Saat ini Alena bersama Enzo duduk diatas bukit sembari menikmati pemandangan dari atas sana. Setelah mengantar pesanan susu nya, Alena mengajak Enzo berkeliling desa itu untuk mencari udara segar sekaligus melatih otot otot tubuh Enzo yang kaku karena tidak bergerak selama seminggu lebih ini.
Setelah puas berkeliling desa, dan juga karena Enzo yang merasa kesakitan dibagian otot kaki nya, mereka memutuskan untuk istirahat sejenak diatas bukit itu. Tidak terasa panas, karena matahari seolah memihak pada mereka, sinar nya meredup mungkin bersembunyi disebalik awan awan tebal diatas sana.
Alena duduk sembari memeluk lutut nya dan bersenandung kecil disana, sedangkan Enzo duduk dengan kaki yang bersila dan mata yang memandang datar hamparan perbukitan dan padang rumput itu.
"Tempat ini sangat tenang bukan" kata Alena tiba tiba membuat Enzo langsung menoleh kearah nya, menatap gadis yang selalu tampak tersenyum itu, seolah tidak ada beban yang ditanggung dalam hidup nya.
"Ketika sedang bosan, aku selalu menyempatkan diri kemari, tempat ini benar benar membuat siapa saja betah berlama lama, bahkan terkadang aku sampai lupa waktu dan bibi Grace selalu marah jika aku sampai pulang larut" ungkap nya lagi sembari tertawa kecil, dan Enzo masih saja diam dan terus menatap wajah nya seolah dia begitu menikmati pemandangan itu
"Jika ingatan mu sudah kembali, kau pasti akan merindukan tempat ini nanti nya" kata Alena dengan bahasa yang terlihat jauh lebih santai, mungkin dengan begini dia bisa membuat Enzo sedikit lebih tenang dan nyaman.
Kini dia menatap Enzo yang mengerjapkan perlahan mata nya, bulu mata yang lentik, meski tatapan mata itu begitu tajam, namun tidak membuat Alena takut, melainkan tetap saja dia terpesona dengan keindahan itu.
"Bahkan aku tidak tahu kapan ingatan ku akan kembali" jawab Enzo dengan suara berat nya, Alena langsung tersenyum mendengar nya
"Jangan berkecil hati. Hanya butuh waktu. Anggap saja sekarang kau sedang berlibur dari segala aktifitas mu dan sejenak melupakan semua masalah hidup mu" sahut Alena membuat Enzo tertegun
"Aku benar benar bingung dengan semua ini" gumam Enzo dan kembali memandang kearah depan, namun Alena tahu, tatapan itu adalah tatapan kehampaan dan tidak ada berisi sama sekali
"Aku pasti membantu mu, jangan khawatir" kata Alena sembari menepuk pelan pundak enzo
"Apa yang akan kau lakukan?" Tanya Enzo menatap Alena yang langsung tertawa bingung dan langsung menggaruk pelipis nya
"Apa ya, hmm, nanti akan aku pikirkan. Nikmati saja waktu mu sekarang, jika kepala mu sudah tidak sakit lagi, kita akan mulai mencari ingatan mu yang hilang" kata Alena sembari beranjak berdiri dan menepuk pelan bokong nya
Enzo hanya menghela nafas lelah. Ya, mungkin benar, nikmati saja dulu waktu sekarang ini. Walau dia tidak tahu, jika dia menikmati waktu nya kini, apakah kehidupan nya yang sesungguh nya akan terancam atau mungkin keluarga nya yang tengah sibuk kehilangan diri nya, ah, tapi apa dia masih punya keluarga, batin Enzo bingung.
"Hei, kemarilah!!!" Teriak Alena membuyarkan lamunan Enzo.
Enzo menatap gadis itu yang sudah berada diujung dekat kumpulan ilalang yang terlihat tumbuh subur disana.
Dengan malas Enzo pun beranjak dari duduk nya dan berjalan perlahan ketempat gadis itu berada.
Dilihat nya gadis itu begitu riang dan berlari kesana kemari mengitari padang ilalang itu, tangan nya bergerak lincah memetik bunga bunga ilalang dengan senyum yang selalu merekah indah. Angin yang berhembus membuat padang ilalang itu bergoyang goyang seirama dan sangat kontras dengan Alena yang berada ditengah tengah nya.
Dan tanpa sadar bibir Enzo melengkung membuat garis senyum yang begitu tipis hingga tidak diketahui oleh siapapun.
