Bab 5 - "Pih"

Pria tampan itu melihat sekitar rumah Aslan dengan cermat. Netranya memindai sekeliling hingga mata elang itu melihat sesuatu yang membuat kedua binar bola matanya memicing tajam.

“Om, mau mampir dulu?” tanya Aslan saat mobil itu benar - benar berhenti. Tepat 

di depan rumah kontrakannya.

“Yang sebelah mana rumahmu?” tanya pria itu masih dengan melihat benda beroda dua terparkir di sebuah rumah sederhana bercat biru laut dengan halaman yang seadanya saja.

“Itu yang catnya biru, Om. Eh tapi itu bukan rumahku, tapi kontrakan yang aku tempati dengan Mama sekitar hampir lima tahun ini,” ujar Aslan menjelaskan disertai senyum polosnya.

Pria yang masih rapi dengan setelan jasnya itu menarik sudut bibirnya melihat Aslan yang tersenyum polos dan tulus lain dengan sinar wajah yang dia lihat beberapa waktu yang lalu, garang seperti singa.

“Anak ini punya kepribadian ganda sepertinya,” benaknya.

“Ayo Om! Sekarang giliran Om menjelaskan kepada Mama kenapa aku bisa pulang tanpa sepedaku seperti yang Om lakukan tadi kepada Ibu dan Bapaknya Candra,” Aslan menarik tangan pria itu agar mengikutinya keluar dari dalam mobil.

“Maaf Tuan, tapi pukul 3 Anda harus tiba di bandara,” ujar sang sopir mengingatkan.

Pria tinggi 185 cm dengan kulit putih serta mata hitam khas orang Indonesia itu menundudukkan kepalanya berpikir. Jika hanya menyampaikan kata maaf saja paling sepuluh menit cukup, dia rasa tidak akan membuatnya tertinggal pesawat. Dan juga sekarang masih pukul 13.05 WIB.

“Sebentar saja. Oke Aslan?” Bocah itu tersenyum sambil mengangguk.

Dua pria berbeda generasi itu turun bersamaan dari dalam mobil. Wanita yang sedang menunggu sang anak pulang sedari satu jam yang lalu menatap heran, saat kedua manik matanya menatap sang anak berjalan dengan seseorang yang tak asing baginya. Namun, dia melupakan dimana berjumpa dengan pria itu.

“Aslan!” seru sang ibu sambil berlari kecil menghampiri sang anak.

“Ternyata perkiraanku tidak keliru, dia wanita yang membuat tongkat baseball ku berdiri tegak beberapa waktu lalu saat bersamanya,” benak pria yang tak lain adalah Nathan. Pria yang pernah menjadi penumpang jasa ojek online Sasi, ibu dari Aslan Agam.

“Kamu nggak apa - apa? Katanya Candra keserempet?” tanya Sasi membuat Aslan tertawa.

“Satu - satu Mah, tanyanya. Bingung Aslan jawabnya. Nih, Om ini yang akan jelaskan.”

Aslan menarik lengan Nathan agar pria itu yang menjelaskan kronologi kejadian saat dia bermain dengan kawan - kawannya tadi.

“Khem, jadi begini…”

“Loh, mas ‘kan yang pernah naik jasa ojek online saya, iya kan?” tanya Sasi memastikan jika ingatannya tidak salah alias keliru.

“Jadi, saya oh maksud saya sopir oh bukan teman saya tadi tak sengaja menabrak teman anakmu ini, dan saya sudah bertanggung jawab atas kesalahan kami, saya minta maaf.” 

Nathan kikuk, entah penjelasannya ini berarti atau tidak, dia hanya bisa terus mengepalkan kedua tangannya mengurangi kegugupan yang tiba - tiba melanda hati dan pikirannya. Sedangkan Sasi dan Aslan memandang pria gagah di hadapan mereka ini sambil mengulas senyum kecil karena melihat kebingungan yang pria itu ciptakan sendiri.

“Tadi teman - teman Aslan sudah memberi tahu ibu dan bapak Candra, dan tadi si Dimas yang kasih tahu Mama jika kamu ikut ke rumah sakit untuk menemani Candra,” ujar Sasi sembari mengusap kepala Aslan sayang.

“Dan untuk Anda, saya berterima kasih sudah mau bertanggung jawab atas kesalahan yang tentu saja pasti tidak disengaja.”

Aslan mengangguk begitupun dengan pria itu.

“Em.. kalau begitu saya pamit karena masih ada pekerjaan yang harus saya lakukan,” tutur Nathan.

“Baik, terima kasih sudah mengantar Aslan,” ucap Sasi dengan senyum manisnya.

“Hati - hati Om! Jangan ngebut ke bandaranya yah, ntar nabrak lagi,” ujar Aslan.

“Hus! Nggak boleh ngomong begitu Aslan,” tegas sang ibu.

