Bab 3 - Ingatan Tentang Ayah

Aslan yang tak terlalu paham akan masalah dan sifat orang dewasa memilih menuntaskan pekerjaannya agar sang ibu bisa segera membersihkan diri dan beristirahat.

Setelah air mendidih dan sang ibu masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Aslan pun kembali ke kamarnya untuk menyelesaikan tugas sekolahnya.

Tak lama sayup - sayup adzan maghrib terdengar di telinga Aslan. Pria kecil berusia hampir sembilan tahun itu meletakkan pensil dan menutup bukunya. Dia menggeser kursi yang didudukinya melangkah meraih sarung dan kopiahnya untuk berangkat ke surau yang tidak jauh dari rumahnya.

“Mah, aku ke masjid dulu!” teriak Aslan dari pintu depan. Bergegas dia meraih sepedanya dan mengayuh perlahan agar tak terjatuh.

Sedangkan Sasi yang sedang di dalam kamar hanya mengangkat dagunya sedikit mendengar teriakan sang anak.

“Apa nggak bisa sih, nggak teriak. Kebiasaan!” seru Sasi sambil mendengus.

Sasi yang ternyata kedatangan tamu bulanannya memilih langsung memasak untuk makan malam. Sasi sebenarnya ingin seperti teman - teman driver lainnya yang bisa bekerja hingga malam. Karena kalau malam pesanan makanan pasti sangat ramai. Tetapi jika ia menghabiskan seluruh waktunya untuk bekerja lalu bagaimana dia bisa mengurus sang anak. Sasi yang tak ingin Aslan merasa tidak dipedulikan memilih mencari rezeki yang lain, seperti kemarin menerima pesanan nasi kuning dan alhamdulillah hasilnya cukup memuaskan.

“Assalamualaikum!” teriak Aslan.

“Waalaikumsalam!” balas sang ibu tak kalah bersemangat.

Aslan yang mencium bau masakan terenak sedunia langsung bergegas masuk tanpa memperdulikan sepedanya yang teronggok begitu saja.

“Hum, wangi banget sih!” seru Aslan yang langsung mendapat tatapan tajam dari sang ibu.

“Pasti sepedanya ditaruh nggak benar.”

“Nggak tahan kalau sudah bau masakan Mama,” Aslan tersenyum lebar dan langsung memeluk sang ibu tak lupa ciuman di pipi kanan dan kiri itu tersemat begitu indahnya, membuat Sasi sang ibu tertawa kegelian.

“Sudah, ih. Nggak malu, sudah besar, Lan.”

“Biarkan saja, Mama Aslan sendiri. Kalau bukan Aslan, siapa yang mau cium? ucup?”

“Yah kok ucup sih, ucup kan ada Ibunya.”

Aslan tertawa keras sambil melepaskan pelukannya di tubuh sang ibu tangan kecil itu meraih kursi dan menariknya.

“Tapi Aslan yakin, suatu saat pasti ada seseorang yang akan mencium Mama selain aku,” ujarnya.

Sasi menatap heran sang anak sambil mengerutkan kedua alisnya, “Siapa?”

“Jodoh Mama, siapa lagi!” tegas Aslan.

Sasi yang mendengar perkataan sang anak terkejut. Kenapa Aslan bisa berpikir seperti itu. Selama ini anak kesayangannya itu tak pernah sekalipun membahas tentang jodoh atau lebih tepatnya ayah sambung untuknya.

“Memang siapa yang mau?” tanya Sasi sambil menyendokkan nasi itu ke piring Aslan.

“Mama itu cantik, dan satu - satunya yang tercantik.”

Sasi yang mendengar itu tertawa geli. Aslan yang dingin terhadap wanita bisa berkata seperti itu padanya. Apakah sang anak sudah belajar menjadi remaja pada umumnya, pikir Sasi.

“Sejak kapan, Aslan yang dingin ini pintar merayu?” Sasi mencubit pipi Aslan gemas.

“Dingin apa sih, Mah? Memangnya aku kulkas!” sinis Aslan membuat Sasi melipat bibirnya menahan tawa.

Menu ala kadarnya buatan sang ibu, Aslan lahap hingga tandas. Walau hanya sayur kangkung dan tempe goreng tapi bagi Aslan makanan sederhana ini akan terus menjadi ingatan bahwa sang ibu selalu mengurusnya dengan baik menggunakan kedua tangannya sendiri. Tak adanya sang ayah bukan berarti dia tidak merasa kurang. Namun, karena Sasi sang ibu selalu bisa memenuhi kasih sayang dan hampir meluap jika bisa digambarkan.

Setelah selesai makan. Aslan seperti biasa membantu sang ibu membersihkan meja makan dan mencuci piring agar esok hari bisa sedikit bersantai dan bisa mengerjakan pekerjaan yang lain.

