"Apakah kau sudah mengatur pertemuanku dengan wanita itu?" tanya Tango dengan nada tegas.
"Tentu!" ucap Juno tanpa ragu.
Juno segera membuka buku catatan dan menjawab setiap pertanyaan dari sahabat serta atasannya itu. Namun, sebelumnya ia berdehem terlebih dahulu.
"Ehem, begini Tuan Tango de Laurent yang terhormat. Jadwal Anda hari ini adalah bertemu dengan Nona Cleopatra El Vanezz dan pihak keluarganya untuk memenuhi jamuan makan malam dari Keluarga El Vanezz."
"Hm, oke. Kalau begitu persiapkan busana terbaik untukku!"
"Dengan senang hati, Tuan."
Sesaat setelah Juno berlalu, Tango meletakkan pena di atas meja lalu menyandarkan punggungnya di kursi kebesarannya.
"Astaga drama apalagi ya, Tuhan," gumam Tango sambil memijit pelipisnya.
Hal yang paling ia benci di dalam hidupnya adalah sebuah acara perjodohan. Jika bukan karena janji dari kedua orang tuanya, perjodohan ini tidak akan terjadi. Beberapa saat kemudian, ia tersenyum menyeringai.
"Karena mereka memaksa, maka aku akan membuat wanita itu ilfeel terhadapku nanti," ucapnya senang.
Sementara itu di sebuah mansion, Cleopatra sedang bersama Miss Vallery. Ia sedang mempersiapkan Cleo dengan penampilan terbaiknya malam ini.
"Sayang, apa kamu bahagia?"
Cleo tersenyum masam. Sebaik apapun orang memberikan pujian kepadanya nyatanya di dalam penglihatannya hanyalah kegelapan.
Miss Vallery mengusap bahu Cleo.
"Maaf, Sayang. Bukan maksud dari Miss untuk menyakiti hatimu," ucapnya dengan nada lembut.
Sebenarnya ia hanya ingin membuat Cleo sedikit rileks, tetapi nyatanya Cleo sedang mencoba berdamai dengan dirinya sendiri. Sehingga rasa percaya dirinya akan muncul secara perlahan.
Setelah selesai merias wajah Cleo, kini Miss Vallery undur diri. "Kamu sudah cantik, Sayang. Miis pamit dulu, ya."
Cleo mengangguk. Tidak lama kemudian kini giliran sang nenek memasuki kamar Cleo. Dilihatnya cucu satu-satunya itu di depan kaca riasnya.
"Selamat malam, Sayang. Sudahkah kamu bersiap malam ini?"
Cleo menoleh, "Sudah, Nek. Mari kita pergi!"
Cleo memanjangkan The White Cane miliknya untuk membantunya berjalan. Sejak ia dinyatakan buta, Cleo membiasakan dirinya dengan lingkungan tempat tinggalnya dan sesekali menggunakan tongkatnya.
Namun, karena saat ini akan menghadiri perjamuan penting, ia membawa tongkatnya. Debora El Vanezz mendampinginya di sisi tubuhnya. Mereka berdua berjalan beriringan sampai di mobil.
Saat sampai di bibir mobil, Dardack membuka pintu mobil untuk Cleo dan Debora.
"Terima kasih, Uncle."
"Sama-sama, Sayang."
Meskipun awalnya ia tidak suka saat mengetahui Cleo selamat, saat ini ia sudah terbiasa dengan kehadiran anak kakaknya itu. Lagi pula Cleo bisa dijadikan pion dalam bidak caturnya nanti. Setidaknya kehadirannya masih sedikit berguna.
Apalagi saat Cleo menikah nanti, itu artinya bagian dalam perusahaannya akan berkurang dan bisa menjadi milik Dardack seutuhnya. Maka dari itu Dardack memainkan perannya dengan sangat hati-hati.
"Baiklah, mari kita berangkat!"
Malam ini, Dardack sendiri yang menyetir mobil untuk kedua orang penting dalam hidupnya itu. Perjalanan mereka sangatlah lancar. Apalagi suasana Kota Scotland sedang bersahabat.
Setelah menempuh satu jam perjalanan akhirnya mereka sampai di tempat perjamuan makan malam. Di sana pihak Keluarga De Laurent sudah menunggu kedatangan Cleo dan keluarganya.
Namun satu hal yang tidak disukai oleh Cleo yaitu pada saat neneknya meninggalkan tongkatnya di dalam mobil.
"Kenapa, Nek?"
"Kamu tidak membutuhkan hal itu, karena sebentar lagi kamu akan menjadi Nyonya Tango El Vanezz. Meski dalam keadaan menutup mata pun ia bisa melihat dunia dengan sangat cemerlang."
Cleo tampak kesal, ia mengepalkan tangannya karena neneknya terlalu percaya diri jika keluarga terpandang tersebut akan menerima kehadirannya yang buta.
"Percayalah padaku, Nenek tidak akan mengecewakan dirimu. Pemuda itu adalah pilihan kedua orang tuamu semasa kalian masih kecil. Nenek juga percaya pada kemampuannya."
