Lala dan Dimas sudah kembali dari hotel. Mama dan Papa Dimas ada di mobil mereka dan memisahkan diri, kembali ke rumah mereka. Bu Lek dan Pak Lek pun ada di mobil mereka sendiri, dengan seorang supir. Begitu juga dengan Lala yang satu mobil dengan Dimas, Lala duduk manis dibelakang, dengan Ara yang ada dalam pangkuannya. Lala sibuk bermain dengan Ara, menepuk-nepukan kedua tangan Ara. Ara tak henti tersenyum. sesekali menggelitiki Ara, mencium pipinya. Dimas yang duduk disamping Lala hanya melihat sesekali. Dia bahkan ikut tersenyum ketika Ara tersenyum. Didepan ada supir Dimas yang menyetir.
"Mas Dimas, boleh mampir ke rumah Bu Lek dulu gak?" Tanya Lala, melirik Dimas.
"Kenapa?" Dimas menjawab Lala, reflek melirik Lala dan kedua manik mata mereka bertemu.
Setiap kali saling menatap, membuat keduanya ingat dengan kejadian itu. Dimas segera memalingkan muka begitu juga Lala yang sok sibuk lagi bermain dengan Ara.
"Mau ambil beberapa pakaian." Timpal Lala, tanpa menatap Dimas kali ini.
Tunggu. Lala baru ingat, dia benarkan akan tinggal di rumah Dimas setelah hari ini. Setelah mereka menikah? Lala bertanya asal saja, secara pemikirannya. Harus tinggal di rumah suaminya. Tapi dia belum mengepak pakaiannya karena pernikahan yang mendadak. Bahkan pakaian yang ia bawa untuk hotel pun hanya beberapa. Sudah kotor, belum dia cuci.
"Ya udah kita ke rumah Bu Lek." Dimas menyurug supirnya mengikuti mobil Bu Lek dan Pak Lek, yang ada didepan mereka.
Bu Lek dan Pak Lek yang sedang berbicara santai didalam mobil kaget melihat dari spion, kalau mobil d ibelakangnya adalah mobil milik Dimas mengikutinya.
"Ma, mobil belakang, mobil Dimas kan?" Kata Pak Lek memberitahu Bu Lek. Bu Lek melihat kebelakang.
"Iya Pa."
"Arah rumah mereka beda kan? Apa papa yang lupa."
"Gak. Emang beda arah. Mau ke rumah kita apa?" Bu Lek.
"Ohh. Mungkin."
Pak Lek meminta supirnya untuk pelan-pelan, supaya Dimas gak kehilangan jejak mobil mereka. Terakhir kali Dimas ke rumah dengan Tania, ya sering sih. Cuma untuk menghormati Dimas saja. Jadi mobil mereka beriringan.
Kedua mobilnya sampai di halaman rumah keluarga Tania dulu. Rumah mewah dengan halaman yang luas. Dimas jadi ingat bagaimana pertama kali dia melamar Tania. Tatapan mata Dimas jadi sendu.
Mobil Pak Lek berhenti tepat didepan pintu masuk rumahnya. Mobil Dimas pun ikut berhenti dibelakangnya. Pak Lek dan Bu Lek turun. Pembantu datang membawakan koper tempat pakaian kotor Bu Lek. Pak Lek meminta supirnya untuk memasukan mobilnya ke garasi. Pak Lek dan Bu Lek berjalan menghampiri mobil Dimas.
Dimas masih diam melamun, mengingat setiap sudut rumah itu dengan Tania... Tania.
Tok tok
Hingga ketukan kaca mobil jendela membuyarkan lamunan Dimas. Itu Pak Lek yang mengetuknya. Dimas segera menurunkan kacanya.
"Kenapa Ddim, La?" tanya Pak Lek.
"Mau ambil pakaian Pak Lek." jawab Lala yang membuka pintu dengan menggendong Ara. Lala perlahan keluar dari mobil.
"Hati-hati La." Bu Lek langsung menghampiri Lala dan membantu membuka pintu mobilnya dari luar. "Hati-hati kepala la." Bu Lek.
"iya bu lek." Lala keluar dengan hati-hati, satu tangannya melindungi kepala Ara, takut kejedot pintu.
Bu Lek dan Lala masuk ke rumah untuk mengambil pakaian-pakaian lala. Sementara Dimas, melihat Ara saja sudah berat, mengingatkan tentang Tania, dan harus masuk, mengingat bagaimana manisnya dulu, ketika dia malam mingguan dengan Bania, sampai kena marah pulang terlambat. bagaimana dia ikut makan malam dengan Tania. Dimas tak ingin turun.
"Dim, gak mau masuk dulu?" Kata Pak Lek, membujuk Dmasuk. Dari pada nunggu di mobil kalau kelamaan.
