Setelah sekia lama mencoba satu gaun dan gaun yang lainnya, akhirnya Cleo merasa lelah. Begitu pula dengan Tango yang sudah bosan sambil mengerucutkan bibirnya.
Tangannya memang memegang ponsel tetapi sesekali ia melirik gadis bu-ta itu.
"Kenapa wanita selalu merepotkan?" ucap Tango dalam hatinya.
Lain halnya dengan Nyonya Rose yang terus mengumbar senyum sedari tadi. Rasanya ia sudah tidak sabar untuk menunggu calon menantunya itu, dan segera membawanya masuk ke dalam rumahnya.
"Setelah kamu menjadi istri putraku akan aku pastikan jika kamu akan mendapatkan kembali penglihatanmu, Nak."
Nyonya Rose memang sangat menyukai kepribadian Cleo, karena ia bisa melihat sosok sahabatnya Amora. Kecantikan Cleopatra tidak kalah dengan mamanya. Sebuah perpaduan yang sangat pas antara Amora dan Fernandez.
"Andai kedua orang tuamu masih hidup, sudah pasti ia akan sangat bangga memiliki putri sepertimu, dan bisa aku pastikan kamu tidak akan bu-ta, Sayang."
Di sisi lain, dari sorot matanya sudah dipastikan sejak tadi Tango tidak memperhatikan Cleo. Terlihat dari tadi jemari tangannya terus memainkan benda pipih berwarna hitam di tangannya.
"Maaf, Tante, ini sudah kelima kalinya aku berganti gaun, apakah masih banyak desain gaun yang harus aku coba?" tanya Cleo memberanikan dirinya.
Nyonya Rose hanya tersenyum ke arahnya, lalu ia berdiri dan mendekati Cleo.
"Ini gaun yang terakhir sayang, maaf sudah membuatmu kelelahan."
"Tidak apa-apa, Tante."
Meskipun lelah, Cleo tetap mengulum senyum pada Nyonya Rose. Meski ia tidak bisa melihat, tetapi hati Cleo sangat mulia dan berbudi pekerti luhur.
Nyonya Rose menoleh ke arah putranya, "Tango, bagaimana dengan gaun yang satu ini?"
Tango menoleh dengan malas, akan tetapi sekali lagi ia takjub akan kecantikan dan body Cleo yang sangat memanjakan mata. Ia tidak menyangka jika di balik kaos kebesaran yang selalu ia pakai saat di mansion, Cleo menyembunyikan kesempurnaan tubuhnya.
Dengan susah payah, Tango menelan salivanya, sebaliknya Nyonya Rose menahan tawanya.
"Sayang, kenapa diam. Mama cuma mau tanya Cleo cantik bukan dengan gaun yang ini?"
"Iya, Mom. Cantik banget," ucap Tango tidak sadar.
"Ok, makasih, Sayang."
Sesegera mungkin Tango memalingkan wajahnya untuk menetralkan kembali detak jantungnya dan juga mimik wajahnya.
"Kenapa gadis bu-ta itu mempunyai body goals? Andai saja ia tidak bu-ta sudah pasti ia akan cocok bersanding denganku," ucap Tango dalam hati.
Menyadari ada yang salah dengan dirinya, Tango menampar mulutnya.
"Da*n it!" rutuknya kesal.
Meskipun lirih, Nyonya Rose mendengar ucapan Tango barusan, ia pun segera mendekatinya. Tangannya terulur untuk menjewer sang putra.
"Kamu mengumpat?"
"No, Mom!" ucapnya kaget sekaligus memegangi daun telinganya yang panas.
"Siapa yang mengumpat?" kilah Tango.
Namun, Nyonya Rose yang sudah hafal dengan kelakuan putranya hanya geleng-geleng.
"Sekali lagi kamu mengumpat maka jangan makan malam di rumah!"
"Astaga, Mom!"
Secara tidak sadar Cleo tersenyum, kini ia sudah keluar dari kamar ganti dan mendengar percakapan ibu dan anak itu. Ia tidak menyangka jika Tango si cowok arogan ternyata takut dengan Mamanya.
"Eh, calon mantu Mama, sudah selesai?"
Cleo mengangguk.
"Ya sudah, kita lanjut ke toko perhiasan, ya?"
"Ok, Tante."
Nyonya Rose segera menggandeng lengan Cleo dan mengajaknya keluar butik. Seolah Cleo bisa melihat, ia sama sekali tidak menabrak pintu keluar. Padahal Mamanya sama sekali tidak menarik lengannya agar Cleo mengikuti langkahnya.
Tanpa Tango sadari, Cleo juga menyadari jika Tango masih berjalan di belakangnya. Ia pun menoleh sambil melontarkan sebuah pertanyaan.