Nathan hanya tersenyum dan memegang tengkuknya mendengar penuturan Aslan yang lebih terdengar ejekan dari pada sebuah doa.

“Kalau begitu saya permisi,” Sasi dan Aslan mengangguk seraya mengucapkan hati - hati pada Nathan.

“Kapan Mama bertemu dengan Om itu?” tanya Asla sambil memandang Nathan yang sudah berlalu bersama dengan mobilnya.

“Kamu ingat waktu Mama berceritakan pelanggan yang meninggalkan uang kembaliannya?” Aslan mengangguk.

Sasi tertawa kecil membuat Aslan mengerutkan dahinya, “Om itu orangnya, Nak!” pungkas Sasi.

Aslan yang mengerti hanya menanggapi ucapan sang ibu dengan membentuk huruf O dengan bibirnya.

***

Pukul 8.00 malam, Aslan yang memiliki tugas sekolah cukup banyak sedang sibuk di dalam kamarnya. Sedangkan sang ibu masih berada di luar rumah untuk menyelesaikan tugasnya sebagai driver ojek online. Karena tadi siang waktu istirahatnya terlalu lama akhirnya mau tak mau Sasi akhirnya menambah waktu bekerjanya setelah meminta izin kepada Aslan anak semata wayangnya.

Jika Sasi dan Aslan sibuk dengan aktivitas mereka masing - masing hingga tak lagi memiliki waktu untuk memikirkan hal lain, berbeda dengan pria yang bertandang ke rumah mereka tadi siang.

Dia yang masih terus memikirkan apa yang terjadi beberapa waktu lalu serta apa yang dihadapinya tadi siang membuatnya tidak bisa memejamkan matanya. Padahal esok hari pekerjaan yang akan dia urus dan  selesaikan cukup banyak.

“Aku ini, kenapa sih? Masa iya jatuh cinta kaya ABG - ABG itu, ish labil banget,” ucapnya sambil terus menggelengkan kepalanya. Karena kepala dan hatinya tak bisa berhenti memikirkan wanita yang sudah membuatnya tak nyaman untuk tidur akhir - akhir ini.

“Tadi anak itu bilang, Mahardika. Apa iya dia cucu Tuan Mahardika dari anak lelakinya itu, tapi seingatku istrinya bukan dia waktu acara satu tahun lalu itu. Atau mungkin Mahardika yang lain,” gumamnya sambil menatap langit - langit kamarnya.

Nathan pria yang tak sengaja menabrak teman baik Aslan itu sedang mengira - ngira sesuatu yang dia sendiri tak tahu jawabannya.

“Besok aku tanya, Om Rudi saja, dia pasti tahu. Bagaimana keluarga Mahardika itu,” gumamnya kembali.

Mengingat jika besok dia harus mengerjakan banyak hal, Nathan mengecilkan mesin pendingin kamarnya agar dia bisa cepat tertidur. Dalam hitungan menit dengan cukup susah payah akhirnya Nathan pun tertidur dengan lelapnya dengan harapan bisa bertemu seseorang yang membuat hatinya tidak tenang itu dalam mimpinya.

“Aslan,” panggil sang ibu.

Aslan yang ternyata tertidur di atas meja belajarnya tak menyahut panggilan sang ibu yang baru saja datang dari sibuknya mencari pundi - pundi uang untuk membahagiakannya. Sasi yang tak ingin mengganggu anak tercintanya memilih menutup kembali pintu kamarnya, namun sebelum ia benar - benar beranjak Aslan mengigau.

“Kita main ya, Pih, yuk!” ucap Aslan yang mungkin sedang bermimpi.

Sasi yang mendengar sang anak mengatakan kata ‘Pih’ cukup terkejut, siapa yang anaknya itu maksud sedangkan Aslan memanggil ayahnya dengan sebutan PAPA.

