Bab 3

Cuaca mulai panas, akhirnya Naura dan Rizky memutuskan untuk pergi ke tempat lain. Disepanjang perjalanan menuju tempat lain, Naura hanya sibuk berfoto-foto. Sedangkan Rizky fokus menyetir.

Karena Naura takut mabuk diperjalanan. Akhirnya Naura menyuruh Rizky untuk perlahan mengendarai mobilnya.

"Kita mau kemana sih?"

"Ke dunia lain," ucap Rizky sambil tertawa.

Satu jam kemudian.

Rizky membangunkan Naura yang sedang tertidur. "Bangun, Ra!," ujarnya sambil menepuk-nepuk pundak Naura, namun Naura masih tidak bangun.

Rizky mencubit hidung Naura, agar Naura bangun. Spontan Naura bangun karena ia tidak bisa bernafas.

"Kamu apa-apaan sih!" teriakku sambil menghirup banyak oksigen.

"Akhirnya bangun juga," gumam Rizky.

"Kamu mau aku mati ya?"

"Bukan gitu. Aku cuma mau bangunin kamu saja."

"Itu bukan mau bangunin, tapi itu lebih kearah pembunuhan."

Naura memicingkan matanya. "Kamu ajak aku piknik bukan karena kamu mau bunuh aku kan?"

"Mana ada aku bunuh kamu".

"Terus tadi apa?"

"Aku udah bilang, kalau aku mau bangunin kamu."

Naura melihat ke luar mobil, ia sungguh kebingungan karena suasana diluar seperti hutan. "Ky, ini dimana?"

"Dunia lain."

"Jangan bercanda dong!"

"Ini tempat wisata. Aku mau ajak kamu ke curug," jelasnya.

Naura tertawa kecil. "Kirain beneran ke dunia lain"

Rizky menatap datar kearah Naura. Bagaimana tidak, tadi disaat Rizky bilang seperti itu, Naura malah menyuruh Rizky agar tidak bercanda. Sekarang giliran Rizky yang serius, Naura malah menanggapinya dengan candaan.

Rasanya Rizky ingin sekali meninggalkan Naura di curug, agar Naura hidup bersama binatang yang ada di hutan.

"Kamu kenapa lihatin aku kayak gitu?"

"Soalnya kamu ngeselin."

Naura tak terima. "Yang ada kamu yang ngeselin."

"Ayo keluar!" ajak Rizky karena tak mau banyak basa-basi. Lalu, ia keluar dari mobil, kemudian Naura juga ikut keluar.

"Katanya mau ke curug, tapi kok curug nya gak ada."

"Kamu baru pertama kali ke curug ya, Ra?"

"Iya."

Rizky mengehela nafasnya. "Pantas saja."

"Maksudnya?" bingung Naura, sebab ia tidak mengerti perkataan Rizky.

"Kita harus jalan kaki kesananya, nanti baru deh ketemu curug nya," jelas Rizky.

"Berapa menit sampai kesananya?"

"Paling sekitar 10 menit, tapi kalau jalannya cepat."

"Aku tunggu disini aja deh, soalnya kaki aku sakit."

Rizky baru ingat kalau kemarin Naura habis terjatuh dari sepeda dan pastinya luka dilututnya belum kering. "Kaki kamu masih sakit ya?"

"Enggak sakit sih, cuma lukanya belum terlalu kering."

"Yah! percuma dong aku ajak kamu kesini. Padahal tadinya aku pingin menenggelamkan kamu ke curug."

Mempunyai sahabat seperti Rizky harus memperbanyak sabar, sebab kata-kata yang keluar dari mulutnya sangatlah tidak baik.

Sebenarnya Naura tahu bahwa sahabat itu sedang bercanda, tapi tetap saja Naura ingin sekali menyumpal mulut sahabatnya.

"Kamu ke curug sendiri aja."

"Gak mau! kita pindah ke tempat lain aja."

"Masa pergi lagi sih."

"Habisnya aku gak mau sendiri."

Disaat Rizky akan masuk kedalam mobilnya, Naura langsung mencegahnya. "Ya udah aku ikut kesana."

Akhirnya keduanya berjalan menuju curug. Diperjalanan menuju curug, mereka harus melewati jembatan. "Ky, aku gak mau kesana." Naura ketakutan saat melihat kebawah jembatan.

Disaat Naura ketakutan, Rizky malah tidak takut. Karena Rizky sering mengunjungi curug ini bersama teman-teman kuliahnya. "Tenang aja, lagian gak takut kok."

