Lala masih sibuk di kamar mandi. Dari tadi dia mencoba menurunkan resleting gaun pengantinnya. Tapi benar-benar tak bisa.
"ahkk... kenapa gak bisa sih!" Lala meruntut kesal di kamar mandi.
"coba lagi La, pasti bisa." Lala pantang nyerah. Dia teru mencoba.
*
Dimas masih menemani Ara, duduk disamping Ara sambil mengamati Ara, tangannya sibuk memainkan ponsel, menggesernya ke atas, bawah, samping kanan, kiri dan membaca dengan seksama. Sampai fokusnya hilang. Ara menangis. Dimas menaruh ponselnya didekat meja tidur. Dia langsung menggendong Ara yang terbangun. Dimas melirik kamar mandi, Lala belum juga keluar.
*
Didalam kamar mandi pun Lala mendengar tangisan Ara. Tau sendiri kalau Ara sudah menangis, gak ada yang bisa nenangin kecuali Lala. Lala bergegas mencoba lagi, sedikit dipaksa untuk menurunkan resleting gaun pengantinnya, tapi benar-benar tak bisa.
"Ara sayang, tolong jangan menangis." Lala khawatir mendengar tangisan Ara tak juga berhenti.
tok tokk
Waduh! Hingga ketukan pintu membuat Lala kaget dan panik. Bagaimana? Lala tau benar pasti itu Dimas yang mengetuk pintunya karena Lala tak juga berhenti menangis. Tapi untuk membukakan pintunya, bagaimana? dengan keadaan gaun bagian belakangnya yang sedikit terbuka.
tok tok
Lala bingung. Dia diam tak merespon. Akhirnya Dimas mengetuk pintunya lagi. Dalan gendongannya Lala tak berhenti menangis.
"sayang bentar ya, Mama Lalanya lagi ganti pakaian." ujar Dimas, tepat dibalik pintu.
sebenarnya Lala sudah ada didepan pintu, tepat, tadinya mau membukakan pintu. masa bodolah dengan gaun terbuka, Dimas bisa lihat punggungnya atau apa? Lala menyerah dan mau minta tolong Lala juga gak tega denger Ara terus nangis. Tapi pas mau buka pintu... Mama Lala. ya ampun, apa artinya coba. Dimas bilang gak akan mencintai wanita lain selain Tania, tapi kenapa setiap sikap Dimas ke Lala bikin Lala berharap. Sikapnya itu manis banget bagi Lala.
"La, belum selesai ya mandinya?" Dimas berteriak dari luar.
"ahh iya. Maaf mas." Sudah. Lala gak tau harus gimana, kasihan ara. Lala pasrahlah. Lala buka pintu pelan, sedikit membuka pintu dan mengintip.
Dimas yang diluar kaget, liat Lala masih pakai gaun pengantinnya. Cewek mandinya lama banget. Giliran udah lama, belum mandi. Buset.
"La, belum buka baju?" Tanya Dimas spontan yang bikin Lala melongo.
"buka baju?" Dimas baru sadar ucapannya terlalu vulgar.
"maksudnya, belum ganti baju?" tanya Timas lagi.
"iyaa." pasrah Lala, malu.
"Ara-nya nangis. Gak mau berhenti sama aku." Dimas.
Aku. Panggilan yang terdengar akrab, lebih akrab dari pada saya. Memangnya sedang di kantor ketemu klien, formal banget. Saya! kalau sedang sama Ara, panggilan itu muncul begitu saja dari mulut Dimas.
Ara terus menangis dalam gendongan Dimas. Dia melihat Lala, terus menatap Lala, tangan Ara seakan minta digendong.
"sini mas Aranya, biar aku gendong bentar."
Tuh kan. Lala juga ikutan kalo Dimasnya gak terlalu formal dengan Lala. Lala ya refleks aja. Lala membuka pintu kamar mandinya lebih lebar, dia berdiri diambang pintu dan meminta Ara dari gendongan Dimas. Dimas langsung memberikannya.
"Ara kenapa nangis? mau sama.."
Lala menghentikan ucapannya. Dia ragu mau panggilan dirinya sendiri, menyebut dirinya sebagai mamanya Ara. Dimas marah gak nanti?
"mau digendong sama mama ya." keluar juga ucapan itu dari mulut Lala, dia sedikit melirik kearah Dimas, cuma untuk lihat ekspresinya. Kalau dirasa gak bagus, ya mungkin gak boleh dan gak akan Lala ulangi. Dimas malah tersenyum menatap Ara sejak tadi. Ara berhenti menangis.
