Dimas keluar kamar dengan Ara untuk mencari udara segar sementara Lala masih sibuk di kamar mandi. Ditengah jalan, di lorong hotel. Mama Dimas yang sudah berganti pakaian keluar dari kamarnya. mereka bertemu.
"Ara bangunnn..." Mama Dimas antusias menghampiri Dimas yang menggendong Ara.
"Sini sama mama." Mama Dimas mengambil Ara dari gendongan Dimas. Dimas memberikan Ara begitu saja pada mamanya.
"Tumben Ara cantik, cucu nenek gak nangis." Mama Dimas mencubit pipi tembam Ara, tidak benar-benar mencubit.
"Udah tadi ma, nangis. gak mau berhenti. Pas waktu Lala lagi mandi, gak selesai-selesai. Terpaksa aku ketuk pintu kamar mandinya, eh ternyata-" Dimas refleks jawab dan jadi inget sama kejadian tadi.
Bantu Lala bukain resleting dan ...Lliat punggung Lala yang ramping. Mulus.
Mama Dimas langsung tersenyum melihat Dimas seakan malu keceplosan ngomong dan tiba-tiba diam saja.
"Ya udah biar Ara tidur sama mama malam ini."
"Ara jangan nangis ya sayang, jangan ganggu mama sama papa kamu. Oke!" Mama Dimas langsung membawa Ara masuk ke kamarnya. Anehnya ara itu gak nangis kayak biasanya.
Dimas tak berniat kembali dulu ke kamar, dia turun ke bar hotel. Lebih seperti cafe restoran. Dimas memesan beberapa minuman bersoda. pikirannya terus melayang, antara kecelakaan, bagaimana dulu dia bertemu dengan Tania, menikah, hingga malam pertama. Rasanya seperti baru kemarin.
Setelah menghabiskan beberapa botol minuman bersoda, Dimas yang sampai tertidur di mejanya, harus dibangunkan pelayan. Dengan jalannya yang sempoyongan, Dimas kembali ke kamar hotelnya.
Lala sudah selesai sejak tadi, dengan baju tidur berwana merah marunnya yang polos, baju lengan pendek dan celana panjangnya. Lala melihat sekeliling kamarnya, sepi. Kemana Dimas dan Ara? Lala keluar untuk mencari mereka. Lala malah melihat Dimas yang jalan sempoyongan.
"Mas Dimas." Lala berlari menghampiri Dimas dan memapahnya, membantunya berjalan.
Dengan susah payah akhirnya mereka sampai di kamar. Tapi Lala heran, Dimas mabuk kah? memang dia suka mabuk? ahkk.. sedikit membuat Lala rikuh. Lala juga bingung tak melihat Ara.
Brukk...
Lala tak sengaja menjatuhkan tubuh Dimas tepat di tempat tidur. Untungnya mereka sudah sampai ditempat tidur. Bukan hanya Dimas yang jatuh disana, tapi juga Lala, badan Lala ikut jatuh karena dari tadi sudah tak kuat menahan tubuh Dimas, yang setengah sadar sepertinya. Hingga Lala ikut jatuh tepat diatas Dimas.
Jantung Lala berdegub kencang. Lala mencoba berdiri. Untungnya Dimas melepaskan gengaman tangan Lala begitu saja. Lala khawatir Ara dimana? Lala ingin pergi mengeceknya.
Klingg..
Hingga ponsel Lala berdering, tanda satu pesan masuk. Lala langsung membukanya. Dari mama mertua Lala, dia mengirim vidio Ara yang sudah tertidur pulas di kamar sang mama.
La, biar Ara tidur di kamar mama ya malam ini -- tulis pesan dari mama mertuanya.
Gak ngerepotin mama? -- balas lala
Gak lah, cucu mama juga kan. Ngerepotin ya gak papa. Udah kamu bersenang-senang saja sama Dimas -- pesan Mama Dimas dari sebrang sana.
Lala terkekeh, geli? Bersenang-senang. Bagaimana bisa. sesaat ketika bersama Ara atau Dimas, Lala yang cuma anak sma belum lulus, entah kenapa bisa secepat itu menyesuaikan diri. Menjadi ibu pengganti untuk Ara, ketika bersama Dimas, hanya terjadi begitu saja, mengikuti alurnya, bagaimana Dimas akan memperlakukannya.
Baru lala mau membalas pesan sang mama mertua. ponselnya bergetar lagi, satu pesan dari mama mertuanya.
Mama tidur dulu ya La. Udah ngantuk. Capek. -- Pesan terakhir sang mama. lewat aplikasi whatsapp.
Lala ingin membalasnya, tapi terlihat di ponsel Lala kalau mama mertuanya sudah ofline. Lala tak jadi membalasnya, takut ganggu.
Lala baru akan pergi dan melangkah. Tapi sebuah tangan menahan Lala. Tangan kekar Dimas.
