Perasaan Zifa semakin tidak karuan, ketika ia semakin dekat dengan rumahnya. "Setop!!!" Seketika itu juga motor yang dikendarai Kemal langsung berhenti.
Sraaakkk... suara ban motor yang bergesekan dengan aspal yang sudah banyak yang mengelupas, karena rem dadakan yang Kemal lakukan.
Tanpa peduli bahaya atau tidak, Zifa langsung turun meskipun motor Kemal belum berhenti sempurna, gadis itu berlari ke arah rumahnya. Air matanya sudah jatuh. Yah Zifa sudah sangat yakin orang-orang itu mendatangi rumahnya. Zifa terus berlari padahal jarak rumahnya dengan motor Kemal berhenti lumayan jauh, tetapi gadis bertubuh jangkung dan kurus itu terus menggunakan sisa tenanganya untuk segera sampai di rumah reyotnya.
Karena aksinya para tetangganya sebagian menatap iba ke arah Zifa. Tidak hanya Zifa yang berlari, Kemal pun yang panik, ia meninggalkan motornya di depan rumah tetangga Zifa dan memilih berlari juga menyusul Zifa.
Kaki Zifa seolah tidak bertulang ketika dia melihat ada bendera kuning berada di depan rumahnya. Padahal jarak Zifa masih tiga rumah lagi dari rumah orang tuanya, tetapi ia sudah bisa menyimpulkan bahwa kabar duka memang dari rumahnya. Namun siapa yang meninggal? Itu yang sekarang ada di pikiran Zifa.
Kak Zara atau ibunya? Zifa berusaha menyeret kakinya dengan sisa tenanganya, air mata dan rasa sesak di dadanya sudah tidak bisa ia sembunyikan lagi. "Inikah kado ulang tahun dari Engkau, Tuhan," jerit Zifa dalam hatinya, ingin ia memakin Tuhan, memaki takdir yang seolah tengah bercanda dengan dirinya.
"Zifa yang sabar yah, kamu harus kuat, kamu harus tetap tegar." Itu ucapan-ucapan dari sebagian warga yang datang ke rumah duka. Zifa bahkan tidak bisa membalas ucapan duka itu. Bibirnya seolah kaku dan tidak bisa digerakan.
Begitu sampai di ambang pintu. "Ibu??? Apa yang terjadi dengan Ibu? Kenapa bisa Ibu meninggal?" batin Zifa dengan penuh lara, Zifa tahu tubuh yang terbujur kaku di tutup dengan kain batik (Jarit) adalah ibunya, sebab Kak Zara ada di samping ibu. Meskipun mungkin kakanya tidak tahu betul apa yang terjadi dengan wanita yang sidah melahirkanya tetapi wajah sedih kakaknya itu sangat terlihat.
Runtuh, seolah langit yang terbentang luas nan kokoh runtuh menindih tubuhnya. Tubuh Zifa lemas seketika untung ada Kemal yang sigap menangkapnya, sehingga Zifa tidak jatuh.
"Kamu yang sabar yah, semua ini pasti ada hikmahnya." Kemal menuntun tubuh Zifa yang seolah tidak ada tulangnya lagi dan duduk bersimpuh di samping tubuh ibunya yang sudah terbuju kaku itu.
Perlahan Zifa membuka kain putih penutup wajah ibunya. Wajah pucat, dengan bibir membiru menadakan bahwa wanita yang telah melahirkanya memang benar-benar sudah berpulang. Ini bukan mimpi, inilah kado yang Tuhan siapkan untuknya. Seketika tangisnya Zifa pecah ketika ia sadar bahwa ia sudah di tinggal meninggal dunia oleh ibunya.
"Hihihihikkkk... Ibu kenapa Ibu ninggalin Zifa, Ibu Zifa tidak sanggup hidup sendirian tanpa Ibu yang menemani Zifa. Apalagi harus merawat Kak Zara. Zifa tidak sanggup," rancau Zifa menangis memeluk tubuh kaku ibunya.
Sementara Zara gadis yang memiliki kelainan keterbelakangan mental atau orang bilang Down Syndrome. Seolah tidak paham dengan apa yang tengah terjadi dihadapanya. Zara memang sesekali terlihat menangis, tetapi Zifa sangat yakin bahwa kakaknya tidak paham betul apa yang terjadi di hidupnya saat ini.
Kemal yang memang mengikuti Zifa pun mengusap pundak Zifa, sebagai tanda bahwa ia seolah memberikan kekuatan pada Zifa agar gadis yang baru merayakan ulang tahun ke tujuh belas tahun itu kuat, untuk menghadapi ujian yang Tuhan bebankan pada pundaknya.
Zifa setelah merasakan bahwa ada tangan kekar yang mengusap pundaknya untuk memberika kekuatan pun tahu siapa gerangan yang melakukan itu. Kemal, yah temanya itu tengah berusaha memberikan dukungan kekuatan, agar Zifa kuat melewati cobaan ini.
Namun cobaan ini buka sekedar ia kehilangan ibunya. Bukan sekedar ia ditinggal meninggal oleh orang yang melahirkanya. Melainkan Zifa juga harus merawat kakaknya yang mengalami down syindrome, dan juga kondisi kakanya, Zara saat ini yang tengah hamil.
*****
Zifa memutar memory di kepalanya di mana semalam ibunya sempat bercerita kondisi kakanya saat ini. "Zifa keluarga kita sedang dilanda cobaan yang berat," eluh Ibu, mencoba memulai obran dedenganya. Mengungkapkan apa yang mengganjak di hati ibu.
