Jeni berjalan di trotoar dengan langkah gontai. Lalu duduk di halte. Disana dia hanya terdiam menatap kendaraan yang lalu lalang. Rasanya ia sudah enggan untuk pulang, sejak ayah dan ibunya mengusirnya dari rumah kemarin.
Jeni menghela nafasnya. Merasa beban berat berada dipundaknya. Ia menatap langit yang begitu cerah, berwarna biru dengan kumpulan awan yang berarak-arak terbawa angin.
Burung-burung beterbangan bersama dengan Daun kering yang tertiup angin.
"Kenapa aku begitu sial? Di usir dari rumah, dihianati oleh kekasih dan sahabatku sendiri, lalu kehilangan keperawanan ku dengan seorang penipu." Gumam Jeni meratapi nasibnya, menghela nafasnya berulang kali agar sesak didada nya berkurang.
"Semoga saja gigolo itu tidak memerasku nanti. Kurasa uang itu cukup untuk percintaan semalam.
Haaaiiiisssshhhh,, dasar sial. Sudah hilang keperawanan ku, hilang uang pula untuk membayarnya. Harusnya aku tidak perlu meninggalkan uang itu disana."
Jeni berfikir lagi, "tapi jika dia cukup tau diri dia tak akan datang lagi dan meminta uang. Haaiss, bagaimana sih cara kerja gigolo."
Jeni menepuk kepalanya, "haisss, sudahlah, tak perlu dipikirkan. Sekarang ayo kerja. Aku memang sial karena runtutan peristiwa itu, tapi setidaknya aku masih punya pekerjaan. Okey. Semangat Jeni."
Jeni mengepalkan tangannya di depan dada dan menganggukkan kepalanya untuk menyemangati dirinya sendiri. Tepat saat itu bus berhenti didepannya. Jeni segera naik dan mengambil duduk di sisi sebelah kanan dekat jendela.
Selama ini Jeni biasa naik mobil miliknya, namun karena Verel menginginkan mobil untuknya bekerja kesana kemari, Jenipun akhirnya memberikan mobilnya pada Verel karena rasa cintanya pada laki-laki itu begitu besar. Dan Verel pun bertugas mengantar jemput Jeni. Namun beberapa hari terakhir, Verel berkilah hingga Jeni terpaksa menggunakan bus.
Sayangnya, Verel hanya memanfaatkan nya saja. Hingga kemarin dengan mata kepalanya sendiri Jeni menyaksikan Verel dan Yovie berselingkuh di sebuah hotel. Mendengar bagaimana keduanya mencaci dan mengoloknya dibelakang. Tentu itu membuat Jenin terpuruk hingga ia minum minuman keras dan mabuk.
Jeni melangkah masuk kesebuah kosan milik salah satu teman kantornya. Liana namanya. Ia menginap disana setelah diusir oleh keluarganya.
"Hei, kenapa wajahmu kusut begitu?" Tanya Lia begitu Jeni masuk kekamar dan merebahkan tubuhnya keranjang kamar."Kenapa semalam kamu nggak pulang? Harusnya kamu ngabari, jadi aku nggak cemas."
"Maaf."
Lia yang melihat Jeni begitu tak bersemangat menghela nafasnya. Dan tak bertanya lebih lanjut, toh Jenin pasti bakal cerita jika memang sudah siap untuk berbicara.
"Bersihkan dirimu dan ayo berangkat kerja bersamaku."
Jeni melirik temannya itu, "baiklah. Aku mandi dulu."
Seusai mandi dan berpakaian Jenin dan Lia berangkat menggunakan motor milik Lia. Sesampainya di kantor Jeni masuk keruangan. Menyandarkan tubuhnya di kursi dimana dia biasa bekerja.
Jeni awalnya bekerja di perusahaan keluarga Barata namun ia di pecat oleh ayahnya sendiri. Hingga ia akhirnya bekerja di sebuah pabrik cabang dari negara sakura. Ia menjabat sebagai kepala bagian Engineer.
Sementara Lia sebagai kepala bagian produksi. Dan Verel juga bekerja ditempat lain setelah ayah Jeni juga memecat pria itu karena tidak jujur dan sering membolos saat Verel bekerja di perusahaan Barata grub sebelum akhirnya memecat anaknya sendiri.
Akibatnya, Jeni jadi dimusuhi oleh keluarganya karena Verel. Selain karena memang entah mengapa ayah, ibu dan adiknya begitu tidak menyukainya.
Jeni melirik hp nya, Verel sudah beberapa kali menghubunginya, namun karena Jenin sudah tau dan terlanjur terluka dengan penghianatan kekasihnya itu, Jeni mengabaikan. Rasanya ia hanya ingin menenangkan diri dulu.
"Haahh?" Jeni menghela nafasnya saat ia istirahat makan siang bersama Liana.
"Kenapa?"
"Verel."
"Kenapa lagi dengan benalu itu?" Tukas Lia enteng menjejalkan nasi beserta lauknya kemulut."Eh, sorry. Pacarmu."
Liana baru teringat jika Jeni pasti menatapnya dengan tajam dan tidak suka setiap kali dia menyebut Verel benalu karena pria tak bermodal itu terus merong-rong sahabatnya.
Namun, bodohnya, Jeni yang terlanjur cinta mati pada Verel tetap membela dan menatap tak suka jika kekasihnya itu disebut benalu. Namun, kali ini dia melihat wajah Jeni berbeda. Ia biasa saja mendengar kata benalu.