"Tania, jangan tinggalkan aku." Dimas mengigau.
Lala menoleh dan mencoba melepaskan tangan kekar Dimas yang menahan tangan Lala.
"Mas Dimas ini Lala. bukan mbak Tania." Tukas Lala, berusaha melepaskan gengaman tangan Dimas yang kuat.
"Tania... " Mata Dimas sedikit terbuka. melihat sosok wanita didepannya. Dimas melihat Lala seperti Tania. Dimas langsung menarik Lala dengan kuat hingga Lala jatuh menimpa tubuh Dimas.
"Tania, aku merindukanmu." Dimas terus mengigau.
"ini Lala, mas." Lala mencoba bangkit dari tubuh Dimas, tapi Dimas malah meneluk Lala dengan erat.
Bahkan mencium bibir Lala tiba-tiba. Lala tak bisa menolaknya. Pertama, karena dia suaminya. mungkin memang ini kewajibannya. Lala sendiri tak bisa menolak hasratnya, untuk menolak ciuman dari Dimas.
Kedua bibir mereka bertaut. Dimas menyesap bibir manis Lala, begitu pula Lala yang ikut hanyut dengan hasratnya. Hingga tangan Dimas mulai membuka kancing baju Lala.
"Mas Dimas, ini Lala bukan Mbak Tania." Lala menolak, dia menghentikan tangan dimas yang akan membuka kancing bajunya. Tapi kekuatan Dimas jauh lebuh besar dari Lala, Lala tak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti apa yang Dimas lakukan padanya. Toh mereka sudah suami istri. Kewajiban Lala.
Malam itu mereka melakukannya. entah Dimas dengan keadaan tak sadar atau apapun itu? dan dengan lala yang... menyesal? Lala mengutuk dirinya sendiri yang terbangun, dengan keadaan, dirinya berselimut, Dimas ada disampingnya, masih tidur dan tanpa mengenakan baju.
"ahkk..." Lala menekik kesal, mengingat kejadian semalam. Lala masih mau sekolah dan kuliah, kenapa Lala tidak menolaknya lebih keras. Jujur lala sendiri tadi malam juga punya hasrat untuk melakukannya. Normalkan cewek. kebawa suasana.
Ketika Lala sedang sibuk melamun, tanpa sadar menatap ke arah Dimas, dengan menutupi tubuhnya dengan selimut, memegangnya erat, meremat selimut itu, seakan takut. Takut kalau hamil dan sekolahnya putus. Gak bisa kuliah? bagaimana?
Tanpa sadar Dimas bangun, matanya mengeryit, melihat Ara yang masih melamun, menatapnya. Dimas yang baru bangun, kaget melihat dirinya dan Lala. Dimas melihat kedalam selimut dan kaget mendapati dirinya tanpa busana. kepala dimas juga sedikit sakit.
"apa semalam?" Dimas sedikit ragu untuk bertanya.
Lala baru ngeh, Dimas sudah bangun dan sejak tadi menatapnya. Bertanya padanya. Mata mereka saling bertemu, saling menatap. Mereka sama-sama malu mengingat kejadian tadi malam. Mereka langsung membuang muka satu sama lain. Lebih tepatnya kesal sih!
"La, apa semalam kita melakukannya? " Dimas bertanya tanpa melihat Lala. Lala hanya diam. Lala berpaling sementara Dimas menganbil pakaiannya yang berserakan dibawah. Dia langsung memakainya.
Dimas langsung berlari dan keluar dari kamar itu. Air mata lala menetes melihat Dimas pergi. Membanting pintu kamar hotel cukup keras. Apa dia sangat menyesal sampai pergi, langkah kaki dimas begitu tegas, terdengar seperti orang marah yang berjalan.
Dimas ada diatap hotel itu. Dia tak henti mengutuk dirinya sendiri, menjabak rambutnya, menyesal, bagaimana semalam dia bisa melakukannya dengan Tania. Dia sudah berjanji tak akan ada wanita lain selain Tania.
"Tania, maafkan aku." Dimas menangis disana.
Lala pun masih menangis didalam kamar hotel.
"Segitu nyeselnya Mas Dimas tidur sama aku. Aku yang cuma anak kecil yang terpaksa nikah sama kamu, yang gak akan pernah cinta sama aku."
kling ...
Satu pesan di ponsel Lala. Lala menghapus air matanya dan melihat pesan yang dia terima. Dari dua sahabatnya. Pipit dan Fitri.
La, libur tiga hari kemana sih?
Jangan lupa oleh-olehnya yaaa?
Lala hanya makin menangis membaca chat dari mereka. Andai mereka tau liburan Lala yang sebenarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments
Mariana Frutty
✖️
2022-11-05
0
Sweet Girl
jangan gitu Mas..... kasihan Lala....
2022-04-07
0
Naftali Hanania
sabar ya La 😢
2021-04-25
0