"Tumben Tuan Tango mempunyai banyak waktu?"
Merasa jika Cleo mengajak ia untuk berbicara, Tango pun menengadah. "Oh, itu karena ...."
Ucapan Tango terpotong ketika Nyonya Rose tiba-tiba mencubit pinggangnya.
"Awh, Mom, sakit!" pekik Tango kesal.
Kening Cleo berkerut karena ia seolah mendengar jika Tango dan Mamanya sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Menyadari jika Cleo terganggu dengan tingkah mereka, Tango segera berkata kembali.
"Ah, itu Sayang, Mama tadi mecubitku karena aku takut membocorkan rahasianya kalau ternyata beliau yang menyuruh aku kemari."
Cleo hanya mengangguk sambil masuk mobil. Tidak lama kemudian Tango menyusul masuk dan mobil segera membawa mereka pergi meninggalkan butik.
"Jadi, aku memang sengaja menunda beberapa rapat penting hanya untuk mempersiapkan pernikahan kita."
"Owh, maafkan aku kalau begitu."
Tiba-tiba Nyonya Rose menyela percakapan mereka.
"Bukan salahmu, Sayang, karena tidak ada hal yang lebih penting kecuali mendampingimu selalu."
Cleo tersenyum, "Terima kasih, Tuan Tango. Sebuah kehormatan Tuan Tango telah mempersiapkan waktu khusus untuk saya."
"Sama-sama, Sayang. Oh ya, mulai sekarang kamu tidak perlu memanggilnya dengan sebutan Tuan Tango, sebaiknya kau memanggilnya dengan sebutan Sayang."
Meskipun ragu, Cleo tidak ingin menyakiti hati Nyonya Rose.
"Em, iya, Tante."
Perjalanan panjang yang mereka lewati tidak terasa jenuh, apalagi di sepanjang perjalanan mereka terus diselingi dengan percakapan. Seolah untuk membangun kedekatan di antara Tango dan Cleo.
Ternyata setelah cukup lama berbincang dengan Cleo mulai tumbuh rasa kecocokan di dalam hati Tango. Selain ia terpikat akan body goals milik Cleo, sepertinya kecerdasan Cleo mulai terlihat dari cara berbicara dan topik yang mereka bahas.
Mungkinkah cinta mulai tumbuh untuk Cleo? Atau Tango hanya merasakan sebuah kekaguman.
Satu Minggu kemudian.
"Ma, hari ini aku ada rapat penting, sepertinya aku tidak bisa pulang cepat."
Nyonya Rose menoleh, "Tapi ingatlah, Sayang. Jika hari ini adalah hari terakhir kamu bekerja. Setelah ini kamu harus cuti dan bersiap untuk pernikahanmu.
"Iya, Ma. Aku tahu. Ok, aku berangkat dulu, papay."
Setelah berpamitan dan mengecup kening ibunya, Tango segera menjalankan mobilnya menuju kantor. Sesuai jadwal yang telah diatur oleh Juno, ia akan pergi ke sebuah hotel untuk melakukan sebuah pertemuan bisnis dengan tamunya dari Jepang.
"Hari ini, proyek kerja sama ini harus goals, baru setelahnya aku bisa fokus mempersiapkan pernikahanku," ucapnya penuh semangat.
Sayangnya hari itu, Tango tidak membawa sopir. Ia mengemudikan mobilnya sendirian dan melewati sebuah hutan kecil untuk sampai di kota.
Awalnya perjalanannya lancar hingga sebuah truk container besar melesat mendahului mobilnya. Sepertinya sang sopir mengantuk, terlihat dari cara mengemudikan truk containernya.
Karena terburu-buru, Tango menambah kecepatannya hingga saat ia menyalip, ada sebuah mobil sedan dari arah berlawanan. Hingga sebuah kecelakaan pun terjadi.
Rem mobil yang Tango blong, sehingga ia membanting stir kemudi ke arah kanan dan berakhir dengan mobil yang menabrak sebuah pohon dan pembatas jalan. Kening Tango penuh da-rah segar dan ia menghembuskan nafasnya saat itu juga.
Body mobil bagian depan hancur dan terdapat percikan api. Beruntung ada petugas yang lewat dan segera mengeluarkan Tango dari sana. Hingga sesaat kemudian mobil Tango meledak.
BOOM!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Ghiie-nae
aduh..si tango kecelakaan...
batu juga Cleo mau bahagia...
2022-10-16
0
ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞
ini murni kecelakaan atau d sabotase...🤔
2022-09-26
1
ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞
ini murni kecelakaan atau d sabotase...🤔
2022-09-26
1