TERPAKSA MENIKAH DENGAN DUDA MUDA
Lala
aku tak pernah menyangka harus seperti ini menikah?
*
Menikah, sebuah peristiwa sakral, sekali seumur hidup, yang aku fikir, aku akan melakukannya, melewati masa itu dengan indah, menikah dengan orang yang aku cintainya. Nyatanya, tidak?
Maybe, mungki memang sudah takdir tuhan.
Karamela atau yang lebih akrab disapa Lala.
*
Itu di sebuah altar pernikahan yang indah, seperti impian Lala, yang suka sekali nonton film twilight, dari yang season satu sampai akhir, sampai adegan ranjang, yang merusak ranjang, sesekali nonton dengan mata terpejam atau sembunyi dibalik bantal. Hihii... Yang itu, Lala gak tau kalau adegannnya se-dewasa itu?
Lala. Karamela, anak dari ibu dan ayah yang sudah meninggal. Meninggal karena sebuah kecelakaan pesawat. Sekarang tinggal dengan keluarga Ayahnya, yang membantu mengelola semua urusan duniawai ayah dan ibu Lala yang ditinggalkan, seperti perusahaan ayahnya. Jangan bilang mereka cuma mau atau mengincar harta, seperti di televisi, yang kebanyakan keluarganya matre yaaa... Mereka berbeda, mereka sangat menyanyangi Lala. Bahkan menganggap Lala seperti anak mereka sendiri, semua harta milik orang tua Lala, hanya mereka bantu kelola.
*
Kembali ke altar pernikahan itu, altar yang sangat indah, Di hutan yang indah, penuh dengan pepohonan yang menjulang tinggi disisi kanan dan kirinya, tapi acara ini, sebuah pernikahan, pernikahan Lala dan seseorang, diadakan dilahan yang cukup kosong diantar pepohonan itu. Dengan dekorasi yang mirip sekali dimana Lala melihat adegan pernikahan Edward dan Bella Swan. Pernikahan impian Lala.
Yang dipenuhi kakak sepupu Lala, Tania, dia cantik dan manis, delapan tahun diatas Lala. Menikah dengan Dimas, seorang pengusaha muda, sukses dan pintar dan sekarang punya satu anak perempuan, Ara, si kecil yang manis, usianya baru menginjak satu tahun hingga kecelakaan itu menimpa Tania. Mama Ara.
*
Mobil Tania sedang dijalan menuju rumah, dia sangat antusias, setelah membeli kue di toko langganan mereka, lalu pulang untuk menunjukan kue ulang tahunnnya pada Ara. Ya, hari ini adalah hari ulang tahun Ara. Tapi bukannnya kebahagian yang Ara kecil dapatkan, Ara malah mendapatkan kesedihan.
"Aaaa...." itu teriakan Tania, yang terpaksa membanting setir hingga mobilnya melewati pembatas jembatan, melayang dan jatuh kedalam sungai.
*
Ara yang masih tertidur pulas tiba-tiba menangis. Ibu mertua Tania dan seorang pembantu paruh baya disana datang menghampiri ke kamar Ara. Mereka langsung menggendong Ara, tapi tangis Ara tak juga berhenti. Mereka bergantian, Ara digendong oleh sang nenek, tetap saja dia masih menangis. Hingga mereka mengajak Ara keluar, mencari udara segar. Melihat taman di rumah itu dan kupu-kupu yang masih bayak disana.
“Sayang, cup cup.. Coba lihat bunganya, mama loh yang tanem, cantikan kayak Ara yang cantik, jangan nangis ya sayanggg... Mama sedang mengambil kue ulang tahun Ara.”
Tangis Ara malah makin kencang. Hingga seorang berseragam Sma dengan tas pungung warna abu-abunya datang, dia sedikit berlari masuk ke halaman rumah itu. Matanya tertuju pada Ara, suara tangisan Ara yang sudah bisa dia dengar sejak dia ada didepan rumah itu.
“Araaa kenapaaa?” Dia berlari menghampiri Ara yang ada digendongan Mita, ibu mertua Tania.
“Sini tante biar Lala yang gendong.” Pinta lala, mengambil Ara dari gendongan Mita. Mita pun memberikan Ara pada Lala.
“Cup cup. Sayanggg ... Ara kenapa nangis?” Tanya Lala dengan nada imutnya pada Ara. Dia mengusap lembut pungung Ara, menimangnya dalam dekapan Ara.
Sejak kecil Ara sudah terbiasa dengan Lala, Tania akan menitipkan Ara pada Lala, jadi Ara sudah cukup dekat, bisa dibilang sangat dekat dan hanya bisa tenang, jika Lala atau Tania yang menggendongnya.
