuhan, maafkan lah aku. Aku terpaksa harus berlaku keras di depan Kinan.

Kinan tambah keras menangis di depan aku sambil berkata. "Tidak Kak, aku takut sama Bapakku. Dia bisa memukuli aku sekarang juga!" katanya sambil menjerit ketakutan.

Aku lalu coba cek di luar, Bapak itu masih ada rupanya. Dia geram sekali. Kak jadi takut. Takut anak ini di apa-apakan sama Bapak itu. Padahal dia adalah Bapaknya sendiri.

"Baiklah sekarang kamu bangun! Tapi kamu tidak bisa tinggal di sini, aku tidak biasa berduaan dengan laki-laki seperti kamu." ucapku ke Kinan.

Mungkin Kinan tidak akan mengerti kenapa aku bisa seperti itu. Kinan sudah terlihat dewasa, aku tidak mau Kinan berbuat yang tidak adil padaku.

To be continue.

[Maaf kalau terdapat Typo.]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!