Bab. 5

"Tu,Tuan,sudah seminggu tapi Tuan tidak memberi perintah apapun.Sekarang perusahaan semakin kacau karena harga saham yang turun dan juga tanpa pendukung,apakah Tuan tidak berniat ingin untuk membujuk Tuan Hendri saja?" tanya Asisten tersebut dengan nada hati-hatinya,sambil terus menyeka keringat dinginnya dengan tisu.

Dalam seminggu ini keadaan perusahaan semakin lama semakin sulit untuk dikendalikan,jika dibiarkan terus,ia takut kalau bukan hanya yang lainnya saja yang akan terseret,mungkin saja gajinya sendiri perbulan saja pasti akan ikut terpengaruh.

Jika sudah begitu,ia pasti akan sulit untuk bisa bertahan hidup di Negara besar ini,ditambah lagi,ia masih ada istri dan anak yang harus ia pertanggung jawabkan.

"Tu,Tuan,jika Tuan tidak memikirkan diri sendiri,cobalah untuk memikirkan kami, rakyat-rakyat kecil ini..." lanjut Asisten dengan nada takut dan memohonnya,ia harus memberanikan diri demi kelanjutan hidupnya dan yang lainnya.

Ia bahkan masih saja merasa bingung dan tidak mengerti, padahal setahunya hubungan antara Tuannya dan Tuan Hendri sebelumnya bukannya sangat baik, kenapa sekarang malah menjadi seperti ini...

"Tut tut tut..." hanya terdengar suara nada telepon yang diputus oleh Tuannya saja,iapun hanya mampu berdiri dengan ekspresi wajah tidak berdayanya disana,Tuannya bahkan tidak menjawab sepatah katapun.

Rasanya ia ingin sekali kembali menelepon Tuannya,tapi ia lebih takut kalau nanti kepalanya akan menghilang tanpa jejak,mau tidak mau ia hanya bisa menebak-nebak tentang keputusan apa yang akan diambil oleh Tuannya nanti.

Di Club,disebuah ruangan pribadi pemiliknya...

"****..." Willy hanya mampu mengumpat kesal, sambil melemparkan kesal HPnya kesampingnya.

"Tu,Tuan,,," terdengar suaranya seorang wanita tanpa busana tersebut yang sudah berada didalam selimut untuk menutupi tubuh terbukanya,tapi suara manjanya malah terdengar sedang ketakutan saat ini.

"Keluar..." perintah Willy dengan nada tinggi dan tegasnya sambil terus mengontrol rasa kesalnya,tanpa menatap wanita pesanannya itu sedikitpun.

"Ba,baik,Tuan..." wanita tersebut langsung bergegas turun dari atas kasur dan memakai pakaiannya,ia bahkan tidak berani untuk menatap wajah marahnya Tuan Willy.

Padahal tadinya ia berniat ingin merayunya atau membujuknya untuk kembali melanjutkan pergelutan panas tadi,karena sudah lama ia memimpikan untuk bisa berada diposisinya pada saat ini.

Tapi saat ia mendengar bentakan marahnya Tuan Willy barusan,seluruh bulu kuduknya langsung menegak semua karena rasa takutnya, iapun segera berubah pikiran supaya nyawanya tidak akan terancam nantinya.

"Pria tu itu benar-benar menyebalkan..." Willy bergumam kesal setelah pintu ruangannya kembali ditutup,kenapa ia merasa sepertinya memiliki sahabat licik seperti itu adalah sebuah kesalahan dimasa lalunya.

Sebenarnya jika perusahaannya akan hancurpun,ia juga tidak perlu mengkhawatirkan kalau dirinya takut akan mati kelaparan atau kekurangan uang karena ia bisa mengandalkan hidupnya pada penjualan ilegal dan legalnya didunia hitam bersama saudara-saudaranya sana,tapi sekarang yang menjadi bebannya adalah sama seperti yang dikhawatirkan oleh Asistennya tadi.

Jika dalam hal ini ia tidak mau mengalah, bisa-bisa semua karyawannya akan menjadi pengangguran,untung saja ia masih memiliki hati nurani dan juga tidak akan setega itu.

Sahabat baiknya itu benar-benar sangat memahami dirinya,inilah kekurangannya,dirinya yang tidak begitu paham tentang cara berbisnis, malah dimanfaatkan oleh sahabatnya itu.