Benar saja, Ara langsung terdiam dalam gendongan Ara. Mita yang melihatnya sangat kagum, baru kali ini dia melihat gadis sma, belia, bisa menenangkan anak kecil seperti Ara, yang biasanya hanya bisa tenang dengan dekapan mamanya.
“Wahhh.. Kamu jago ya La bikin ara berhenti nangis. “ Puji Mita pada Lala. Lala hanya tersnyum sambil menepuk-nepuk punggung Ara yang mulai tidur dalam dekapan Lala, kepala Ara bersandar dipundak Lala, dekat jantung Lala. Jantungnya seperti musik yang membuat Ara tertidur pulas.
“Aranya tidur lagi tan? “ Kata Lala, mencoba melihat muka kecil Ara. Benar saja, matanya sudah terpejam.
“Iya. Bawa ke kamar lagi deh. Tidurin disana.” Perintah Mita. Lala pun mengikuti, lagi pula kasihan kalau Ara harus tidur dalam posisi seperti itu. Lala tak tega, lebih nyaman tidur ditempat tidur Ara yang empuk kan?!
Lala segera membawa Ara ke kamarnya, sebuah kamar bernuansa pink, warna kesukaaan Lala juga, dengan semua dekorasi yang hampir sama, dan sebuah tempat tidur berwarna pink, dengan ornamen hello kitty. Lala perlahan menidurkan Ara disana, tapi baru saja ditinggal, Ara sudah menangis lagi. Mita yang sejak tadi mengikuti dari belakang, memperhatikan betapa tlatennya Lala mengurus Ara, seperti Tania yang megurusnya. Mita khawatir melihat Ara menangis lagi. Tapi dengan sigap Lala mengambil Ara dan mengendonnya lagi, menidurkan Ara dalam dekapannya.
‘Cup cuppp’
Lala terus menepuk punggung Ara, mengelusnya lembut, mencoba menenangkan dan menidurkan Ara. Ara seperti punya perasaan yang tidak enak, yang secara alami ia rasakan ketika mamanya mengalami hal yang buruk.
*
Polisi datang ke tempat kejadian. Beberapa orang menjadi saksi. Hingga Dimas yang tadinya sedang bekerja dan meeting mendapat telpon. Sebuah mobil diangkat keluar dari sungai itu, begitu juga dengan jasad tania, yang sudah tak bernyawa didalam mobilnya. Seakan tak percaya melihat wanita yang paling dia cinta meninggal, tubuh Tania terkulai lemas, tak bernyawa, dikeluarkan dari mobil, digeletakan dijalan, dengan alas plastik, pembungkus mayat?
Air mata Dimas sudah menetes dari tadi. Pria yang notabennya jarang menangis, dan Dimas, menangis sejadinya melihat jasad Tania. Jasad Tania dimasukan kedalam ambulance, lalu dibawa ke rumah sakit. Dimas ikut masuk dalam mobil ambulance itu.
*
Ara masih tertidur pulas dalam dekapan Lala, sekarang mereka ada diruang tamu. Lala terduduk disana, disebuah sofa panjangnya, dengan Ara yang tidur dalam dekapannya. Mita dan Bibik, pembantu disana, hanya melihat itu. Lala benar-benar seperti Tania kedua. Hingga telpon rumah itu berderng.
Kringgg... Kring...
Telpon rumah itu berdering. Bibik sedikit berlari menuju meja tempat telpon rumah dan lansung mengangkatnya. Baru beberapa patah kata yang dia dengar, bibik terlihat syok hingga menjatuhkan telponnya. Lala dan mita yang melihat itu jadi khawatir. Ada apa? Telpon dari siapa? Mita segera menghampiri Bibik dan mengambil alih telponnya.
“Halo.” Kata Mita untuk orang disebrang sana.
*
Setelah mendengar kabar itu mereka langsung datang ke rumah sakit. Betapa kaget dan terkejutnya semua orang, Mita, mama Dimas, hingga orang tua kandung Tania. Walau berat, takdir sudah terjadi. Mereka mencoba mengikhlaskannya. Hingga acara pemakaman Tania selesai. Dimas kembali ke rumah untuk istirahat, dari tadi Ara yang bersama bibik tak henti menangis, mungkin hatinya juga merasa sakit, seperti hati Dimas, sakit ditingal wanita yang dia cintai.
“Sini bik.” Dimas mengabil Ara dari gendongan bibik. Dimas mencoba menenangkan Ara yang tak henti menangis. Bahkan Dimas sendiri ikut memangis ketika menenangkan Ara. Mita dan Dina, hanya dapat melihat itu dengan sedih.
