Mama Grace sedang menyiapkan sarapan untuk keluarganya pagi ini. Semua sudah berkumpul di meja makan tinggal Cindy yang belum turun.
"Aldho, coba panggil adikmu kenapa lama sekali" titah Mama Grace.
"Iya Ma," Aldho beranjak dari tempat duduknya untuk memanggil Cindy.
"Cindy, ayo sarapan semua sudah menunggu"
Pintu kamar Cindy diketuk oleh Aldho namun tidak ada balasan. Akhirnya Aldho langsung masuk ke kamar gadis itu. Tidak terlihat Cindy di kamar lalu Aldho memeriksa kamar mandi dan benar saja Cindy sedang membungkuk di wastafel.
"Cindy kamu kenapa?" Aldho menghampiri Cindy yang sudah memakai seragam sekolah lengkap.
"emm.. kak Aldho.." belum sempat Cindy melanjutkan ucapannya tiba-tiba dia kembali mual-mual.
"Kamu sakit?" Aldho memijat tengkuk Cindy.
"tidak apa-apa kak. Perutku sedang bermasalah. Mungkin kemarin terlalu banyak makan pedas" Cindy mencoba meyakinkan Aldho.
"Baiklah nanti kakak carikan obat lambung untukmu. Jika masih sakit tidak usah masuk sekolah"
Mereka turun ke bawah untuk sarapan.
"kenapa kalian lama sekali?" tanya Mama Grace penasaran.
"tadi Cindy mual-mual ma, sepertinya dia sakit perut" jawab Aldho.
Cindy hanya diam. Saat mencium aroma masakan Mama Grace dia merasa mual kembali lalu berlari ke toilet. Dia merasa tubuhnya menjadi aneh, indra penciumannya menjadi lebih peka serta gampang sekali lelah.
"Cindy jika tidak enak badan tidak usah memaksakan diri untuk pergi ke sekolah" Mama Grace mulai khawatir dengan Cindy.
Akhirnya Cindy menuruti perintah ibunya. Di dalam kamar Cindy mulai gelisah jangan-jangan dia hamil. Akhirnya dia memberanikan diri untuk memakai alat tes kehamilan yang di beli diam-diam kemarin sepulang sekolah.
Cindy membaca dengan seksama langkah-langkah memakai alat itu dan dengan segera dia menuju toilet untuk mencoba secara langsung.
Setelah beberapa saat dia menunggu hasil yang keluar dari alat tersebut. Jantungnya berdegup kencang. Akhirnya sebuah garis berwarna merah muncul di alat tersebut. Terdapat satu garis merah namun samar-samar muncul lagi garis merah yang akhirnya menjadi jelas.
Dua garis merah. Matanya terbelalak dan jantungnya terasa mau copot. Kedua kakinya terasa lunglai seketika. Air matanya mulai membasahi pipinya. Dia terisak mengetahui fakta bahwa dia sedang hamil.
"tidak... ini tidak mungkin" Cindy memukul-mukul kepalanya berharap semua ini hanya mimpi.
Bagaimana jika keluarganya mengetahui hal ini dan bagaimana dia menutupi kehamilannya sedangkan dia harus menyelesaikan sekolahnya yang masih 8 bulan lagi.
Cindy segera meraih ponselnya dan mencoba menghubungi Roger. Berkali-kali dia menelepon Roger akhirnya diangkat juga.
"Kak, bisa kita bertemu? Ada yang ingin aku bicarakan kepadamu"
"Iya Cindy, kita bertemu ditempat biasa"
"Aku ke rumah kak Roger saja"
"Baiklah"
Cindy berpamitan kepada Mama Grace untuk mengerjakan tugas kelompok. Dia berangkat dengan ojek online. Selang beberapa saat dia sampai di rumah Roger.
Rumah mewah dengan arsitektur minimalis. Tak kalah bagus dengan kediaman keluarga Cindy.
Cindy memencet bel rumah tersebut lalu seseorang membukakan pintu.
"Selamat siang nona Cindy. Ada yang bisa saya bantu?" Bi Lila asisten rumah tangga Roger. Memang sudah hafal dengan Cindy karena beberapa kali Aldho mengajak Cindy ke rumah Roger.
"Saya mencari kak Roger apakah ada?"
"Ada, silahkan masuk" Bi Lila mempersilahkan Cindy menunggu di ruang tamu lalu memanggil Roger. Tak lama kemudian Roger datang menemui Cindy.
"Hey, Cindy. Kamu sudah datang. Tumben sekali mau kesini?" sapa Roger.
"Kak Roger..." Cindy begitu kalut hingga sulit mengucapkan kata-kata dengan benar. Matanya mulai berkaca-kaca.
"Ada apa Cindy?" Roger tampak bingung namun Cindy malah menangis.
Roger berusaha menenangkan Cindy dengan mengelus rambut Cindy.
"A-aku hamil" Dengan terisak Cindy mengeluarkan hasil tes kehamilannya.
Roger begitu terkejut dengan ucapan Cindy. Dia tak berkata-kata dan hanya menatap alat tes itu. Lalu meletakkan di meja dengan kasar.