"Tapi, Nek ...."
"Shttt ...."
Dari ujung pintu berdiri seorang pemuda tampan dengan iris mata berwarna biru, rambutnya yang pirang membuatnya semakin terlihat gagah sedang berdiri di sana. Dialah Tango de Laurent, CEO muda bertangan dingin yang sukses di usia muda.
Sejak Cleopatra turun dari mobil, pandangan mata Tango sama sekali tidak berkedip. Entah sihir apa yang membuat Tango tidak lepas memandangi Cleo.
Dengan diapit oleh Dardack dan Debora, Cleo berjalan menuju tempat berdirinya Tango.
"Selamat malam Nona Cleo dan Nyonya Debora "
"Selamat malam, Tuan Dimitri and Nyonya Rose."
Setelah cukup berbasa-basi akhirnya mereka masuk ke dalam. Kini Tango sedang mengulurkan tangan ke arah Cleo. Ia yang akan menuntun Cleo memasuki ruangan perjamuan.
Beruntung rasa pekanya membuat Cleo menyadari di mana Tango berada, hingga ia pun menyambut uluran tangan dari lelaki itu.
Melihat interaksi keduanya, Rose dan suaminya yakin jika Tango setuju akan perjodohan malam ini.
"Rasanya kita tidak salah memilih calon menantu, Pa."
"Betul sekali, Sayang."
Setelah semuanya duduk, beberapa saat kemudian hidangan utama malam itu segera dikeluarkan. Sebuah menu yang sangat spesial telah disajikan di atas meja bundar tersebut, yaitu haggis.
"Nah, makanannya sudah siap, bagaimana kalau kita mulai saja makan malamnya," ajak Nyonya Rose pada tamu undangannya.
Ketika mencium bau masakan, Cleo yang vegetarian mencium aroma daging.
"Mohon maaf sebelumnya, Tante. Apakah ada menu sayur atau salad?"
Nyonya Rose baru saja teringat akan kebiasaan Amora dulu, ia adalah vegetarian, sudah pasti putrinya seperti itu.
"Ada Sayang, sebentar."
Sebenarnya Cleo adalah vegetarian sehingga ia tidak akan makan daging. Ia pun menolak dengan bahasa yang halus agar tidak menyingung pihak keluarga De Laurent.
"Maaf, Sayang. Kami tidak tahu jika kamu tidak makan daging, kalau begitu Tante pesankan salad untukmu."
"Terima kasih, Tante. Maaf sebelumnya karena justru merepotkan Tante."
"Tidak apa-apa, Sayang. Tante mengenal baik mendiang Mama kamu yang vegetarian, sudah pasti kamu juga begitu."
Cleo tersenyum akan hal itu. Mamanya memang mengajarkan hal itu sejak Cleo kecil.
"Ada kalanya kita harus bersahabat dengan alam, jadi kita harus mencintai diri kita sendiri dengan lebih banyak makan buah dan sayur."
"Kalau makan daging, apa tidak boleh, Ma?"
"Boleh, Sayang. Hanya saja porsinya lebih baik dikurangi. Bukankah Cleo pecinta binatang?"
Cleo kecil mengangguk senang. Ia memang pecinta binatang sehingga akan sangat sulit memakannya suatu saat nanti.
Debora yang menyadari jika cucunya melamun segera menepuk pelan bahu Cleo.
"Kenapa kamu melamun, apa teringat mendiang ibu kamu?"
Cleo mengangguk kecil. Namun saat ini bukanlah saat yang tepat.
Dari seberang meja terlihat jika Tango mulai menyadari ada hal yang salah dengan Cleo.
"Apa gadis ini buta? Kenapa pupil matanya selalu tidak fokus?" gumam Tango penuh selidik.
Dimitri dan Rose tidak memberitahu tentang informasi penting itu pada putranya. Mereka sangat tahu jika Tango adalah seseorang yang perfeksionis. Takut rencananya akan gagal, mereka terpaksa menyembunyikan hal itu.
Namun, insting Tango begitu akurat. Prediksinya mengatakan jika kedua orang tuanya menyembunyikan sesuatu.
"Aku harus menyelidiki hal ini, aku merasa ada yang tidak beres dengan Cleo dan mereka."
Pandangan Tango tidak bisa lepas dari Cleo. Sebenarnya meskipun ia sedikit aneh, tetapi tidak mengurangi kecantikan alami yang ia miliki.
Apakah cinta itu bu-ta? Atau cinta bisa datang kapan saja? Entahlah ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Ghiie-nae
Aduh, si tango dijodohin sama Cleo....
tapi kok enggak di kasih tahu kalau Cleo buta...?
2022-10-16
0
Ezza
cleo kecil yang tumbuh dengan kepolosan jangan sampai si wafer masuk dan menyentuh kan tangan dingin nya
2022-09-25
1
❁︎⃞⃟ʂ𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺 ᴀᷟmdani🎯™
bisakah tango menerima cleo yang buta..
2022-09-19
1