"Ada apa? Sesuatu terjadi diantara kalian?"
"Yah, aku pikir, mungkin kami akan putus saja."
"Yes! Kenapa baru sekarang. Harusnya dari dulu. Kenapa? Apa yang terjadi?" Cerca Lia antusias untuk tau. Ia sangat senang, akhirnya sahabatnya itu membuka matanya juga. Bahwa Verel bukan pria yang baik.
"Menurutmu, bagaimana caraku mengambil lagi mobil yang Verel bawa?"
"Hmmm... Gampang saja. Toh itu masih pakai namamu. Bilang saja kamu akan keluar kota dan harus menggunakan kendaraan itu. Selesai."
"Baiklah. Akan kucoba." Jeni mengangguk.
"Sekarang jelaskan padaku, kenapa kau tiba-tiba jadi sedikit pintar?"
"Apa maksudmu?" Kekeh Jeni mendengar sindiran sahabatnya itu.
"Selama ini kau kan bodoh. Piara cowok ga modal. Mending piara tuyul malah dapat uang. Lah ini? Kamu justru keluar uang terus. Kalau bukan bodoh apa namanya?"
"Cinta."
"Cih!" Lia meludah kesamping walau tak sampai keluar cairanya." Apa yang kamu dapat dari cinta?"
"Aku di usir dari rumah." Ucap Jeni sendu,"Penghianatan."
"Hah! Apa kubilang?" Kesal Lia mengambil es teh nya lalu menyeruput.
"Keperawanan ku."
"Apa?" Kaget Lia tersedak, ia terlihat begitu kesakitan karena air yang masuk hingga ke kerongkongannya."UHUK, UHUK.. Dia ambil kemurnianmu juga? Bangsat memang!"
Dengan geram Lia memukul meja didepannya hingga estehnya menyiprat dari dalam gelas. Wajah Jeni berubah sedih, ia menggeleng pelan.
"Lalu?"
Jeni pun menjelaskan awal mula ia melihat Verel dan Yovie yang saling menggoda, mengejeknya di belakang dan melihat mereka begitu mesra sampai masuk kedalam kamar hotel. Hingga Jeni mabuk-mabukan dan melakukan cinta satu malam dengan seorang Gigolo.
"Kau sudah tidak waras, kenapa mesti mabuk-mabukan sih? Kenapa tidak memanggilku saja? Bodoh sekali." Lia sangat kesal dan menyayangkan perbuatan sahabatnya yang tidak mengingat dirinya sama sekali sebagai sahabat. Jika ada Lia mungkin keperawanan Jeni masih bisa di pertahankan.
"Haahh, rasanya aku mau gila saja." Jeni memegangi kepalanya frustasi.
"Jangan! Dasar bodoh!" Lia mentoyor kepala Jeni saking kesalnya. "Karena sudah terjadi mau bagaimana lagi. Yang penting sekarang ambil kembali mobilmu."
"Lalu kita rencanakan pembalas dendaman." Ucap Lia menepuk bahu Jeni."Masalah uangmu, relakan saja, dia tak akan punya uang untuk mengembalikannya padamu."
"Tidak bisa, dia harus membayar semua." Ucap Jeni bertekat.
Sore harinya, Jenin tertegun melihat Verel sudah berada di depan kantornya. Bersandar pada pintu mobil yang tertutup.
"Kenapa telponku tak pernah kamu angkat?" Hardik Verel begitu Jeni sudah berada didepannya.
"Aku sibuk. Hari ini sedang banyak pekerjaan." Tukas Jeni dengan nada kesal.
"Masuklah." Verel membukakan pintu untuk Jeni, gadis itu menurut saja. Dalam perjalanan, Verel kembali mempermasalahkan tentang Jeni yang tidak membalas pesan dan panggilannya.
"Aku kan udah bilang sibuk. Ini juga belum ada satu hari."
"Seenggaknya kan kamu bisa bilang, apa sih susahnya balas sebentar." Verel sudah memasang tampang kesal. "Aku sangat butuh uang itu."
"Oh ya?" Jeni berucap dengan malas.
'kenapa sikap Jeni menjadi begitu acuh kepadaku? Tidak seeprti dia yang biasanya manja dan menurut setiap kali aku minta uang. Kali ini seret sekali.' pikir Verel bermonolog sambil melirik kecil pada Jeni.
"Kita mau makan dimana?"
"Aku nggak punya uang. Langsung pulang aja." Potong Jeni memejamkan matanya.
"Ya udah, aku yang traktir." Putus Verel merasa mood Jeni sedang tidak baik, jadi ia pikir keluar uang dulu untuk Jeni tak masalah, mana tau setelah mood Jeni membaik dia bisa porotin gadis itu lagi.
"Benarkah? Wah, baik sekali kamu." Dengan nada sindiran tanpa melirik sedikitpun pada Verel.
"Yeah, cowokmu ini kan memang baik." Verel tersenyum girang. Sepertinya berhasil juga, sedikit merayu Jeni ia sudah dipuji.
"Ooh, iya. Mumpung kamu lagi baik, nanti aku antar kamu ke rumahmu, besok aku harus keluar kota dan memerlukan kendaraan. Jadi mobil aku bawa."
"APA?"
Bersambung...
Kira-kira apa reaksi Verel pas tau mobilnya akan ditarik balik oleh Jeni?
🤔🤔
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
nick mj
jempol Lia
2022-10-07
0
Simply Yunita
jeni yang malang
2022-09-24
0
Noveler
👣👣👣👣👣👣
2022-09-17
0