Tapi dalam gendongan Dimas pun ara tak berhenti menangis. Mita mencoba menggendongnya, tapi Ara tetap menangis. Dina mencoba menggendongnya, tapi tetap saja. Mita ingat, Lala mungkin bisa. Dina menelpon ara untuk datang ke rumah Dimas dan Tania. Tak lama Lala datang dan langsung menggendong Ara. Ara langsung berhenti menangis.
“Ara langsung berhenti menangis ketika Lala menggendongnya?” Dina, Bu lek Ara, tak percaya melihat ini, lagi. bukan sekali, tapi sepertinya memang Ara nyaman dengan Lala.
“Setidaknya ada Lala yang akan menenangkan Ara.” Mita tersenyum melihat cucunya itu berhenti menangis bahkan tertidur setelah digendong Lala..
“Kasihan Ara, dia masih kecil tapi harus kehilangan ibunya.” Imbuh Dina. “Siapa yang akan mengurus anak kecil cantik kita ini.”
Dimas hanya terduduk tak berdaya, masih syok dan sangat sedih. Menjadikan tangannya tumpuan kepala yang terasa sakit, seperti hatinya.
“Lala, kamu bisa kan menjadi pengganti Tania.” Mita dengan tiba-tiba. Lala terbelalak,
“Maksudnya tan?”
“Iya la, jadilah ibu untuk Ara kasihan. Bu lek liat Ara sudah sangat dekat dengan kamu, seperti Ara dekat dengan Tania.” Dina juga ikut membujuk Lala.
Dimas yang sayup-sayup mendengar ucapan kedua wanita yang dia hormati itu terlonjak kaget dan berdiri, menghmapiri mama dan mama mertunya, Dimas menatap marah keduanya?
“Ma, apa maksudnya?”
“Dim, menikahlah lagi. Dengan Lala?”
“Supaya Lala bisa selalu disini dan menjaga Ara.”
“Ini untuk kebaikan Ara, Dim.”
“Lihat Ara, dia sangat tenang dalam pelukan Lala.”
Mereka tak henti membujuk Dimas dan Lala, mereka tak pernah berpikir bagaimana persaan Lala, yang masih kelas tiga sma, yang bahkan belum lulus, harus menikah dengan duda? Beranak satu?
“Lala, kamu mau kan? Demi Ara?”
“Bu lek mohon La?”
Hah..
Lala bimbang, bingung menjawab pertanya kedua wanita paruh baya didepannya yang tak henti membujuk dengan nada manis mereka. Menikah dengan Dimas? Demi Ara? Tapi dia masih ingin sekolah, kuliah. Bagaimana masa depannya nanti?
*
Demi Ara, La.
Bu lek mohon.
Demi Ara. Hanya karena kalimat itu, Lala tak bisa menolaknya. Tania juga sangat baik padanya, ketika dia kehilangan ibu dan ayahnya, Tania yang selalu ada untuk menghibur Lala. Lala ingin membalas budi naik Tania.
*
Pernikahan itu pun terjadi. Lala, yang sangat cantik dengan gaun pengantinnya, dengan diapit bu lek dan pak leknya, mereka menuntun Lala ke altar pernikahan. Dimas sudah ada disana, dengan memakai tuxedo hitam, sangat tampan dan mempesona. Beberapa orang datang, hanya beberapa keluarga inti dan teman dekat. Seorang penghulu juga sudah ada disana.
“Saya menerima Lala, sebagai istri saya. Selamanya? Sampai maut memisahkan?”
“Saya menerima Dimas sebagai suami saya. Dalam susah dan senang, hingga maut memisahkan kita.”
Keduanya mengucapkan ikrar pernikahan yang membuat Dimas dan Lala resmi menjadi suami istri. Lala yang ada disamping Dimas, meminta tangan Dimas, Dimas mengulurkan tangannya. Lala mencium punggung tangan Dimas.
“Saya melakukannya hanya untuk Ara.” Bisik Dimas pada Lala. “Saya tak akan pernah, bisa, mencintai wanita lain selain Tania!” Katanya lagi.
Dettt...
Bisakah Lala, bertahan dengan suami yang tak akan pernah mencintainya. Lala mencoba tersenyum diluar tapi hatinya, begitu sakit mendengar ucapan Dimas.
cek profil buat novel series terpaksa menikahi duda yang lain kk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments
ARA
What The hell... Kuburan blum kering, dah nikah aje😜
2023-01-16
0
ARA
Dina menelpon Lala thor
2023-01-16
0
Sweet Girl
iyyaaain aja La.....
2022-04-06
1