TIGA

Erina menggebrak meja ketika melihat laporan yang ada di atas meja ayahnya. Pantas saja si paman bersikeras merebut harta ayahnya.

Rumah sakit berhutang banyak!

Erina duduk di kursi dan memijat keningnya. Bagaimana caranya aku harus membayar tagihan sebanyak ini? Ada obat-obatan yang belum dibayar bahkan peralatan yang dibeli secara cicil pun belum lunas. Tidak hanya itu, kantin pun berhutang banyak.

Tanpa membuka surat-surat lainnya dan hanya melihat kop surat, semuanya adalah tagihan.

Erina melihat foto berisikan empat orang, kedua orang tua, kakak dan dirinya yang tersenyum saat berkunjung ke taman safari.

Erina mengambil pigura dan memeluknya dengan erat. "Sekarang aku sendirian. Mami, papi, kakak. Tolong kuatkan aku."

Tidak lama telepon kantor berdering. Erina segera mengangkatnya.

"Nona Erina?"

"Ada apa?"

"Minggu depan ada rapat para pemegang saham untuk membahas pergantian CEO, paman anda bersikeras menggantikan posisi itu."

Erina tertawa muram. "Paman tidak begitu paham tentang manajemen rumah sakit, dia hanya akuntan biasa yang dipekerjakan kedua orang tuaku sementara istrinya hanya perawat. Mereka mau menggantikan kedudukan mami? Lucu sekali!"

"Kalau bisa, anda besok datang ke sini dan mulai bekerja menggantikan posisi ibu anda untuk sementara waktu, saya akan membantu anda."

Tangan Erika bergetar, Rei adalah sekretaris yang dipekerjakan mami di saat Rei jatuh. Sudah pasti Rei membela mami. "Terima kasih."

"Saya minta maaf, kesannya memaksa anda dan tidak peduli pada kondisi. Tapi ini mendesak sekali, jika paman anda mengambil ahli rumah sakit, sudah pasti akan hancur."

"Ya, aku akan mengingatnya. Besok aku ke sana." Tutup Erina.

Tok tok

"Nona?" pelayan membuka pintu dengan hati-hati.

"Ada apa?"

"Sudah makan siang? Saya buatkan telor goreng, ayo makan dulu sebelum bekerja."

Erina bangkit dan meninggalkan ruang kerja. "Memangnya ada bahan makanan di rumah? Bukankah sudah diambil paman dan bibi?"

"Saya menyelamatkan beberapa bahan di kamar sebelum mereka datang, saya sudah menduga hal ini akan terjadi." Kikik si pelayan.

Erina duduk di ruang makan lalu mengajak pelayannya duduk di samping.

Awalnya pelayan menolak, setelah dipaksa akhirnya mau.

Mereka berdua makan bersama sambil cerita hal menyebalkan saat paman, bibi dan kedua sepupu Erina datang.

Meskipun mereka semua mengaku sebagai keluarganya, ternyata mengambil barang-barang berharga di rumah, paman juga berupaya untuk mengambil dokumen-dokumen penting di kantor tapi untungnya tidak ada yang bisa diambil karena kunci brankas hanya diketahui Erina, sementara brankas sangat besar dan berat, tidak bisa dibawa.

"Nona, seandainya mereka ingin menghancurkan keluarga ini. Saya tetap setia pada nona. Saya tidak akan melupakan kebaikan keluarga nona."

Erina tersenyum. "Terima kasih banyak."

Pelayan ini bernama Dewi, dia diselamatkan dari penyiksaan ayah dan ibu tirinya. Tidak ada rumah dan uang, hanya bisa melarikan diri. Ibu Erina menyelamatkan dari jalanan dan mencari kebenaran informasi sebelum dijadikan pelayan.

Dan pada akhirnya hanya tersisa Dewi yang setia pada keluarga ini sampai akhir.

Erina mengacak makanannya dan mulai merenung. "Dulu yang bisa aku lakukan hanya bersenang-senang dan menghabiskan banyak uang, aku mengira dengan kakak menjadi pewaris, aku akan aman. Ternyata aku salah."

Dewi menepuk punggung Erina. "Kita semua tidak tahu apa yang terjadi di masa depan, nona. Jangan menyerah menghadapi semuanya, saya hanya bisa mendukung dengan membersihkan rumah dan membuatkan makanan enak."