Zifa yang baru duduk mendekati ibunya yang sedang menonton televisi pun kaget dengan ucapan ibu. "Cobaan apa Bu?" tanya Zifa dengan penasaran. Mungkin saja setelah ia tahu permasalahan yang mengganjal pikiran ibunya. Zifa bisa membantu memberikan solusi dengan apa yang terjadi di keluarganya.
"Kakak kamu hamil."
"Hah, kok bisa? Kak Zara kan...(Zifa tidak melanjutkan ucapanya, ia melirik ke arah kakaknya yang sudah meringkuk pulas dipangkuan ibunya dengan tangan ibu sebelah dipeganginya soalnya gadis itu ketakutan ibunya akan pergi.
"Ibu curiga anak majikan ibu yang melakukanya." Tanpa ditanya, ibu menjawab pertanyaan yang belum sempat Zifa ucapkan. Pandanganya menatap layar televisi yang menampilkan acara pencarian bakat kesukaan ibu. Namun Zifa tau fikiran ibu tidak tertuju dengan acara yang ibu lihat. Tubuh lelahnya dibiarkan bersandar ke dinding tembok yang warnanya sudah pudar. Bahkan coretan dari gambar mahakarya hasil tangan kakanya mendominasi tembok itu.
"Kok ibu bisa bicara seperti itu? Apa ibu melihatnya?" tanya Zifa, tentu harus ada bukti dasar yang kuat ketika kita mencurigai sesuatu. Takutnya kalo salah duga jadi fitnah.
Ibu menggeleng lemah, itu tandanya wanita paruh baya itu tidak melihat kejadian itu. "Ibu memang tidak pernah melihat kejadinya dengan pasti, tapi beberapa kali kakak kamu hilang dari pandangan ibu. Padahal biasanya kalo ibu bekerja kaka kamu selalu ada mengekor kemana pun ibu pergi. Tapi beberapa kali ibu yang sedang fokuz bekerja kehilangann jejak kakak kamu, ibu cari-cari tidak ketemu. Karena kerjaan yang masih menumpuk ibu pun mendiamkanya toh nanti juga Zara akan mencari ibu lagi. Mungkin dia sedang melihat ikan atau burung peliharaan majikanya. Dan tidak dengar ketika ibu panggil. Benar saja ketika ibu sedang mengerjakan kerjaan ibu, kakak kamu kembali, tapi dengan pakaian yang berantakan, dan wangi parfum peria. Kejadian itu terjadi beberapa kali, dan selalu ketika orang-orang rumah sedang pergi. Hanya ada anak majikan ibu yang saat itu tengah sakit, tapi ibu enggak memiliki fikiran jelek saat itu. Baru saat ini ibu kefikiran kejanggalan kakak kamu saat itu sepertinya ada hubunganya dengan anak bos ibu, yang bisa saja melakukan pelecehan sama kakak kamu, hingga dia hamil." Suara liirih nan pelan ibu menceritakan apa yang ada difikiranya.
"Siapa namanya anak bos ibu?" tanya zifa dengan hati marah, tetapi Zifa tidak bisa berbuat apa-apa.
"Abas," jawab ibu. "Dia sudah menikah lama, tetapi belum juga memiliki anak. Berulang kali dia menjalani program bayi tabung, tetapi gagal," imbuh ibu.
Zifa tidak melemparkan pertanyaan lagi, fikiranya sedang merencanakan sesuatu untuk keadilan kakanya, tetapi bagai mana?
"Ibu besok akan mencoba bertanya pada Den Abas mungkin sajah dia mau mengakuinya dan mau bertanggung jawab dengan kondisi kakamu," terang ibu, setidaknya ia akan mencoba mencari keadilan.
Obrolan malam ini pun selesai ketika jam menunjukan pukul sepuluh malam, dan acara pencarian bakat pun sudah selesai dari setengah jam yang lalu. Sebenarnya mereka biasa tidur jam sembilan mengingat ibu harus bangun pagi-pagi dan bekerja. Zifa pun harus bersekolah. Namun karena obrolan penting yang ibu sampaikan mereka lupa waktu dan baru sadar setelah rasa mengantuk menghampiri mereka dan benar saja ternyata memang waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam.
Fikiran Zifa yang sedang bercabang ini lah yang membuat ia sangat mudah di kerjai di sekolahnya tadi, kesalahan demi kesalah Zifa di manfaatkan temanya untuk mengerjainya, dan ibu guru Herni menghukumnya, sampai teman-temanya masuk membawa satu cake dan lilin yang menancap dengan lilin angka tujuh belas. Namun kebahagiaan yang teman-temanya beri untuk Zifa tidak bertahan lama.
*****
Zifa kembali menatap kosong tubuh ibunya. "Apa yang terjadi dengan ibu, bukankah ibu tadi pagi berangkat dalam keadaan sehat. Bahkan karena ada niat menemui Abas, anak majikanya. Ibu lebih terlihat bersemangat. Apa mungkin Abas membunuh ibu?" batin Zifa tidak bisa menerima kematian ibunya begitu saja.
...****************...
Sebelum lanjut pollow ig othor dulu yuk...
👉👉Onasih_Abilcake follow yah adik/kakak daringku...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
Wina Yuliani
baru 2 part jiwa ku mulai campur aduk nih... tisu mana tisu 😢😢
esmosi udh mulai melanda nih 😡
2022-09-17
1
Haira raf
jahat ih bosnya
2022-09-12
1
Elizanoor_Akram
Ini kalo sampe zifa ga bahagia kebangetan deh, diawal udah di peras kesedihanya.
2022-09-11
3