"tunggu dulu,wajahmu memar Zahra. Apa suamimu yang menampar ha? Jawab Zahra,ini jangan di biarkan saja,". Kata Meta,kepada Zahra. Kini sudah selesai memasang cctv.
Zahra, meminta cctv yang kecil. Seperti tidak terlihat,agar mereka tidak curiga jika di rumah sudah memasang beberapa CCTV.
"Iya,Meta. Mas Wahyu, menampar wajahku. Karena aku merampas kartu ATM milikku dan menampar wajah ku, mungkin dia kesal". Jawab Zahra,air matanya menetes.
"Kita kerumah sakit sekarang, biar kamu di visum. Buat bukti kuat,karena sudah melakukan kekerasan dalam rumah tangga Zahra. Ini penting,yukk...aku anter deh, apalagi di rumah sakit. Ada temanku,dia bisa bantu kamu". Meta, langsung mengajak Zahra.
"Iya, Meta. Makasih banyak,kamu sudah membantu ku". Kini Zahra, mengambil tas dan langsung meninggalkan rumahnya.
"Naik mobil aku aja, Zahra. Nanti aku anter pulang,kita teman lo. Sudah sewajarnya saling membantu". Senyum merekah Meta.
Setengah jam kemudian.
Akhirnya mereka sampai di rumah sakit,tentu saja Meta langsung membawa ke ruang kerja temannya.
"Hai... ngapain malam-malam begini,nemuin aku". Kekeh seorang pria, sebagai dokter. Terlihat masih muda dan gagah.
"Apa kabar, dokter Gunawan. Aku ke sini,mau kamu visum. Karena dia habis dapat kekerasan,dari Suaminya. Kamu buat laporan yah, semoga ini bukti lebih kuat". Kata Meta,minta tolong. "kenalkan Zahra,dia dokter Gunawan. Dan Gunawan, kenalkan dia temanku Zahra".
Gunawan dan Zahra, langsung berjabat tangan dan saling menyebutkan nama masing-masing.
"Baik, silahkan duduk. Apa kamu akan bercerai dengan suamimu,makanya melakukan visum ini". Tanya Gunawan, dengan ramah.
"Entah,masih banyak yang harus aku lakukan". Jawan Zahra, dengan tersenyum getir.
"Untuk apa bertahan dengan seorang pria, sifatnya seperti itu. Bukan hanya luka hati,tapi batin. Lihatlah sangat memar sekali, pipimu. Sayang,pipi semulus ini hanya di gunakan kekerasan". Senyum manis seorang dokter, terlihat jelas memiliki gigi gingsul. Mampu membuat orang-orang, diabetes saja melihat senyuman manisnya.
"terimakasih, atas semuanya. Cepat atau lambatnya, mungkin hubungan kami akan berakhir. Benar apa yang di katakan dokter, sangat sakit. Bahkan hidup pun, seakan-akan hancur". Lirih Zahra, sambil menangis.
Gunawan, langsung iba kepadanya dan memberikan beberapa lembar tisu.
"Jika sudah selesai, bisakah hasilnya dokter simpan. Aku takut,kalau mereka mengambilnya". Pinta Zahra,lagi.
"Tentu,aku pasti menyimpannya. Tapi,kamu bisa memanfaatkan kesempatan ini. Untuk mengancam suamimu,tinggal fotocopy saja. Perlihatkan semuanya,jika mereka melakukan hal kekerasan lagi. Kamu yang sabar yah". Ucap Gunawan,ia juga memberikan ide.
"Terimakasih,lagi dok. Jadi tidak enak". Kata Zahra,ia tersenyum kecil.
"Sudah sewajarnya membantu pasien,jangan sungkan meminta bantuan kepadaku. Ini kartu namaku dan nomor ponselku juga". Gunawan, memberikan kartu nama kepadanya.
Zahrah,merasa senang. Karena dapat bantuan dari orang yang baru dia kenal, hatinya terasa damai. Seandainya suaminya, seperti dokter Gunawan. Betapa bahagianya hidup Zahra,namun sebaliknya malah jadi terburuk dalam pernikahannya.
*******
"Meta, makasih banyak. Atas semuanya,kamu banyak membantu ku". Kata Zahra, sebelum turun dari mobilnya.
"Sama-sama Zahra,selagi aku bisa bantu. Bakalan aku bantu,kayanya suami kamu sudah pulang. Ingat Zahra,kamu jangan mengalah. Lawan biar tahu rasa,tuh suami laknat kamu itu yang sudah menampar wajahmu". Suruh Meta,ia cengengesan saja.
"Insyaallah,aku gak bakalan tinggal diam. Kalau aku di tindas lagi,". Senyum semerik Zahra,ia langsung melambaikan tangannya melihat kepergian Meta.
Zahra, langsung membuka pintu rumah nya. Terlihat jelas sang suami, Arini dan mertuanya. Tengah menunggu kedatangan Zahra,sudah pasti banyak pertanyaan dan bentakan di lontarkan kepada Zahra.