Erina menggigit bibir bawah. "Aku tidak punya banyak uang."

"Tidak perlu khawatir, saya punya tabungan. Mulai hari ini, untuk mendukung kebutuhan harian, saya akan menjual makanan secara online. Dan untuk mengurangi pekerjaan, saya akan menutup beberapa kamar yang tidak terpakai."

Erina menatap kagum Dewi yang masih bisa semangat. "Bagaimana jika aku kalah? Bagaimana jika kita kehilangan semuanya?"

"Nona, jangan berpikir seperti itu. Pasti di luar sana ada orang-orang baik yang mendukung nona."

Erina tersenyum pahit. "Terima kasih, Dewi. Aku mulai sedikit semangat."

Dewi mengangguk semangat.

Erina mulai berpikir. "Kenapa aku tidak minta tolong Adair?"

"Adair? Tunangan nona?"

Erina segera menghabiskan makanannya dan pergi, setelah berpamitan dengan Dewi. "Aku ke tempat Adair dulu, kunci rumah. Jangan sampai mereka masuk lagi, jika ada yang memberikan alasan, jangan dipercaya."

"Hati-hati nona!"

Taksi online Erina datang. Semua kunci mobil, disimpan Erina supaya tidak ada yang mengambil. Meskipun di dalam warisan tidak ada namanya, secara hukum tetap Erina berhak memiliki harta keluarga. Keluarga paman tidak bisa mengambil harta itu sembarangan.

Setengah jam kemudian, Erina tiba di rumah besar milik keluarga Adair. Kepala pelayan tergesa-gesa membuka pintu rumah dengan panik. "Nona, kenapa tidak menghubungi kami dulu? Kami bisa menjemput anda."

Erina melihat kepanikan di wajah kepala pelayan dan bergegas ke kamar tidur Adair.

"Nona, tuan muda sedang istirahat. Jangan diganggu!"

Erina tidak peduli, dia berlari ke lantai dua. Para pelayan dan body guard yang dilewati, tidak berani menghalangi Erina, calon nyonya di rumah ini.

Erina bisa mendengar suara tidak senonoh di balik pintu.

Kepala pelayan yang panik, menghalangi pintu. "Nona, tolong. Jika anda tidak ingin sakit hati, jangan membuka pintu ini."

Erina menatap dingin kepala pelayan. "Kamu berani menghalangiku?"

"Nona, mohon kebijakannya."

Erina paham pemikiran kepala pelayan berusia lima puluh tahun itu. Meskipun sudah menua, fisiknya masih tegap dan tegas lalu kesetiaannya juga tidak main-main. Kepala pelayan sangat menyayangi Erina dan Adair sejak kecil. Meskipun Adair selalu melakukan tindakan tidak bermoral di belakang Erina, kepala pelayan tetap menyayangi Adair dan melindungi Erina.

Erina tersenyum polos. "Kepala pelayan, terima kasih sudah peduli kepadaku. Aku sudah dewasa dan tidak perlu menutupi semuanya."

Kepala pelayan keras kepala menatap Erina tanpa bergerak.

Erina juga melakukan hal yang sama hingga pada akhirnya kepala pelayan yang sudah tidak mendengar suara-suara itu, menyingkir.

Erina segera membuka pintu dan melihat Adair duduk di samping tempat tidur sementara seorang wanita tidak memakai pakaian apa pun di atas tempat tidur. Aroma tidak menyenangkan bagi Erina, menyebar di sekeliling ruangan.

Adair yang mengetahui kedatangan Erina, tanpa melihat, bertanya kepada sang tunangan. "Mau apa kamu kemari?"

Pria yang diganggu saat melakukan kegiatan ini, moodnya pasti buruk.

"Kamu belum selesai?"

Adair berdiri dari tempat tidur dan memperbaiki mantel tidurnya. "Tidak perlu, aku sudah tidak mood lagi. Keluarlah, aku menyusul."

Erina melirik tempat tidur Adair sekali lagi. "Aku lebih suka kamu tidak tidur di kamar ini lagi."

Adair bisa mendengar nada cemburu Erina. "Apakah kamu sedang cemburu sekarang?"

Erina menatap sekilas Adair lalu balik badan dan pergi keluar kamar, kepala pelayan memimpinnya ke ruang kerja keluarga Kael. Dia malas berdebat sekarang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!