"Mawar,apa kamu mau mengajarkan aku untuk menyadap WhatsApp. Aku ingin tahu,isi WhatsApp suamiku. Diam-diam dia memiliki Ponsel dua, katanya milik temannya. Padahal aku sering sekali melihat ponsel itu, di dalam tas kerjanya ". Kata Zahra,kepada Mawar.
"Oke,akan aku ajarkan Zahra. Itu masalah mudah bagiku,". Senyum semerik Mawar,ia mengajarkan semuanya.
"kamu curiga kepada suamimu,apa dia selingkuh atau tidak? Bukankah,kamu percaya kepada suamimu itu". Tanya Mawar,kenapa tiba-tiba zahra meminta bantuan kepadanya. "walaupun dia sudah menjadi seorang suami, jangan sepenuhnya percaya Zahra. karena pikiran orang-orang berbeda,ada yang tulus ada juga yang modus.
"Aku tidak tahu,sudah seringkali aku mengikuti Suamiku. Selama satu minggu lebih,tidak ada tanda-tanda dia menemui wanita lain. Takutnya kekasih mas Wahyu,hanya dunia maya". Jawab Zahra, dengan cemberut karena melihat temannya cekikikan.
"Maaf,habisnya lucu sih. Mana ada kekasih gelap,di dunia maya. Seandainya kamu mengetahui jika suamimu selingkuh, apa yang kamu lakukan? Apakah ada tindakan lainnya".
"Tentu saja aku akan menggugat cerai,enak saja. Aku lelah Mawar,semua gajihnya di serahkan ke ibunya. Selama kami menikah,dia tidak pernah memberikan aku nafkah". Gerutu Zahra,ia tipe wanita tegas. "walaupun aku memiliki banyak uang, salahkah seorang istri menikmati uang nafkah dari Suaminya. seperti suami pada umumnya, aku tidak masalah berapapun dia memberi uang nafkah kepadaku. aku ikhlas Mawar,namun ini tidak ada sama sekali,"
"Aahhh...kamu serius Zahra,Oh my God.....kamu memang sahabatku yang bodoh, mau-maunya di kibulin. Terus,kamu mau aja". kata mawar, dengan ekspresi serius.
Zahra, mengangguk pelan dan Mawar menepuk jidatnya lalu menggelengkan kepalanya. "Harus bagaimana lagi, apakah cinta sesakit ini dan harus berkorban. Aku rela selama ini tidak di berikan nafkah,apa lagi suamiku meminta uang kepadaku. Di tambah lagi suamiku, memboyong ibu dan adiknya satu atap denganku. Kepalaku hampir pecah, memikirkannya. Kalau memang benar suamiku selingkuh,aku tidak main-main memberikan pelajaran sebelum aku tendang mereka,". Tegas Zahra, memendam rasa dendamnya.
"kamu harus ingat Zahra, apakah kamu menyimpan aset-aset berharga kamu.takutnya sih, kenapa-kenapa nantinya. aku gak sanggup satu rumah dengan mertua,apa lagi punya adik ipar yang tidak baik dengan kita,".
"Soal itu,sudah aku pikirkan. Aku yakin mas Wahyu,ada sesuatu yang di rahasiakan. Aku harus waspada,tidak salahkan aku mencurigai suamiku. Aku juga berencana memasang cctv dirumah, sudah meminta bantuan sama Meta. mau bagaimana lagi Mawar? Awalnya memang mertua dan adik ipar ku, ngontrak. tapi, Suamiku sekarang berbeda,".
"Baguslah kamu bergerak cepat Zahra,kamu cantik kaya juga. Sudah pasti banyak menunggu dirimu, walaupun status janda". Kasian kamu Zahra, memiliki suami sok polos tapi aslinya penipu. "semoga ada jalannya,kamu jangan terlalu stres mengahadapi orang-orang seperti itu,".
"Hemmm.... akhir-akhir ini mas Wahyu, sering berubah sifatnya. Bahkan tak seperti dulu, selalu lembut jika berbicara dengan ku. Sekarang dia kasar,bahkan dia juga sering membentak keras. Selalu yang di utamakan ibu dan adiknya,rela hujan-hujanan menuruti kemauan adiknya. Heran aku,wajar gak sih? Aku cemburu sama adik ipar, perlakuan suamiku kaya gak wajar gitu". Zahra, menaruh rasa curiga kepada keluarga suaminya.
"Hemm...lebih baik kamu secepatnya masang cctv,biar lebih jelas deh". Kata Mawar, tersenyum manis.
Zahra, langsung menghubungi Meta. Ia tersenyum kecil, karena kapanpun siap harus di pasang. Kini Zahra,harus menyusun rencana agar mereka tidak ada di rumah.
********
"Aaahhh...mass...hemm ..geliii...". Rengek Arini, seperti mende-sah.
