Aldho mencoba untuk terus meyakinkan Cindy agar dia mau mengijinkan Aldho melanjutkan studi ke Amerika. Begitupun dengan ibu Grace juga terus meyakinkan anak gadisnya itu. Cindy memang agak keras kepala.
Setelah berbagai macam usaha untuk meyakinkan akhirnya Cindy mengijinkan Kakaknya untuk pergi. Bagaimanapun Cindy tidak boleh egois. Aldho harus melanjutkan cita-citanya.
" Baiklah Kak Aldho boleh pergi tapi dengan satu syarat" ucap Cindy.
"syarat apa lagi?" protes Aldho.
"Kak Aldho harus jaga diri baik-baik disana, jangan terlibat masalah dan segera pulang"
Mendengar ucapan Cindy membuat Aldho merasa sangat bahagia. Adiknya begitu perhatian kepadanya.
"Baiklah adikku yang cerewet" Aldho mencubit pipi Cindy yang berakhir protes darinya.
.
Pagi ini seperti biasa semua orang melakukan aktivitas masing-masing. Ayah sedang merawat tanaman di kebun samping rumah dibantu oleh Aldho. Kegemaran ayahnya dengan tanaman membuat suasana rumah menjadi asri.
"Dho, nanti jadi antar mamamu ke Bogor kan? Papa ada jadwal operasi jam 6 sore sekalian piket malam di rumah sakit.
"iya yah, nanti Aldho yang antar mama"
Di dalam rumah Mama Grace mempersiapkan sarapan untuk keluarganya. Cindy keluar kamar dengan berpakaian seragam sekolah rapi. Gadis cantik itu tidak pernah absen dari sekolah kecuali sakit dan acara yang sangat penting sehingga dia diberi peringkat siswi teladan di sekolahnya.
"Selamat pagi Mama" ucap Cindy sembari memeluk pinggang Mama Grace yang sibuk menata piring.
"Pagi putri cantikku, Cindy panggil ayah dan kakakmu untuk sarapan"
"oke siap Ma" Cindy bergegas ke kebun samping rumah untuk memanggil ayah dan kakaknya untuk sarapan.
Keluarga itu menikmati sarapan pagi dengan suasana hangat. Setelah selesai mereka berbincang-bincang santai sebentar sebelum melanjutkan aktivitas masing-masing.
"Ma, nanti jadi ke Bogor kan? Biar Aldho yang antar mama" Ucap Aldho kepada Mamanya.
"Iya Dho, tadi ayahmu juga sudah bilang begitu. Cindy mau ikut Mama ke Bogor?" Mama Grace menawari Cindy.
"Emm.. Cindy tidak ikut Ma, besok ada Ujian Tengah Semester. Cindy harus belajar"
"Tapi nanti ayahmu piket malam lho, kamu berani sendirian di rumah?" tanya Mama Grace lagi.
"Tak apa, Cindy dulu pernah dirumah sendirian juga berani. Cindy udah gede ma.." rengek Cindy. Memang dia anggota keluarga paling kecil terkadang orang masih menganggapnya seperti anak-anak.
"Jangan keluyuran lho" Sahut Aldho.
"enggak lah kak" Cindy memanyunkan bibirnya membuat Aldho terkekeh.
"Sudah, antar adikmu sekolah dulu" ucap Mama Grace.
Aldho mengeluarkan mobil untuk mengantar Cindy ke sekolah. Aldho memang sudah menyelesaikan ujian skripsinya jadi dia sudah tidak terlalu sibuk untuk berangkat kuliah.
"Kak nanti jangan keluar dari mobil, dan jangan buka kaca mobilnya" ucap Maia saat baru saja masuk ke dalam mobil.
"Memangnya kenapa? kamu malu punya kakak seperti ini?" balas Aldho sinis.
"Bukan begitu, tapi aku hanya malas meladeni teman-temanku yang selalu ingin tahu tentang kakak" ucapnya cemberut.
Aldho terkekeh melihat ekspresi lucu Cindy.
"Memang aku terlalu menarik perhatian untuk teman-temanmu"
Maia tersenyum kecut lalu mencubit lengan Aldho.
"Aww... aku sedang nyetir nih" protes Aldho.
"Kak Aldho gemesin sih" Cindy tertawa puas menjahili kakaknya.
Tak berselang lama mereka sudah tiba di depan sekolah Cindy. Cindy memberi isyarat kepada kakaknya untuk melakukan apa yang dia minta.
Saat Cindy sudah berjalan menuju ke sekolah tiba-tiba Aldho berteriak dari belakang.
"Bye Cindy, Have a nice day" Aldho membuka kaca mobilnya sambil menyeringai.
"Kak Aldho..." Cindy geram.
Aldho tertawa sendiri di dalam mobil dan langsung menancap gas untuk segera pergi.
"Maia itu kakakmu sangat keren" ucap salah seorang teman Cindy.
"Iya dia akan menikah" balas Cindy berbohong agar tak ditanyai macam-macam tentang kakaknya.
.
Pagi berganti siang begitu saja. Cindy telah selesai dengan aktivitas di sekolah dan sekarang waktunya pulang.
Aldho sudah hafal dengan jadwal pulangnya Cindy sehingga dia sengaja berangkat menjemput Cindy lebih dulu tanpa menunggu pesan darinya.
"Cindy..." Aldho berteriak memanggil Cindy yang sedang berdiri di samping gerbang.
"Kak Aldho sudah datang?" sambut Cindy.
"Ayo pulang"
"Kak sekalian antar Windy pulang ya, dia tidak ada yang jemput. Rumahnya searah kita pulang" Cindy minta ijin kakaknya.
