Cindy merasa sangat jengkel saat melihat layar ponselnya bahwa Roger yang mengirimi pesan. Dia terus mengingat kejadian semalam yang begitu mengerikan baginya.
Dulu Cindy sangat suka melihat wajah tampan Roger. Bahkan saat Roger berkunjung ke rumahnya diam-diam Cindy suka mencuri-curi pandang. Namun kini mendengar namanya saja Cindy merasa takut. Pria yang dia kenal begitu menyenangkan ternyata mempunyai sisi liar yang bahkan seperti hewan menurutnya. Memperlakukan Cindy begitu kasar dan tak punya ampun.
Roger mengajak Cindy bertemu di salah satu kafe dekat rumahnya karena dia tahu Cindy saat ini pasti sedang kesakitan.
Cindy berpamitan kepada ayahnya untuk keluar sebentar membeli makanan ringan.
"Ayah aku mau ke minimarket sebentar beli snack" ucap Cindy kepada Ayahnya.
"Kamu sudah baikan? mau Ayah antar?" balas Pak Tirta.
"tidak usah ayah. Aku sudah baikan hanya bosan saja di rumah. Ayah lanjutkan istirahat saja. Pasti mengantuk karena semalam di rumah sakit" tolak Cindy.
Cindy berjalan ke kafe yang jaraknya 50 meter dari rumahnya. Kakinya masih terasa lemas ditambah sakit yang masih terasa di dalam tubuhnya tetap dipaksa untuk menemui Roger.
Terlihat Roger sedang duduk di sudut kafe. Cindy mendekati pria itu dengan gemetar. Dia masih ingat wajah Roger yang mengobrak-abrik dirinya membuat bulu kuduknya merinding.
"Cindy, silahkan duduk" Ucap Roger seraya berdiri menggeser kursi untuk Cindy.
Cindy duduk dengan hati-hati karena badannya yang masih ngilu.
"Tadi kamu jalan kaki? kenapa tidak beri tahu kakak untuk jemput kamu"
"Mau apa kakak menemuiku?" jawab Cindy sinis.
Roger mendekati Cindy dan secara reflek Cindy langsung menjaga jarak darinya. Rasa trauma terus menghantuinya.
"Cindy maafkan aku, aku sungguh di luar kendali. Aku minta maaf"
Terlihat Cindy mulai berkaca-kaca dan segera menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Dia mulai terisak. Hatinya sangat sakit. Mahkota yang dia jaga selama ini dirusak begitu saja oleh sahabat kakaknya.
Roger sangat bingung melihat Cindy yang menangis. Untung saja saat ini kafe sedang sepi dan baru buka jadi mereka bisa leluasa berbicara empat mata.
"Kak kau menyakitiku. Aku benar-benar kesakitan karnamu" ucap Cindy sambil terisak.
"Maafkan aku Cindy. Aku berjanji tidak akan melakukan ini lagi kepadamu" bujuk Roger.
"Bagaimana jika aku hamil?"
Roger terdiam. Dia tidak berfikir sejauh itu.
"Ak-aku akan bertanggung jawab Cindy" terdengar ada keraguan dari ucapan Roger.
"Tapi tolong rahasiakan dulu hal ini dari siapapun terutama dari Aldho. Kamu kan masih sekolah jangan sampai rahasia ini bocor ke orang lain apalagi sampai teman-temanmu tahu bisa kacau. Aku akan menikahimu setelah lulus sekolah" Roger terus merayu Cindy.
"Janji ya.." Balas Cindy penuh harap.
Gadis polos itu menurut saja dengan rayuan Roger. Padahal Roger adalah pria yang benci dengan komitmen pernikahan.
.
Cindy pulang ke rumah dengan diantar Roger. Dia langsung pulang dan tidak mampir.
Rumah masih dalam keadaan sepi. Aldho dan Mama Grace sepertinya belum pulang serta Ayah yang tertidur karena kelelahan setelah berjaga malam
Cindy merebahkan dirinya di atas ranjang. Perasaannya terus gelisah. Bagaimana dia harus menyembunyikan semua ini seperti kata Roger. Lalu bagaimana jika dia hamil sebelum lulus sekolah, apakah Roger akan tetap bertanggung jawab.
Cindy berniat menelepon Roger namun tidak bisa dihubungi. Sesaat kemudian terdengar suara mobil. Cindy berlari ke depan rumah dan benar saja Aldho dan Mama Grace sudah datang.