Sasi memang selalu mengajarkan kepada Aslan. Bahwa laki - laki itu tidak hanya bisa mencari uang saja. Namun, pekerjaan rumah juga harus bisa melakukan semuanya dengan baik. Dan yang tak kalah penting, jangan bergantung kepada sesama manusia karena hanya akan luka yang kamu dapat. Pesan yang selalu Sasi gaungkan di telinga Aslan setiap harinya.

“Aslan,” panggil lembut sang ibu.

Aslan yang hampir saja meletakkan punggungnya di kursi belajarnya kembali menoleh ke arah pintu kamar.

“Ya, Mah?”

“Mulai besok Mama akan menerima beberapa pesanan kotak nasi lagi. Jadi bisakah kamu mengurus dirimu, mungkin sebelum jam 6 pagi Mama sudah tidak ada dirumah. Mungkin mulai lusa Mama akan memulainya, alhamdulillah tadi Mbak Dewi bilang kalau kantor dimana temannya bekerja membutuhkan nasi kotak untuk para pekerja bangunan.”

“Kenapa harus kotak nasi, Mah. Mama kan bisa bikin kue lagi. Itu lebih ringan ‘kan?”

“Tapi kan barang - barangnya udah nggak ada Lan. Mama butuh modal untuk membeli perlengkapan serta alat - alat penunjangnya,” ucapnya sendu. Aslan hanya bisa menghela nafas melihat sang ibu bersedih.

“Maaf ya, Mah. Gara - gara Aslan Mama harus kehilangan banyak hal di usia Mama yang masih muda. Bahkan hingga hari ini title sarjana Mama masih tidak bisa Mama gunakan.”

“Bukan tidak digunakan, Lan. Tapi~~

“Tapi karena disita oleh Ayah ‘kan?”

Sasi terdiam. Kenapa Aslan bisa mengatakan itu, pikirnya.

“Bukan be begitu, sayang. Tapi memang Mama ~~

“Mama nggak perlu berbohong lagi. Aslan tahu kok.”

Sasi menghela nafasnya, “Darimana kamu tahu?” tanya sang ibu.

“Karena di berkas yang Mama miliki tidak ada semua itu. Bahkan ijazah SMA mama juga tidak ada, dimana lagi jika bukan Ayah pelakunya. Tahun lalu saat Kakek dan Nenek membawaku ke Jakarta. Aslan tak sengaja mendengar Kakek mengatakan banyak hal tentang Mama. Dari sana Aslan juga tahu jika Ayah …”

“Jika bukan karena anakmu itu selingkuh dan memiliki anak dengan Ranti, sekarang Aslan akan bersama dengan kita. Dia terlalu bodoh hanya karena bujuk rayu perempuan matre itu dia meninggalkan Sasi yang jelas- jelas memberikan anak laki - laki yang cerdas sepertinya.”

Ingatan akan perkataan sang kakek terngiang kembali di telinganya. Seakan suara itu menggema di sekujur tubuhnya.

“Aslan!” panggil sang ibu yang melihat sang anak terdiam dan menunduk.

“Kamu mendengar apa?” tanya Sasi ingin tahu.

Aslan menarik kepalanya menatap sang Ibu penuh kesedihan. Dia tak mengerti kenapa sang ayah yang dulu sangat ia banggakan dan cintai bisa melukai hati dan raga ibunya hingga seperti ini. Jika sebuah hubungan dimulai dengan saling mencintai saja bisa saling melukai bagaimana jika sebaliknya. Aslan sungguh tak mengerti kenapa sang ayah yang terlihat sangat mencintai sang ibu bisa setega itu.

Aslam menarik tangan sang ibu. Dia usap punggung tangan yang terasa sedikit kasar di sebaliknya itu perlahan.

"Aslan tak mendengar apapun, bagi Aslan itu sudah tidak berguna. Tidak penting. Karena bagi Aslan hanya senyum Mama yang terpenting."

Terpopuler

Comments

MissHaluuu ❤🔚 "NingFitri"

MissHaluuu ❤🔚 "NingFitri"

