William beranjak dari duduknya, perlahan pria itu menembus kerumunan.
"Ada apa?" tanyanya, dan bersamaan dengan itu segala hingar bingar di dalam ruangan tersebut dihentikan, pria itu menatap gadis yang menjadi pusat perhatian tampak diseret dengan kasar oleh pria bernama Bian. Bukan My Lily, ucap pria itu dalam hati.
Lily seketika menoleh, cukup terkejut dengan terhentinya musik juga lampu-lampu yang sempat membuatnya menjadi pusing, dan pria bule di hadapannya itu menatap dirinya dengan asing, apakah pria itu akan menawarku juga?
Lily meronta hingga cekalan pria bernama Bian di lengannya itu terlepas, dan sesaat Bian menatapnya dengan tajam, seolah memerintahkan gadis itu untuk diam.
"Hay Bos, aku hanya menemukan mangsa baru, cukup buat aku bersenang senang malam ini." Bian mencoba tertawa untuk mencairkan suasana.
"Tidak ada, tuaan William. Kami hanya terlibat persaingan kecil." Danis ikut angkat bicara.
Merasa sosok Lily bukanlah wanita yang ia kenali, William kemudian melengos, entah kenapa ada sedikit kecewa dalam dirinya, pria itu berbalik pergi.
Lily sedikit terlonjak saat hingar-bingar di tempat itu kembali dihidupkan, kenapa seolah semua orang begitu patuh terhadap pria itu.
Dan pertanyaan dalam benaknya terjawab saat Lura diam-diam mendekat. "Dia adalah pemilik tempat ini, dan jika salah satu dari kami terpilih untuk dia tiduri, maka itu adalah sebuah keberuntungan ," ucapnya berapi-api.
"Kau pernah?" tanya Lily.
Lura menggeleng, "belum," jawabnya, belum sempat kembali menimpali, sebuah cekalan di lengan sahabatnya itu membuat Lura sedikit terlonjak.
"Jangan pernah bermimpi untuk ditiduri oleh Tuan William, kau bukan selera pria itu," ucap Bian dengan senyum meremehkan, kemudian menyeret Lily ke arah sofa, menghampiri teman-temannya, dan melihat itu semua Lura hanya bisa menyemangati sahabatnya dalam diam.
William duduk di sofa berbeda dengan Bian juga teman-teman pria itu di ujung sana, dari tempatnya duduk ini pria itu dapat melihat dengan jelas saat Bian duduk memangku gadis itu, entah kenapa ada rasa tidak rela dalam dirinya saat melihat itu semua, tapi kenapa?
Pria itu sengaja tidak berpaling saat tatapan gadis yang berada di pangkuan Bian kemudian mengarah pada dirinya, sorot mata teduh itu memancarkan ketidak sudian, ada kecewa juga terpaksa yang terpancar dari raut wajahnya, dan memikirkan hal itu membuat William enggan berpaling dari wajah cantik si gadis yang namanya sama dengan mantan kekasihnya, hingga gadis itu yang lebih dulu memilih membuang muka.
"Tuan, bolehkah saya menemani anda," suara lembut dari perempuan berpakian minim itu berhasil membuat William menoleh, pria itu mengangguk, sepertinya dirinya butuh pengalihan, saat menyadari isi kepalanya justru penuh dengan nona baru yang kini di tangan Bian.
Wanita yang menawarkan dirinya itu dengan sangat bahagia menghambur pada William, belum pernah selama hidupnya di tempat ini dirinya dapat bersanding dengan pria dingin itu, si kepala batu yang dapat memberikan apapun yang dia mau.
William mencoba fokus pada perempuan di sebelahnya, diam saja saat wanita itu mulai menyentuh bagian tubuhnya.
"Boleh kah saya mencium anda, Tuan?" izinnya.
Pria itu menoleh pada Bian yang masih memangku gadis itu, dan memilih berpaling saat pandangan mereka kembali bertemu. "lakukan lah," ucapnya mencari pengalihan, kemudian memejamkan mata saat bibir lembut wanita itu sudah mulai menjamah bagian mulutnya, namun entah kenapa yang terbayang malah wajah perempuan dalam pangkuan Bian. Sialaaan.
William sedikit mendorong wanita itu hingga ciumannya terlepas, pria itu menoleh pada gadis bernama Lily yang juga tengah menatap ke arahnya, tatapan terbaca itu seolah mengiba pada dirinya, gadis itu benar-benar membuat isi kepalanya mulai berbeda.
"Ada apa,Tuan?" tanya wanita yang menemaninya.
"Bisakah kau pergi?"
"A, apa, Tuan?" Wanita itu bertanya tidak percaya, hayalan Tuan William yang akan mengajaknya bermalam bersama harus sirna dengan sekejap mata.