"Ngapain kalian, malam-malam begini di dapur? Mana gelap-gelapan". Zahra, menegur suaminya dan adik iparnya. Apa telinga Zahra,tidak salah mendengar suara desa-han dari dapur.
Wahyu dan Arini, langsung menjaga jarak. mereka nampak terkejut,apa zahra mencurigai mereka. untung lampu dapur gelap, jadi zahra tidak melihat apapun.
Apa lagi Arini, dengan cepat merapikan pakaiannya. "Sayang,kami lagi bercandaan kok. Lagian kamu ngapain ke sini,ha". Tegur Wahyu,kepada istrinya.
"Makanya mbak,gak usah asal tuduh deh. Mbak,kan anak tunggal. Mana tau rasanya punya adik,bercanda barengan. Aku masuk ke kamar dulu mas,bad mood aku". Arini, melongos pergi meninggalkan dapur.
"Liat adikku marahkan,itu semua karena kamu Zahra. Wanita hamil, sangat sensitif terhadap apapun. Jadi,kamu harus ngalah dong. Heran sama adik ipar saja,marah. Aku tidur di kamar Arini,membujuk dirinya supaya tidak marah ". Decak Wahyu, menyenggol bahu Zahra.
"Apa mas? Kamu tidur di kamar Arini. Kalian itu sudah besar,tidak pantas tidur bersama. Mas....bukaaa...mas...". Teriak Zahra, menggedor pintu kamar Arini.
Semakin ke sini,aku curiga mas. Ada hubungan lebih antara kalian berdua,bahkan hatiku yakin sepenuhnya. Memang wajah Arini,tidak persis sama dengan ibumu. Apa jangan-jangan mereka....tidak mungkin,aku segera mungkin cari bukti, batin Zahra. Ia meninggal pintu kamar Arini,ia masuk ke dalam kamarnya.
Malam begitu dingin,hujan deras dan petir. Menemaninya malam ini, memiliki suami namun lebih perhatian kepada sang adik.
*****
Pagi hari yang cerah. Zahra memasak bersama bu Yuni,ibu mertua.
"Biasanya Arini,suka cumi pedas manis sama tumis kangkung campur udang. Kamu potong dulu yah, cuminya. Ibu,mau bikin bumbunya". Zahra,hanya pasrah mengikuti perkataan ibu mertuanya. "Kamu masak menu lainnya saja,kalau mau makan. Arini,gak mau masakan untuknya di makan sama orang lain kecuali keluarganya,".
Membuat Zahra, terkejut mendengar ucapan sang mertua. "Apa bu? Ini banyak lo,cukup untuk makan kita bersama-sama. Kalau masak lagi, kebanyakan bu. Belum tentukan,ini habis,". Bantah Zahra,ia bingung dengan jalan pikiran Arini. kenapa sih? Arini,terus. bikin kesal aja,emang dia bisa apa.
"Kamu harus mau Zahra,ibu gak mau Arini gak makan. Sama saja, mencelakai cucu ibu. Kamu harus nurut dong,di kulkas masih ada tempe sama ikan asin. Kamu masak itu aja,pas untuk kamu sendiri. Kamu gak hamil,gak usah belagu masak ini itu biar hemat".
Dengan hati kesal. Zahra, langsung meninggalkan dapur. "Gak ibu atau mas Wahyu, sama saja selalu mengutamakan Arini ".
"Zahraaaa... kamu Kemana? Bantu ibu Zahra,dasar menantu tidak tahu di untung ". Bentak bu Yuni,kini melanjutkan meracik bumbu masakan.
Zahra,tak menghiraukan teriakkan ibu mertuanya. Ia melongos masuk ke dalam kamar dan mengambil tas beserta kunci motornya. Sedangkan di rumah juga ada ART,yang bisa membantu.
"Mbak,di panggil sama ibu tuh". Ucap Arini, sedang ongkang-ongkang di ruang tamu. Menikmati secangkir teh hangat dan beberapa cemilan sambil menonton televisi. Seakan-akan dia adalah nyonya besar di rumah ini, membuat hati zahra memanas melihatnya.
"Mbak, kemana kamu? Masakkan untukku,belum masak loh. Main kabur aja". Gerutu Arini,ia tersenyum semerik. "Rasakan kamu Zahra,emang enak di suruh-suruh. Apa lagi suami kita,gak bakalan ada waktu untukmu". Kini Arini, melanjutkan acara santai-santainya sambil menunggu masakan masak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Fatma Kodja
duh tidak tau malu, yang punya rumah siapa, dasar orang miskin, tunggu aja kalian pikir Zahra bodoh, mungkin dengan cctv kebusukan kalian akan terungkap
2022-09-11
0
Dina Yesiana
lanjut dong Thor cerita nya bagus 👍👍
2022-09-11
0
dira
boleh nggak di cubit dikit tuh Arini sebel banget 😡
2022-09-11
2