"baiklah, ayo masuk"
Mereka bertiga memasuki mobil, Cindy dan Windy duduk di kursi belakang.
"Windy rumahmu sebelah mana?" tanya Aldho.
"Perumahan Citra Raya blok M kak" Windy sesekali mencuri pandang ke arah Aldho yang sedang menyetir. Hal itu diketahui oleh Cindy.
"Nggak usah genit" Bisik Cindy sebal.
Selesai mengantar Windy mereka melanjutkan perjalanan pulang. Cindy pindah di kursi depan samping Aldho.
Dia memikirkan teman-temannya yang selalu genit dan mengidam-idamkan Aldho. Perlahan Cindy melihat Aldho yang sedang menyetir.
Memang benar, Aldho memiliki paras rupawan, dia cerdas dan juga sangat perhatian kepada orang lain. Pantas saja semua gadis selalu tergila-gila kepadanya. Cindy secara tidak sadar melamun sembari memandangi Aldho.
"Hey, Cindy kau kenapa memandangku seperti itu?" tanya Aldho membuyarkan lamunan Cindy.
"Emm.. siapa yang memandang kak Aldho, itu di rambut kakak ada kotoran" balas Cindy berbohong.
.
Sampai di rumah Aldho bersiap mengantar Mama Grace.
"Cindy kamu tidak ikut sekalian? Papa jaga malam jadi tidak ada orang di rumah" pinta Mama Grace.
"tidak kak aku besok ada ujian tengah semester jadi harus belajar" balas Cindy.
"kamu yakin baik-baik saja di rumah sendiri?" Aldho sedikit tidak tega kepada Cindy.
Cindy mengangguk.
"Baiklah jika butuh apa-apa telepon saja kakak, nanti kakak minta tolong Roger yang bantu"
Aldho dan Mama Grace sudah berangkat. Papa juga sudah ke rumah sakit sehingga Cindy dirumah sendiri. Hari sudah mulai malam dan hujan cukup deras. Beberapa kali Aldho menelepon Cindy untuk menanyakan keadaannya.
Aldho sangat khawatir meninggalkan Cindy di rumah sendirian sehingga dia memutuskan untuk meminta tolong kepada Roger untuk melihat keadaan Cindy.
Berkali-kali Aldho menghubungi Roger namun tidak ada balasan. Akhirnya dia mengirimi pesan untuk menemui Cindy jika dia membutuhkan bantuan.
Sedangkan Roger sedang asyik berpesta di sebuah klub. Kebiasaannya yang begitu bebas dan minum-minum berbanding jauh dengan Aldho.
Roger terus merasakan ponselnya berdering membuatnya terpaksa melihat ponselnya. Dia pergi ke toilet dan memeriksa ponselnya. Rupanya pesan dari Aldho.
Dengan setengah sadar Roger membaca pesan di ponselnya yang menyuruhnya menemui Cindy tanpa membaca kelanjutannya.
Roger segera pergi menemui Cindy. Pengaruh alkohol membuat pikiran Roger menjadi tidak jernih. Dia terus membayangkan wajah cantik dan tubuh Cindy yang indah. Gadis yang diam-diam ia dambakan.
Dia menyetir mobil dengan kencang hingga menyerempet pembatas jalan. Untung saja jalanan sedang sepi karena hujan. Sesaat kemudian Roger sampai di rumah Cindy.
TOOKKK..TOOKKK.. TOOKKK..
Terdengar seseorang mengetuk pintu cukup keras. Cindy yang sedang membaca buku di ruang tengah segera menuju pintu.
"Siapa malam-malam begini bertamu?" gumam Cindy sembari membuka pintu.
Seorang pria bertubuh kekar mengenakan jaket jeans serta rambut dan wajahnya basah karena air hujan.
"Kak Roger? Silahkan masuk" Cindy mempersilahkan Roger untuk masuk ke dalam rumah, dia sudah terbiasa dengan kehadiran Roger dan Cindy menganggap Roger seperti kakaknya sendiri.
Cindy memberikan sebuah handuk serta membuatkan teh panas untuk Roger.
"Kak Roger pasti disuruh Kak Aldho kan untuk melihat keadaanku" tanya Cindy sembari duduk di sebelah Roger.
Roger hanya tersenyum tipis, dia memperhatikan Cindy yang sedang duduk di sebelahnya mengenakan piyama. Seperti seorang yang kehausan. Roger terus mendekati Cindy, tatapannya berbeda dari biasanya.
Cindy merasakan sesuatu yang berbeda saat melihat Roger. Pria yang biasanya periang dan banyak bicara tiba-tiba menjadi sosok yang dingin dan misterius.
Roger duduk mendekati Cindy melepas jaketnya dan mengalungkan lengannya di bahu Cindy.
"emm, kak ngapain?" Cindy mulai merasa risih dengan sikap Roger.
Perlahan Roger mendekatkan wajahnya. Cindy mencium bau alkohol dari mulut Roger.
"Kak kamu mabuk?" tanya Cindy mulai panik.
Tanpa menunggu lama Roger langsung memeluk Cindy dan mencium bibirnya. Cindy yang terkejut mencoba melepaskan pelukan Roger namun dia tidak mampu menandingi kekuatan Roger.
"Kak Roger jangan... Cindy tidak mau"
.
.
.
.
.
lanjut Bab 3 ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Anisatul Azizah
Cindy punya rasa kah ke Aldho, sbg seorang wanita bukan adik?
2024-03-22
0
Kerincing_kaki
mampirrr yaaa
2023-04-11
0