"Itu.. itu tidak mungkin kan Cindy? Aku hanya main sebentar saja kok" Roger tampak menggaruk kepalanya dengan kasar.
"Tapi kamu harus tanggung jawab kak.. kamu sudah memperkosaku. Aku sudah menurutimu untuk tidak mengatakan perbuatanmu ini kepada kak Aldho." Cindy semakin terisak.
"Cindy kamu harus gugurkan bayi itu sebelum ada yang tahu" pinta Roger.
PLLAAKKK..!!!
Cindy langsung melayangkan tamparan di pipi Roger. Dia begitu sakit hati dengan pernyataan Roger.
"kamu pikir semudah itu menggugurkan kandungan? Ini semua salahmu kak kenapa aku yang harus menanggung semuanya? Aku tidak mau tau kamu harus tanggung jawab atau aku harus melaporkanmu ke polisi" Ancam Cindy lalu dia langsung pergi keluar dari rumah Roger. Dia sudah tidak mempedulikan lagi panggilan Roger dari belakang.
Sementara di balik ruang tamu Bi Lila akan menyajikan minuman tidak sengaja mendengar pembicaraan Roger dan Cindy hingga hampir menjatuhkan nampan berisi gelas yang di bawa. Dia begitu terkejut dengan apa yang dia dengar.
"Apa semua itu benar? jika iya sungguh kasihan sekali non Cindy" gumam Bi Lila.
Cindy menghentikan taksi yang kebetulan lewat dan langsung masuk.
Di perjalanan dia terus menangis. Dia begitu kecewa dengan ucapan Roger yang seakan tidak mau bertanggung jawab.
Sampai di rumah Cindy berjalan dengan gontai. Kepalanya terasa sangat berat serta pandangannya menjadi semakin kabur.
BRUUKKK...
Cindy pingsan saat akan menaiki tangga. Keningnya terbentur dinding dan mengeluarkan darah. Mama Grace yang sedang berada di dapur segera menghampiri Cindy.
"Cindy sayang, bangun nak..." Mama Grace sangat terkejut melihat Cindy jatuh pingsan.
Aldho dan Pak Tirta sedang ada urusan di luar. Akhirnya Mama Grace memanggil ambulans dan membawa Cindy ke Rumah Sakit.
Setelah sampai di Rumah Sakit Cindy segera dibawa ke Instalasi Gawat Darurat(IGD). Mama Grace mengabari Aldho dan suaminya. Tak lama kemudian mereka juga datang ke rumah sakit.
"Ma, bagaimana keadaan Cindy?" Aldho dan ayahnya datang dengan tergesa-gesa.
"Tadi dia pamit ke rumah temannya untuk mengerjakan tugas, lalu pulang dan tiba-tiba pingsan. Kepalanya terbentur dinding" Mama Grace begitu panik.
"Sudah.. tidak apa-apa, sudah ada dokter yang menangani Cindy. Semoga dia baik-baik saja" Pak Tirta mencoba untuk menghibur Mama Grace.
Setelah beberapa saat dokter yang menangani Cindy menghampiri mereka.
"Dokter bagaimana keadaan anak saya?" Mama Grace langsung bertanya.
"Nona Cindy sudah siuman. Sebentar lagi akan dipindah ke kamar perawatan. Pasien sudah bisa ditemui" jawab dokter.
Mama Grace langsung masuk dan menemui Cindy. Dia ingin segera melihat keadaan Cindy sementara Aldho dan Pak Tirta bergantian menunggu di luar.
" Pak Tirta, Pak Aldho bisa kita bicara sebentar? Ada hal penting yang ingin saya sampaikan" Dokter mengajak ke ruangannya.
"Baiklah silahkan"
Aldho dan pak Tirta berjalan mengikuti dokter Adi menuju ruangannya.
"Begini Pak, sebelumnya saya ingin menyampaikan keadaan Cindy bahwa dia mengalami anemia dan kadar gula darahnya rendah" ucap Dokter Adi.
"Benar dok, akhir-akhir ini adik saya sering mual jadi asupan makanannya berkurang" jawab Aldho.
"Sebenarnya hasil pemeriksaan nona Cindy bahwa dia sekarang sedang mengandung. Usia kandungannya memasuki 2 minggu. Apa anda sudah mengetahui hal ini?" ucap Dokter Adi serius sembari memberikan laporan hasil pemeriksaan.
Bagai tersambar petir, Aldho dan Pak Tirta begitu terkejut. Pak Tirta langsung terkulai lemas tak berdaya mendengar berita itu. Aldho yang hanya diam terperangah tidak percaya bahwa adik yang begitu disayanginya tiba-tiba hamil.
"Jika memang kalian belum membicarakan ini dengan pasien, mohon untuk sementara tunggu keadaan pasien membaik dulu. Saya takutkan ini akan berpengaruh terhadap kesehatannya" Saran dokter
"Bagaimana mungkin Cindy...." Aldho tidak mampu meneruskan kata-katanya.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
վմղíα | HV💕
ya Tuhan yg aku takut kan terjadi juga
2023-03-16
0