uhhh ada bawangx thor 🥺😭

2022-10-02

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Perjuangan Sasi
2 Bab 2 - Pelanggan Aneh (REVISI)
3 Bab 3 - Ingatan Tentang Ayah
4 Bab 4 - Patah ini kakiku!
5 Bab 5 - "Pih"
6 Bab 6 - Keluarga Mahardika
7 Bab 7 - Apa masih ada orang sebaik itu?
8 Bab 8 - Diam - diam
9 Bab 9 - Nathan
10 Bab 10 - Tawaran Untuk Sang Janda
11 Bab 11 - Pelanggan Mewah
12 Bab 12 - Nyonya Suryabrata
13 Bab 13 - Kedatangan Satu Keluarga
14 Bab 14 - Menanti Jawaban
15 Bab 15 - Sekarang Saja
16 Bab 16 - Menantu Keluarga Suryabrata
17 Bab 17 - Dalam Satu Piring
18 Bab 18 - Obrolan Di Malam Pengantin
19 Bab 19 - Malam Nathan dan Sasi
20 Bab 20 - Persiapan ke Jakarta
21 Bab 21 - Berkah atau Masalah baru?
22 Bab 22 - Godaan Datang
23 Bab 23 - Dia tak Sama
24 Bab 24 - Menyandang Nama Suryabrata
25 Bab 25 - Kebiasaan Baru
26 Bab 26 - Seorang Wanita yang Bersuami
27 Bab 27 - Kebahagiaan Aslan Juga
28 Bab 28 - Lain dari yang lain
29 Bab 29 - Aku tahu, dia siapa
30 Bab 30 - Cinta yang Tulus
31 Bab 31 - Kabut
32 Bab 32 - Bullying
33 Bab 33 - Langkah Tuan Yusuf
34 Bab 34 - Apakah dia sekedar pengganti?
35 Bab 35 - Ada apa dengan Sakha?
36 Bab 36 - Keisengan Nathan
37 Bab 37 - 8 Magnitudo
38 Bab 38 - Sekolah Aslan
39 Bab 39 - Farid dan masa lalunya
40 Bab 40 - Kekalutan Sakha
41 Bab 41 - Kenangan Masa lalu
42 Bab 42 - Saat itu..
43 Bab 43 - Pria Tua Labil
44 Bab 44 - Sasi Kesal
45 Bab 45 - Bak bunga bangkai
46 Bab 46 - Menantu
47 Bab 47 - Tak ada lawan
48 Bab 48 - Tak menyangka
49 Bab 49 - Ke RS
50 Bab 50 - Hasil yang Memuaskan
51 Bab 51 - Pesona yang Perlu di asah
52 Bab 52 - Rem Blong
53 Bab 53 - Serakah
54 Bab 54 - Galih VS Nathan
55 Bab 55 - Mempertahankan Kedudukan
56 Pengumuman Hiatus
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab 1 - Perjuangan Sasi
2
Bab 2 - Pelanggan Aneh (REVISI)
3
Bab 3 - Ingatan Tentang Ayah
4
Bab 4 - Patah ini kakiku!
5
Bab 5 - "Pih"
6
Bab 6 - Keluarga Mahardika
7
Bab 7 - Apa masih ada orang sebaik itu?
8
Bab 8 - Diam - diam
9
Bab 9 - Nathan
10
Bab 10 - Tawaran Untuk Sang Janda
11
Bab 11 - Pelanggan Mewah
12
Bab 12 - Nyonya Suryabrata
13
Bab 13 - Kedatangan Satu Keluarga
14
Bab 14 - Menanti Jawaban
15
Bab 15 - Sekarang Saja
16
Bab 16 - Menantu Keluarga Suryabrata
17
Bab 17 - Dalam Satu Piring
18
Bab 18 - Obrolan Di Malam Pengantin
19
Bab 19 - Malam Nathan dan Sasi
20
Bab 20 - Persiapan ke Jakarta
21
Bab 21 - Berkah atau Masalah baru?
22
Bab 22 - Godaan Datang
23
Bab 23 - Dia tak Sama
24
Bab 24 - Menyandang Nama Suryabrata
25
Bab 25 - Kebiasaan Baru
26
Bab 26 - Seorang Wanita yang Bersuami
27
Bab 27 - Kebahagiaan Aslan Juga
28
Bab 28 - Lain dari yang lain
29
Bab 29 - Aku tahu, dia siapa
30
Bab 30 - Cinta yang Tulus
31
Bab 31 - Kabut
32
Bab 32 - Bullying
33
Bab 33 - Langkah Tuan Yusuf
34
Bab 34 - Apakah dia sekedar pengganti?
35
Bab 35 - Ada apa dengan Sakha?
36
Bab 36 - Keisengan Nathan
37
Bab 37 - 8 Magnitudo
38
Bab 38 - Sekolah Aslan
39
Bab 39 - Farid dan masa lalunya
40
Bab 40 - Kekalutan Sakha
41
Bab 41 - Kenangan Masa lalu
42
Bab 42 - Saat itu..
43
Bab 43 - Pria Tua Labil
44
Bab 44 - Sasi Kesal
45
Bab 45 - Bak bunga bangkai
46
Bab 46 - Menantu
47
Bab 47 - Tak ada lawan
48
Bab 48 - Tak menyangka
49
Bab 49 - Ke RS
50
Bab 50 - Hasil yang Memuaskan
51
Bab 51 - Pesona yang Perlu di asah
52
Bab 52 - Rem Blong
53
Bab 53 - Serakah
54
Bab 54 - Galih VS Nathan
55
Bab 55 - Mempertahankan Kedudukan
56
Pengumuman Hiatus

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!