William tidak menanggapi, pria itu kembali menoleh pada gadis yang namanya sama dengan mantan kekasihnya, dan beranjak berdiri saat sosok itu ternyata sudah tidak ada, kemana mereka?
***
Lily begitu risi saat pria bernama Bian memaksanya untuk menduduki pangkuannya, dan yang lebih menjengkelkan, tangan pria itu yang tidak bisa diam membuat dirinya sibuk menyingkirkan dari bagian tubuhnya.
Lily menangkap sosok pria bernama William tengah menatap ke arahnya, entah apa maksud tatapan pria itu, haruskah dia terus membalasnya.
Seorang wanita yang datang menghampiri pria itu berhasil membuat Lily mengerutkan dahi, dan adegan ciuman setelahnya benar-benar membuat gadis itu bergidig ngeri.
Bian yang tangannya semakin kurang ajar membuat Lily merasa geram, pria itu mengajaknya untuk berdiri dan menarik pergelangan tangannya hingga gadis itu terseok mengikuti.
Clab yang berkedok tempat hiburan fasilitas sebuah hotel itu memang terletak di bagian terpencil hotel bintang lima milik keluarga Handelson, tidak ada yang menyangka bahwa di sana terdapat transaksi jual beli yang kali ini seorang Lily tengah alami.
Bian menerobos kerumunan orang-orang mabuk yang tengah asik melantai, dan Lily hanya dapat mengekori di belakang pria itu, dia sepertinya sudah pasrah jika kehormatannya harus jatuh di tangan Bian.
Sebuah tarikan di lengannya membuat langkah Lily kemudian terhenti, gadis itu menoleh, dan terkejut dengan sosok William yang berdiri dengan wajah datarnya.
"Mau kemana, buru-buru sekali?"
Bian yang merasa bingung dengan kehadiran William memberikan tatapan tajam, "tentu saja aku akan mencoba barang yang telah aku beli, apa lagi?"
Dengan satu jentikan jari dari pengawalnya, kebisingan di tempat itu seketika terhenti, Lily masih merasa takjub dengan kuasa pria itu dalam mengendalikan sesuatu.
"Kurasa penawaran gadis ini belum berakhir, aku akan ikut memberikan penawaran juga."
Bian terdiam, dia sebenarnya begitu jengkel mendapati William yang ikut-ikutan, biasanya pria itu tidak tertarik dengan wanita yang dia bawa.
"Ok baiklah, berapa penawaran yang dapat kau berikan?" tanya Bian.
William terdiam, tatapannya beralih pada gadis yang juga menatapnya, dan entah sejak kapan, sorot netra wanita cantik itu berhasil membuat dirinya menjadi lemah. Sialaaan.
"Aku akan memberikan penawaran sesuai dengan apa yang dia inginkan," ucap William tenang. "Apa kau mampu mengunggulinya?"
Mendengar itu Lily tentu saja merasa terkejut, pria itu? Benarkah apa yang dia ucapkan.
Bian berdecih sinis, sampai kapanpun pria itu tidak akan pernah menang melawan Tuan William yang kekuasaannya tidak dapat diragukan. Perlahan pria itu melepaskan cekalan di tangan Lily, dan gadis itu reflek memegang pergelangan tangannya yang terasa nyeri.
Lily sedikit terlonjak saat dengan lembut pria bernama William menyentuh punggung tangannya, menautkan jemari mereka pada sela-sela yang terdapat di tangan keduanya.
"Ikutlah denganku, My Lily."
**iklan***
Netizen: katanya up malem ini udah pagi woy 😒
Author: 😭 maaf ini juga smlm up sampe pagi blom nongol.
Netizen: kan gue nungguin 😑
Author: masih lebaran mah monmaaf lahir batin aja ya 😆
Netizen: trus ini upnya kapan lagi, ntar siang harus up lagi pokoknya. 😒
Author: mau bilang malem lagi tapi takut gak tepat lagi gimana dong kan riview yg menentukan. 😅 Tapi yang penting kan gue udah usaha lah ya 😌 jan marah marah mulu napa ntar mati muda lu.
Bantu vote sama rate bintang 5 ya, masa bintangnya turun 🤣 salam haha hihi. Komedinya blom muncul sabar ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Diyah Saja
adoh bang buleeeee mauuu ngadon
2023-11-09
0
Warsih Saputra
ini udah bilan 09 2021 thor.. aku baca ulang2 trus novel mu ini... gk bosen2 ampun daahh... part yg paling aku suka d bagian pertemuan ini... 😍😍baca nya jadi pengen ikut jual diri nih gue ampun ya awloh 😩😩
2021-09-02
1
iyut_PAntes
bakal makin seru ini mah
2021-07-30
0