Terpopuler

Comments

Bu Een Pucuk🌱Squard🐛

Bu Een Pucuk🌱Squard🐛

papi baru😆😆😆

2022-10-01

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Perjuangan Sasi
2 Bab 2 - Pelanggan Aneh (REVISI)
3 Bab 3 - Ingatan Tentang Ayah
4 Bab 4 - Patah ini kakiku!
5 Bab 5 - "Pih"
6 Bab 6 - Keluarga Mahardika
7 Bab 7 - Apa masih ada orang sebaik itu?
8 Bab 8 - Diam - diam
9 Bab 9 - Nathan
10 Bab 10 - Tawaran Untuk Sang Janda
11 Bab 11 - Pelanggan Mewah
12 Bab 12 - Nyonya Suryabrata
13 Bab 13 - Kedatangan Satu Keluarga
14 Bab 14 - Menanti Jawaban
15 Bab 15 - Sekarang Saja
16 Bab 16 - Menantu Keluarga Suryabrata
17 Bab 17 - Dalam Satu Piring
18 Bab 18 - Obrolan Di Malam Pengantin
19 Bab 19 - Malam Nathan dan Sasi
20 Bab 20 - Persiapan ke Jakarta
21 Bab 21 - Berkah atau Masalah baru?
22 Bab 22 - Godaan Datang
23 Bab 23 - Dia tak Sama
24 Bab 24 - Menyandang Nama Suryabrata
25 Bab 25 - Kebiasaan Baru
26 Bab 26 - Seorang Wanita yang Bersuami
27 Bab 27 - Kebahagiaan Aslan Juga
28 Bab 28 - Lain dari yang lain
29 Bab 29 - Aku tahu, dia siapa
30 Bab 30 - Cinta yang Tulus
31 Bab 31 - Kabut
32 Bab 32 - Bullying
33 Bab 33 - Langkah Tuan Yusuf
34 Bab 34 - Apakah dia sekedar pengganti?
35 Bab 35 - Ada apa dengan Sakha?
36 Bab 36 - Keisengan Nathan
37 Bab 37 - 8 Magnitudo
38 Bab 38 - Sekolah Aslan
39 Bab 39 - Farid dan masa lalunya
40 Bab 40 - Kekalutan Sakha
41 Bab 41 - Kenangan Masa lalu
42 Bab 42 - Saat itu..
43 Bab 43 - Pria Tua Labil
44 Bab 44 - Sasi Kesal
45 Bab 45 - Bak bunga bangkai
46 Bab 46 - Menantu
47 Bab 47 - Tak ada lawan
48 Bab 48 - Tak menyangka
49 Bab 49 - Ke RS
50 Bab 50 - Hasil yang Memuaskan
51 Bab 51 - Pesona yang Perlu di asah
52 Bab 52 - Rem Blong
53 Bab 53 - Serakah
54 Bab 54 - Galih VS Nathan
55 Bab 55 - Mempertahankan Kedudukan
56 Pengumuman Hiatus
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab 1 - Perjuangan Sasi
2
Bab 2 - Pelanggan Aneh (REVISI)
3
Bab 3 - Ingatan Tentang Ayah
4
Bab 4 - Patah ini kakiku!
5
Bab 5 - "Pih"
6
Bab 6 - Keluarga Mahardika
7
Bab 7 - Apa masih ada orang sebaik itu?
8
Bab 8 - Diam - diam
9
Bab 9 - Nathan
10
Bab 10 - Tawaran Untuk Sang Janda
11
Bab 11 - Pelanggan Mewah
12
Bab 12 - Nyonya Suryabrata
13
Bab 13 - Kedatangan Satu Keluarga
14
Bab 14 - Menanti Jawaban
15
Bab 15 - Sekarang Saja
16
Bab 16 - Menantu Keluarga Suryabrata
17
Bab 17 - Dalam Satu Piring
18
Bab 18 - Obrolan Di Malam Pengantin
19
Bab 19 - Malam Nathan dan Sasi
20
Bab 20 - Persiapan ke Jakarta
21
Bab 21 - Berkah atau Masalah baru?
22
Bab 22 - Godaan Datang
23
Bab 23 - Dia tak Sama
24
Bab 24 - Menyandang Nama Suryabrata
25
Bab 25 - Kebiasaan Baru
26
Bab 26 - Seorang Wanita yang Bersuami
27
Bab 27 - Kebahagiaan Aslan Juga
28
Bab 28 - Lain dari yang lain
29
Bab 29 - Aku tahu, dia siapa
30
Bab 30 - Cinta yang Tulus
31
Bab 31 - Kabut
32
Bab 32 - Bullying
33
Bab 33 - Langkah Tuan Yusuf
34
Bab 34 - Apakah dia sekedar pengganti?
35
Bab 35 - Ada apa dengan Sakha?
36
Bab 36 - Keisengan Nathan
37
Bab 37 - 8 Magnitudo
38
Bab 38 - Sekolah Aslan
39
Bab 39 - Farid dan masa lalunya
40
Bab 40 - Kekalutan Sakha
41
Bab 41 - Kenangan Masa lalu
42
Bab 42 - Saat itu..
43
Bab 43 - Pria Tua Labil
44
Bab 44 - Sasi Kesal
45
Bab 45 - Bak bunga bangkai
46
Bab 46 - Menantu
47
Bab 47 - Tak ada lawan
48
Bab 48 - Tak menyangka
49
Bab 49 - Ke RS
50
Bab 50 - Hasil yang Memuaskan
51
Bab 51 - Pesona yang Perlu di asah
52
Bab 52 - Rem Blong
53
Bab 53 - Serakah
54
Bab 54 - Galih VS Nathan
55
Bab 55 - Mempertahankan Kedudukan
56
Pengumuman Hiatus

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!