"Gak mau! aku takut ketinggian."

"Ya udah ayo aku gendong."

"Gak mau! nanti kita berdua jatuh, karena pasti gak seimbang."

"Tenang aja, gak akan jatuh. Lagipula dulu aku bawa tas yang berat, tapi tetap seimbang tuh."

"Aku pasti lebih berat dari tas kamu."

Rizky jongkok agar Naura naik ke punggungnya. "Cepat naik!"

"Nanti kalau jatuh gimana?"

"Gak akan, Naura."

Naura naik ke punggung Rizky. Kemudian Rizky berjalan diatas jembatan gantung sambil menggendong Naura.

Rizky panik saat kepala Naura menempel di leher. Lalu, ia menyuruh Naura untuk menjauhi kepalanya dari leher Rizky, karena dengan Naura menempelkan kepalanya, itu membuat Rizky sangat merinding.

Karena Naura orangnya ngeyel, ia tidak menuruti perintah Rizky.

"Cepet jauhin kepalanya."

"Jauhin kemana?"

"Taruh kepala kamu di jurang," kesal Rizky, lalu dia mendapat pukulan dari Naura.

Aww!

"Mau aku jatuhin ke jurang ya?" kesal Rizky karena Naura memukulnya.

"Ishhh nyebelin!"

"Makanya jangan main tangan."

Naura terdiam beberapa menit sehabis pertengkaran kecil tadi.

"Ra, kamu gak tidur, kan?"

"Malah tidur ini bocah."

Entah kenapa Naura merasa aneh. Baru kali ini jantungnya berdegup kencang. Sebenarnya Naura sering digendong oleh Rizky, tapi saat ini rasanya sangat aneh.

Apakah ia jatuh cinta kepada Rizky?

Ti-tidak! jangan sampai jatuh cinta pada sahabat sendiri.

Dengan cepat, Naura membuang jauh-jauh pikirannya itu. Ia tidak mau kalau hal itu sampai terjadi.

"Ra, bangun!"

"Dari tadi juga bangun."

"Terus kenapa kamu diam aja?"

"Soalnya aku lagi menikmati udara pegunungan."

Walaupun siang hari, tetapi cuaca disini sangatlah sejuk. Mungkin karena didaerah pegunungan, makanya terasa dingin.

Beberapa menit kemudian, mereka telah selesai melewati jembatan gantung. Lalu, Rizky menurunkan Naura dari gendongannya. "Ternyata kamu berat juga."

"Suruh siapa gendong aku."

"Nanti baliknya kamu jalan kaki aja ya."

"Gak mau! aku takut ngelewatin jembatannya."

"Ya udah kalau gitu kamu tinggal disini aja." Naura cemberut gara-gara Rizky berkata seperti itu.

Kemudian, Rizky menyuruh Naura agar melanjutkan perjalanan. Tetapi karena Naura sangat kesal, ia jadi tidak ingin pergi.

Setelah dibujuk cukup lama, akhirnya Naura mau. Lalu, mereka melanjutkan perjalanan menuju ke curug.

Tak sampai lima menit, mereka sampai di curug. "Ra, kita foto bareng yuk!" ajak Rizky.

"Aku gak mau!" tolak Naura.

"Kamu masih marah ya sama aku?"

"Gak marah kok. Aku cuma males foto aja."

Rizky berfoto-foto di dekat air terjun. Sedangkan Naura, ia hanya duduk di bebatuan yang besar. Ia menikmati keindahan air terjun sambil sesekali melihat kearah Rizky yang sedang berfoto-foto. Terlihat dari wajah Rizky, bahwa dia sangat senang berada disini.

Tiba-tiba seseorang datang menghampiri Naura. "Permisi."

Naura menoleh kearah orang itu. "Iya, ada apa?"

Perempuan itu meminta tolong kepada Naura agar Naura memotret orang itu. Tetapi karena Naura malas berdiri, akhirnya ia menolak permintaan orang itu.

Orang itu pun pergi dengan menunjukkan muka yang sinis. Naura tahu bahwa orang itu kesal karena Naura tidak mau membantunya.

Sebenarnya jika mood Naura bagus, mungkin Naura akan membantu memotret orang itu. Tapi karena sekarang moodnya sedang tidak bagus, jadinya ia tidak mau melakukan perintah dari seseorang, apalagi orang itu adalah orang asing.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!