'apa dia tidak pernah bersedih' batin pria itu
Enzo hanya berdiri mematung dengan tangan yang dimasukan nya kedalam saku celana nya. Celana yang sengaja dijahit oleh Alena langsung untuk nya, karena pakaian milik suami bibi Grace tidak pas berada ditubuh Enzo yang tinggi kekar.
Enzo menatap datar gadis yang sedang bersenandung kecil itu
"Lihat, cantik bukan" ucap nya sembari menunjukan beberapa tangkai bunga ilalang ditangan nya
Enzo hanya mengangguk datar menanggapi nya, entah apa yang cantik, karena itu hanya tumpukan rumput saja dimata nya
Alena berjalan mendekat kearah Enzo sembari tersenyum ceria seperti tidak kenal lelah
"Hei, cobalah untuk tersenyum sedikit, wajah mu benar benar mirip robot jika seperti itu" gerutu Alena pada Enzo yang hanya mendengus gerah
"Aku tidak tahu cara nya tersenyum" jawab nya singkat
"Dasar gila, mana ada manusia yang tidak tahu cara nya tersenyum" kata Alena lagi membuat Enzo menatap nya tajam
"Kau mengataiku gila" geram nya membuat Alena langsung tertawa canggung
"Haha, kau ini cepat sekali marah nya seperti punya banyak beban saja, aku kan hanya bercanda" jawab Alena sembari menepuk pelan sekilas pundak Enzo dan Enzo hanya melengos pasrah
"Bahkan ini adalah beban yang sesungguh nya, kau tidak tahu bagaimana rasa nya jadi aku" ketus Enzo membuat Alena tertegun sejenak dan menghela nafas nya dengan kasar.
'dia pemarah sekali, apa mungkin ini sifat alamiah nya' batin Alena
"Aku memang tidak tahu rasa nya jadi dirimu yang melupakan segala nya, tapi asal kau tahu, aku malah ingin seperti mu agar aku bisa melupakan semua nya" ungkap Alena dan langsung berjalan meninggalkan Enzo yang kini gantian tertegun dengan bingung
"Dia membuat ku bertambah bingung saja" gumam Enzo yang langsung berjalan dan mengikuti langkah kaki Alena untuk kembali kerumah mereka
Sepanjang jalan mereka hanya saling diam, Enzo dengan fikiran nya dan Alena dengan keasikan nya bersenandung ria seolah tidak pernah memiliki beban apapun dalam hidup nya.
Dipertengahan jalan, Alena melihat beberapa pohon apel liar yang tumbuh disana, tidak jauh dari tempat mereka berpijak.
"ah, Enzo, aku ingin mengambil buah itu dulu" tunjuk Alena pada pohon pohon diseberang jalan setapak itu
"apa itu?" tanya Enzo heran
"itu pohon apel, buah nya sangat manis. Aku ingin membuat Apple pie untuk kita makan, ayo" ajak Alena yang menepuk sekilas pundak Enzo dan langsung berlari meninggalkan Enzo yang menggeleng pelan namun tetap mengikuti langkah kaki Alena.
Alena menjinjitkan kaki nya meraih buah diatas pohon yang agak tinggi itu. Dia baru mendapatkan beberapa yang matang. Namun yang lain nya malah terlihat berada diujung dahan.
Alena menoleh kesana kemari mencari sebatang kayu untuk mengambil buah. Enzo yang sedari tadi hanya memperhatikan nya mengernyit bingung melihat tingkah gadis itu
"apa yang kau cari?" tanya Enzo membuat Alena terkesiap dan langsung menoleh kearah nya
"cari batang, aku ingin mengambil itu, tangan ku tidak sampai" jawab Alena
Enzo mendengus, dan langsung beranjak dari tempat nya mendekati Alena.
Dia menoleh keatas, dan menjulurkan tangan nya kearah buah yang dimaksud oleh Alena.
Mudah saja bagi nya, beberapa buah dipetik nya dan langsung dilempar nya kearah Alena yang dengan sigap menangkap nya
"begitu saja tidak bisa" kata Enzo membuat Alena mendengus
"kalau kau bisa kenapa tidak dari tadi membantu ku, aku harus bersusah payah mengambil nya" gerutu Alena sembari memasukan buah nya kedalam keranjang.
"kau tidak meminta" jawab Enzo singkat
Alena hanya mencebikan bibir nya karena kesal
"kau mau coba?" tawar Alena sembari menyerahkan satu buah apel yang sudah dibersihkan nya pada Enzo
"apa itu tidak beracun?" tanya Enzo ragu
"astaga, mana ada buah apel yang beracun, coba lah, ini bagus untuk menambah vitamin" kata Alena lagi
Enzo meraih apel itu dan langsung menggigit nya, merasakan manis dan segar nya buah itu
"enak kan" tanya Alena yang juga memakan buah apel nya. Mereka berjalan kembali untuk melanjutkan perjalanan mereka
"hmm, lumayan, dan rasa nya juga tidak asing" jawab Enzo
"jelas saja, kau itu sudah tua, sudah pasti pernah memakan buah itu sebelum nya" sahut Alena. Dan Enzo hanya mengendikan bahu nya
..