"Darimana kamu zahra? Malam-malam keluyuran,tidak ijin dari suami". Bentak Wahyu,kepada zahra yang baru datang.
"Ck,jadi istri gak tau diri. Seharusnya ijin dulu,mbak. Kepada suami, nanti dosa lo". Sahut Arini, kira-kira mereka baru saja datang. Soalnya beberapa paper bag masih di atas meja,sudah pasti mereka telah menguras habis di kartu ATM milik Zahra.
"Kenapa mas? Terserah aku dong,mau kemana. Lagian,kamu juga jalan-jalan bersama keluargamu. Kenapa aku tidak bisa? Ingat mas,aku juga bisa apa yang kamu lakukan kepadaku". Tegas Zahra. "Ingat mas,aku sudah yakin. Kalian sudah menguras habis di kartu ATM ku,itu adalah uang bulanan. Jadi untuk bahan makanan,aku tidak akan membelinya karena uangnya sudah kalian habiskan. Terserah kalian,mau makan apa". Senyum semerik Zahra.
"Zahraaaaa.... berani-beraninya kamu berbicara kepadaku seperti itu ha? Aku suami kamu, bukankah kamu memiliki supermarket. Sudah pasti uangmu banyak,bukan. Jangan macam-macam kamu,atau...".
"Atau apa mas? Kamu mau menamparku lagi,ingat mas. Aku sudah memvisum bekas tamparan kamu,jika kamu coba-coba.aku bisa melaporkan ke polisi,". Ancam Zahra, mengeluarkan hasil visumnya tadi. Tapi dalam fotocopy,agar mereka tidak berani macam-macam. "Visum aslinya,masih di tanganku mas".
"Menantu tidak tahu diri kamu Zahra, berani sekali. Mau melaporkan anakku, kekantor polisi. Bahkan melakukan visum, seperti ini". Decak bu Yuni,kepada menantunya. Dengan tatapan tajam.
Wahyu,meremas hasil visum Zahra dan di rampas oleh Arini.
"Kalian yang tidak tahu diri,sudah menghabiskan uang di kartu ATM milikku. Seharusnya kamu sadar mas,sudah tidak memberiku nafkah malah menguras uangku,". Decak Zahra, langsung meninggalkan mereka. Ia masuk ke dalam kamar dan menguncinya dari dalam,ia tersandar di pintu. Ia tumpahkan semua air matanya,sesak di dadanya. Menangis kesegukan,tanpa ada yang menenangkan hatinya.
"bagaimana ini mas,jangan sampai Zahra melaporkan kamu ke polisi. Kenapa juga sih? Kamu sampai menamparnya,jadi berbabekan". Gerutu Arini, wajahnya cemberut.
"Diam,ini semua karena kamu Arini. Kamu tahu,bukan? Aku tidak memiliki uang. Uangku sudah memberikan kepada ibu dan dirimu,kalau seperti ini. Jadi susah mendapatkan semua hartanya,apa lagi ibu dan kamu. Juga tidak menemukan apapun, di rumah ini. Tidak ada sertifikat rumah dan sertifikat lainnya, dimana dia meletakkan aset-aset berharganya". Decak kesal Wahyu, langsung duduk lesu di sofa.
"Kalau tidak dapat, percuma selama ini. Ibu, selalu baik kepada zahra. Walaupun pura-pura,apa sekarang kita sudah menghabiskan uang dari kartu ATM milik Zahra". Ucap bu Yuni, beranjak berdiri dan membawa paper bag miliknya.
"Sekarang apa yang di lakukan mas, lihat Zahra gak mau lagi ngasih uang buat bahan dapur. gak mau aku,kalau uangku yang beli. enak saja, inikan hakku". kata Arini.
"Sekarang mas,akan membujuk Zahra. kamu juga harus minta maaf,kepadanya. begitu juga ibuku,kita baikin Zahra. dia wanita polos,tidak mendendam apapun,". pinta Wahyu, membuat Arini tercengang mendengar ucapan suaminya.
"Gak mau mas, keenakan Zahra dong.kamu aja gih...mas,tahu kalau aku gak suka. kalau gak demi masa depan kita,aku juga gak mau dengan ide gila ibumu ini mas. hatiku sakit mas, melihat kamu satu kamar dengan Zahra". Decak Arini, matanya berkaca-kaca.
"maafkan aku,ini demi masa depan kita dek. maaf". kata Wahyu,ia menggenggam tangan Arini. secepatnya aku harus, mencari aset berharga milik Zahra. secepatnya aku bisa balik nama dan menjadi milikku,tapi dimananya dia meletakkan aset-aset berharganya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Sukliang
bener2 3 ekor anjing berujud manusia
2023-05-18
1
Fatma Kodja
ayolah Zahra segera simpan aset berhargamu di bank, jangan sampai suami benalu menemukan aset berhargamu, semoga Zahra segera melihat hasil cctv supaya mengetahui kebusukan mereka 😑😑😑😑
2022-09-13
1