Walaupun sebenarnya ia juga bisa berusaha,tapi sayangnya,dirinya bukan tipe perkerja keras dalam berbisnis,karena ia lebih suka berkerja keras didunia hitamnya.

Willy masih setia duduk terdiam diatas kasurnya dengan ekspresi marah,kesal dan juga malas diwajahnya yang masih terlihat tampan itu,bahkan bendanya yang sudah begitu bersemangat tadipun telah terganggu dan mulai tertidur kembali,dan telah ditutupi dengan selimut oleh Tuannya.

Padahal selama seminggu ini,ia sudah sengaja mendiamkannya.Ia berharap kalau sahabatnya itu akan mengasihaninya,tapi ternyata malah tetap saja tidak mau menyerah.

20 menit kemudian...

Willy akhirnya hanya mampu menghela napas berat dengan panjang yang ntah sudah keberapa kalinya sedari tadi,kemudian iapun memutuskan untuk menekan deretan no HP yang telah berhasil membuat dirinya merasa begitu kesal selama seminggu ini.

Jika saja bukan karena demi para bawahannya,ia pasti akan membiarkan perusahaannya hancur begitu saja.

"Tut tut tut..."

"Apakah kamu sudah berubah pikiran,hm?" baru saja terdengar nada tersambung dari seberang sana,pemiliknya langsung mengangkatnya, terdengar jelas kalau pemiliknya merasa begitu senang dengan panggilan telepon darinya ini.

"Cih,,," Willy langsung berdecih kesal,saat ia mendengar pertanyaannya Hendri yang masih begitu mengharapkan persetujuannya itu.

"Tidak bisakah kamu mengasihaniku,untuk kali ini saja?" tanya Willy balik dengan nada malasnya,sambil memijit pangkal hidungnya yang terasa agak berat,ia benar-benar tidak suka berdekatan dengan wanita,apa lagi wanita tersebut adalah keluarga dari sahabat baiknya.

"Tidak,aku tidak bisa.Lagi pula,bukannya kamu hanya perlu menyetujuinya saja.Kenapa kamu harus menyulitkan dirimu sampai seperti ini,hm?" jawab dan tanya Hendri balik dengan nada santainya,sambil menahan tawanya.

"Cih,,," lagi-lagi Willy kembali berdecih kesal.

Beberapa menit kemudian...

"Dimana mereka berdua tinggal?" tanya Willy akhirnya,setelah terdiam selama beberapa menit untuk mengontrol segala rasa kesalnya tersebut.

"Begini baru bagus untukmu,kenapa harus menentangku sedari hari itu?..." ucap Hendri dengan nada bangganya karena telah menang dari perdebatan selama seminggu tersebut.

"Jangan sampai aku berubah pikiran" ucap Willy dengan nada kesalnya,sambil memutar kedua bola matanya dengan malas.

"Mereka tinggal bersama kami sekarang,dan mereka juga akan menetap disini selama beberapa tahun kedepan" jawab Hendri dengan nada santainya dan wajah yang tersenyum puas dan juga penuh arti,tapi tentunya Willy tidak akan bisa melihatnya.

Terdengar helaan napas berat dari napasnya Willy,saat ia mendengar kalau ternyata kedua putri kembar sahabatnya tinggal bersama sahabatnya,dan bahkan akan menetap disana.

"Berapa umur dan apa perkerjaan mereka?" tanya Willy dengan singkat,ia memang tipe pria yang malas banyak bertanya,apa lagi dengan suasana hatinya yang buruk pada saat ini.

"22 dan mereka berdua memiliki perkerjaan yang berbeda,satunya sebagai Dokter kandungan dan yang satunya lagi sedang meneruskan perusahaanku yang lainnya" jawab Hendri dengan singkat tapi lengkap.

"Baiklah.Kapan aku harus berangkat kesana?" tanya Willy dengan nada yang masih saja tetap terdengar malas.

"Besok" jawab Hendri dengan nada seriusnya karena kalau mau dihitung-hitung,harusnya Willy memang sudah harus berangkat pada beberapa hari yang lalu.

"Jadi,apakah aku harus tinggal bersama kalian juga nantinya?" tanya Willy dengan nada seriusnya juga,karena ia paling tidak suka keramaian.

"Sebaiknya kamu menyediakan sebuah Apartemen kecil untukku,jika tidak,aku pasti akan tetap menolaknya" lanjut Willy dengan nada seriusnya sebelum sahabatnya sempat menjawabnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!