Sesampai nya dirumah, Alena langsung mengarah kesamping rumah bibi Grace sedangkan Enzo langsung masuk kedalam kamar dan merebahkan diri nya yang terasa lelah dan sedikit pegal, mungkin karena seminggu lebih dia sama sekali tidak melakukan pergerakan yang berlebihan.
Enzo terdiam begitu lama, namun fikiran nya terus saja memutar mengingat siapa diri nya sebenar nya.
Sesekali dia meraba dada nya dimana banyak tato disana
"Siapa aku sebenar nya, aku yakin aku bukan orang biasa, tato ini seperti nya sangat penting dalam hidup ku" gumam nya lagi
Dia perlahan beranjak dari ranjang itu dan berjalan kearah lemari pakaian. Disamping lemari itu, jas nya digantung oleh Alena.
Enzo meraba jas itu perlahan, meneliti setiap detail nya yang benar benar sangat bagus dan dia yakin jas ini bukan jas sembarang.
Mata Enzo mengernyit saat mendapati sebuah ukiran dengan bordiran emas disebalik kerah jas itu.
"Aldrego" gumam nya
"Tulisan apa ini" gumam nya lagi, dia berusaha keras untuk mengingat, hingga beberapa bayangan samar terlintas dikepala nya
Ugghh
Rasa sakit mulai menggelayuti kepala nya, menjalar seperti sengatan listrik yang mampu membuat tubuh nya benar benar lemas, hingga dia menggenggam kuat rambut nya, berusaha untuk mengurai rasa sakit itu, namun tiba tiba sudut mata nya langsung tertuju pada sebuah topeng yang berada diatas meja, topeng yang telah terbelah dua namun masih terlihat bagus dan mengkilap
Enzo meraih topeng itu dengan sebelah tangan nya, memperhatikan topeng itu dengan ringisan diwajah nya, dan lagi lagi bayangan samar kembali terlintas, seorang pria dengan topeng nya, seorang pria dengan senjata ditangan nya, dan seorang pria dengan gagah nya berjalan diikuti oleh puluhan orang
"Arrggghhh!!!!" Teriak Enzo begitu kuat, topeng ditangan nya langsung terjatuh kelantai, dan tangan nya langsung menarik kuat rambut dikepala nya yang terasa seperti ingin pecah, bahkan tubuh nya sudah jatuh berlutut diatas lantai kamar itu
Brakk
Suara pintu terdengar terhempas dan nampak lah Alena yang datang dengan nafas yang terengah engah
"En, ada apa" tanya nya panik dan ikut berlutut didepan Enzo yang terlihat begitu kesakitan, bahkan wajah nya begitu memerah.
"Arrghhh, shhhh" teriak nya lagi sembari terus menarik rambut dikepala nya hingga banyak helaian rambut yang tercabut dari akar nya
Alena begitu panik dan dengan segera mengusap perlahan wajah dan kepala Enzo yang meringis sakit
"Jangan dipaksakan, tenang lah, semua akan baik baik saja" kata Alena benar benar cemas
Nafas Enzo tersengal dengan wajah memerah
"Aku, aku melihat nya, aku melihat seorang pria, pria dengan topeng dan senjata nya" ungkap Enzo dengan begitu terbata dan nafas nya yang tersengal sengal . Dan dapat Alena lihat wajah Enzo begitu pucat dan memerah
"Iya, iya. Ayo kita istirahat dulu. Nanti kita cari tahu bersama oke. Jangan dipaksakan, kepala mu bisa pecah nanti" kata Alena sembari mencoba membantu Enzo bangun dan membantu nya berbaring diatas ranjang.
Mata Enzo langsung terpejam sedangkan nafas nya masih terlihat bergemuruh
Alena mengusap keringat didahi Enzo dengan perlahan dan menatap iba Enzo yang masih kesakitan dan terengah engah.
'seperti nya kamu memang bukan orang biasa En' batin Alena
...
next...
jangan lupa like dan koment ya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 210 Episodes
Comments
Yeti Supriatin
lanjut....
2023-04-07
0
Febri Ana
lanjuuttt
2023-02-26
0
X'tine
Masih menyimak thor, bagus ceritanya aku suka.. 😍
2022-09-30
2