"Mama" Cindy berlari dan memeluk wanita yang melahirkannya itu. Perasaan gundahnya menumpuk namun tidak berani mengatakan kepada Mama Grace.
"Sayang baru ditinggal sehari sudah kangen?" Goda Mama Grace.
Cindy tidak menjawab. Dia hanya ingin memeluk ibunya.
Aldho yang semalaman terus memikirkan Cindy merasa lega karena adiknya baik-baik saja.
"Cindy kau baik-baik saja kan? Semalaman aku terus kepikiran kamu dirumah sendiri. Syukurlah jika baik-baik saja" Aldho mengusap kepala Cindy dengan penuh kasih sayang.
Dalam hatinya Cindy ingin sekali mengatakan bahwa dia tidak baik-baik saja. Semalam adalah mimpi buruk yang jadi kenyataan bagi Cindy namun dia takut untuk mengatakan kebenarannya. Cindy takut perkataan Roger menjadi kenyataan.
.
Seminggu sejak kejadian itu Cindy menjadi lebih pendiam. Dia sering melamun dan menyendiri di kamar. Aldho menyadari perubahan pada Cindy dan dia mencoba untuk mencari tahu alasannya.
Hari ini seperti biasa Cindy pulang sekolah dijemput oleh Aldho. Biasanya Cindy akan bercerita sepanjang perjalanan pulang mengenai kejadian di sekolahnya namun kali ini dia hanya terdiam dan menatap ke luar jendela. Tatapan itu nampak kosong. Rupanya Cindy sedang melamun.
"Cindy, kakak haus. Bisa kita cari minum dulu?" Aldho mencoba mencairkan suasana.
"emm.. terserah" Cindy menjawab seadanya.
Aldho berhenti di sebuah kafe lalu mengajak Cindy untuk masuk ke cafe tersebut. Awalnya dia menolak tapi Aldho terus memaksanya.
Mereka duduk di kursi dekat jendela. Sambil menunggu pesanan siap Aldho berusaha menanyai Cindy.
"Cindy, ada yang ingin kakak tanyakan kepadamu" Aldho berusaha memulai pembicaraan.
"Ada apa kak?" jawab Cindy sembari menyandarkan bahunya ke kursi.
"Akhir-akhir ini ada yang berubah denganmu, kamu lebih pendiam dan sering mengurung diri di kamar. Ada masalah apa Cindy? Coba ceritakan ke kakak siapa tahu bisa bantu"
Cindy terdiam dan menundukkan pandangannya.
"maafkan aku kak" Cindy menitikkan air matanya namun segera dihapus sebelum menatap Aldho.
"Jika kamu tidak ingin cerita sekarang tidak apa-apa. Aku akan menunggu" Aldho tersenyum dan mengusap punggung tangan Cindy.
Kini Cindy sudah mulai bisa tersenyum. Perasaan gundahnya perlahan mulai berkurang saat Aldho bersamanya. Namun Cindy juga merasa was-was bagaimana jika Aldho pergi ke Amerika. Siapa nanti yang akan menghibur Cindy saat dia mendapat masalah.
.
Malam ini Cindy dan keluarganya sedang menikmati makan malam bersama. Mereka melakukan pesta kecil dengan membuat barbeque di taman belakang rumah. Suasana hangat keluarga ini sangat terasa. Mereka bercengkrama dan saling bercanda.
"Aldho, akhir-akhir ini kenapa Roger jarang sekali ke rumah?" tanya Mama Grace sembari menyajikan daging yang sudah matang.
Mendengar nama Roger sontak membuat Cindy terkejut. Dia langsung tersedak makanan yang dia kunyah.
"Cindy pelan-pelan" Aldho menepuk-nepuk bahu Cindy. Setelah batuk Cindy reda barulah Aldho menjawab pertanyaan Mamanya.
" Roger sedang sibuk Ma, beberapa waktu lalu dia bilang akan ke Australia menjenguk ayahnya"
Mendengar perkataan Aldho membuat Cindy semakin kalut. Sudah seminggu ini Roger sama sekali tidak menghubunginya. Bagaimana jika nanti Roger kabur dan tidak jadi menikahinya. Sedangkan Cindy dibuat gundah karna sampai saat ini dia belum datang bulan.
.
.
.
nihh si Roger niihh....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
վմղíα | HV💕
takut nya Roger tak bertanggung jawap.
2023-03-16
0