"Iya Pa." Dimas gak enak mau nolak. Ya udah, dia turun dari mobil dan ikut masuk dengan Pak Lek.
Dimas sudah ada di ruang tamu dengan Pak Lek. Bu Lek juga disana dengan menggendong Ara, takut repot kalau Lala harus ngepak barang-barang sambil gendong Ara.
"La, suruh bibik bikinin minum ya buat Dimas." Lala baru mau pergi setelah menitipkan Ara ke Bu Lek. Bu Lek menghentikan langkah Lala.
"Biar Lala aja Bu Lek." Lala langsung pergi ke dapur.
Sementara Lala sibuk di dapur, Bu Lek yang main dengan Lala, Pak Lek dan Dimas sesekali ngobrol soal pekerjaan.
"Gimana Dim, pekerjaan lancar?"
"Lancar pa."
"Syukur kalau gitu."
Tak lama Lala kembali dengan membawa tiga minuman, bibik berjalan dibelakanh Lala membawa toples berisi cemilan. Lala menyajikan minumannya, didepan Dimas, didepan Bu Lek dan Pak Lek. Ara nangis digendongan Bu Lek, tangannya mengarah ke gelas minuman itu. Masak Ara gak dikasih minum. Bu Lek bingung Ara nangis kenapa?
"Sini Bu Lek biar sama Lala." Lala mengambil ara dari gendongan Bu Lek.
"Kenapa nangis La?" Tanya Bu Lek menyarahkan Ara ke Lala.
"Kayaknya mau minum Bu Lek, liatin gelasnya...
"ya sayangg... ara mau minum?" Lala seakan bertanya pada Ara yang belum bisa ngomong.
Lala cuma bikin teh manis aja sih. Dimas gak suka minuman kayak yang terlalu berasa, yang aneh-aneh. Dia lebih suka kopi, atau susu atau teh, kalau yang sebangsa sirup, Dimas gak suka. Lala tau semuanya dari Tania, yang sering banget ngajarin Lala kalau main ke rumah.
"Bibik tolong ambilin sendok ya, sama tuangin tehnya satu lagi." Pinta Lala pada bibik yang belum pergi.
"Iya mbak."
"ik, minumannya gak usah, biar pakai punya saya aja. Sendok aja ya bik." Dimas menahan bibik yang mau mengambil minumannya. Dimas meminta bibik untuk mengambil sendok aja.
"Iya mas." bibik pamit ke dapur.
Tak lama bibik kembali dengan membawa sendoknya. Lala duduk disamping Bu Lek, karena Pak Lek duduk diDsamping Dimas. Dua sofa panjang diruang tamu yang berhadapan.
"Makasih ya bik." Lala langsung mengambil sendoknya dari bibik. dia mamangku Ara dan satu tangannya memegang sendok, mengambil tehnya yang masih sedikit panas untuk ukuran anak usia satu tahun. Lala meniupnya dengan tlaten dan menyuapi Ara. Ara meminumnya dengan cepat. Sepertinya dia sangat haus. Lala jadi kasihan melihatnya.
"Bu Lek, susu formula Ara sudah habis ya kemarin di hotel?" Tanya Lala yang kasihan kalau liat Ara minum teh manis, lebih baik susu formulanya kan?!
"IyaLla. Tapi Ara mau tuh minum tehnya." Bu Lek melihat Ara yang lahap minum tehnya.
"Kasian Bu Lek kalau cuma teh. Biskuit Ara juga habis ya Bu Lek?"
Dimas makin kagum dengan Lala yang bener-bener tlaten mengurus Ara. Pak Lek bahkan Bu Lek pun kagum melihat sikap Ara.
"Sama buburnya Ara. Kayaknya Ara gak cuma haus tapi laper juga Bu Lek." Lala tak henti menyuapi Ara tehnya, Tapi sembari menatap kasihan. Coba ada Tania, Ara kan bisa minum asi. Pengganti asikan susu formula, ini dikasih teh. Kasian.
Dimas juga kasihan liat Ara kecilnya yang harus kehilangan mamanya, tak bisa minum asi. Tapi memang beruntung ada Lala, paksaan mamanya dan mama mertuanya tak membuat Dimas menyesal melihat sikap Lala, yang masih remaja tapi bisa merawat Ara dengan baik. Tapi disisi lain Dimas menyesal menghiatani janjinya pada Tania, kalau dia gak akan berpaling pada wanita manapun dan dia... malah tidur dengan Lala. Dimas kesal sendiri mengingatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments
Sweet Girl
hallaaa Dim..... mana bisa gitu ....
2022-04-07
0
Naftali Hanania
lagian Ddim mabik soda sich....😆✌️
2021-04-25
0
Lin Halu
ntar Dimasnya ngebucin deh 😘
tapi sekarang gk mau😅
2021-04-13
1