"Ara, mama mau mandi dulu. Ara sama papa ya. Jangan nangissss..." Lala mencoba bernegosiasi dengan si kecil Ara. Menciun pipi tembamnya sangat lama. Lala sangat suka melakukannya. Membuat Ara nyaman dan terseyum geli. Dimas ikut tersenyum melihat anaknya tersenyum.
"sama papa ya?" Lala memberikan Ara pada Dimas. Ara seakan menurut. Dimas membuka tangannya untuk menggendong Ara. Ara sudah tak menangis lagi digendongan Dimas.
"makasih ya La. Kamu bisa terusin bersih-bersih badannya." Dimas akan pergi dengan menggendong Ara.
Antara mau minta tolong untuk bantu bukain resleting gaunnya, tapi malu. Tapi gak ada pilihan lain.
"Mas Dimas. "Llala, gak punya pilihan lain.
"kenapa La?" Dimas berhenti dan menoleh.
"saya mau minta tolong." kata Lala dengan hati-hati.
"minta tolong apa?"
"tolong panggilin mama, atau bu lek buat kesini." ditengah jalan lala dapat ide cemerlang. Dari pada minta tolong Dimas untuk menurunkan resleting gaunnya. Mending minta tolong panggilin mama mertua atau bu lek, kan sama-sama cewek jadi gak malu.
"buat apa emang?" Dimas gak enak sih mau nyamperin mereka, takut ganggu istirahat, kan mereka sudah repot ngurusin semuanya.
"buat... bukain resleting gaunnya yang macet." Lala bilang juga, dengan sedikit menahan malu. Mau gimana, orang ditanya ya jawab seadanya.
Dimas sedikit kikuk, malu juga denger jawaban Lala. Mau bantu, nanti lihat bagian tubuh Lala bagian belakang dong. Resleting gaun pengantin Lala itu hampir kedaerah panggul dan itu stage cuma beberapa centi setelah lala buka. Beberapa centi dari atas.
"mau aku bantuin gak? takut ganggu mama yang pada istirahat." Dimas langsung memberikan alasan pada Lala, yang gak mau keliatan memang mau lihat tubuh Lala. Tania tetep nomer satu dihatinya. Gak akan berpaling.
"Mas Dimas, gak papa?"
"kamunya gimana?"
"iya sih kasihan mama sama bu lek."
Lala berbalik, memunggungi Dimas. Menatap lekuk tubuh Lala yang terbilang ideal saja membuat Dimas salah fokus. Apalagi dengan gaun pengantin yang membentuk lekuk ramping Lala, yang masih remaja. Tubuh yang cukup menggoda.
Dimas perlahan mendekati Lala. Mau coba turunin resletingnya dengan gendong Ara. Dimas pikir gampang, bisa, tapi ternyata enggak!
"bisa gak mas?" tanya Lala sedikit melirik kebelakang punggungnya.
"aku pegangin Ara bentar apa?"
"iya. gendong Ara bentar."
Lala berbalik untuk menggambil Ara dari gendongan Dimas. Lalu berbalik lagi agar Dimas bisa membantu menurunkan reselingnya.
Lala dan Dimas sama-sama gugup, menelan salivanya dengan susah payah, ketika dengan sppntan tadi Dimas mencoba menurunkan resletingnya tapi tak bisa, dan dengan kekuatan yang Dimas kerahkan, akhirnya bisa. Walau jatuhnya sedikit kasar dan membuat keduanya kaget. Lala langsung memegangi gaunnya, takut melorot depan Dimas, kan berabe.
Lala langsung berbalik dan menyerahkan Ara pada Dimas. Lala tak berani menatap mata Dimas secara langsung. Dimas pun sama. Dimas segera pergi menjauh dari kamar mandi, dengan menggendong Ara. Lala langsung masuk ke kanar mandi. Menyalan kran air dan menyibukan diri dan otaknya mendengarkan tetesan air dari shower.
"jangan mikir kemana-mana La?" lala menyingkirkan pikiran kotor dari kepalanya.
*
Lala, anak sma yang termasuk suka dengan pria yang lebih dewasa darinya dan Dimas, lelaki pertama yang bisa dekat dengan Lala. Bagaimana Lala tak berharap lebih. Si gadis pencinta novel romantis. Dari romance remaja sampai percintaan dewasa.
dan Dimas, memenuhi semua kriteria cowok impian Lala. ahkk.
bagaimana?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments
Sweet Girl
sabar ya La....
2022-04-07
0
Kimyumi
udah halall bos
2021-12-30
0
Zulfa Elfina
Dimas salting....
2021-04-20
0