Jeni membuka matanya, tubuh gadis itu serasa remuk semua, dia bergeliat di atas ranjang merenggangkan tangannya.
"Uuuggg.... Tubuhku sakit, remuk. Rasanya aku akan mati saja. Apa yang terjadi?" batin gadis itu.
Karena mabuk dia bahkan tidak sadar dengan apa yang dia lakukan semalaman dengan pria asing yang baru pertama kali dia temui. Tangannya menyenggol tubuh Suga, merasa ada yang tak beres dengan yang ia senggol, Jeni menoleh. Netranya membola, melihat Suga terbaring disisnya, bertelanjang dada pulak.
"Anj***!" Umpatnya sepontan bangun terduduk. Selimut yang semula menutupi tubuhnya tersibak dan melorot. Mulut Jeni ternganga, melihat tubuhnya juga tanpa busana.
"Oh My God!" Gegas Jeni menutupi tubuhnya dengan selimut. Jeni segera turun dari ranjang tempatnya terbaring, tapi kakinya lemas, hingga dia terperosot jatuh dilantai.
"Aaaahhh... Sial! Apa yang terjadi?" gumamnya, tanpa sengaja melihat tubuh polos Suga yang atletis diatas ranjang karena selimut sudah ia tarik untuk menutupi tubuhnya. Jeni mengernyit geli.
"Waaaa....." Jeni memalingkan wajahnya ke samping sambil menutup matanya. Begidik membayangkan sudah melakukan hal yang iya-iya dengan pria tampan yang terbaring disana.
"Siapa bajingan ini?"
Jeni mengintip dari sudut matanya yang sedikit terbuka pada pria yang tidur pulas diatas ranjang.
"Sialan. Bagian sensitif ku sakit sekali." Umpatnya lagi.
Jeni mencoba mengingat-ingat lagi. Sekelebat bayangan dia dan pria asing disampingnya yang tengah bercinta. Dan dia yang terus bergoyang diatas tubuh pria itu membuatnya kembali mengernyit geli.
Jeni kembali teringat dengan permainan semalam, entah kenapa dia begitu bersemangat ditambah permaian pria tampan yang tak ia kenal begitu hebat. Membuatnya beberapa kali bergetar dan mencapai puncaknya. Jeni menutup matanya dan menggeleng. Malu sekaligus jijik.
"Shitt!" Umpat Jeni membuka matanya lagi."Apa yang sudah kulakukan? Bagaimana bisa aku melakukannya dengan pria asing seperti ini?" Lanjutnya meruntuki dirinya sendiri.
Jeni memandang pria yang tertidur pulas itu.
"Sial! Bagaimana kalau dia penipu yang akan memerasku nanti. Sial! Dimana aku mendapatkannya?"
"Ini semua gara-gara penghianat laknut itu. Aku harus membalas mereka."
Jeni terus mengumpat-umpat kesal. Ia lalu tersadar dengan sendirinya, ia tidak boleh berlama-lama disana, sebelum pria itu bangun dan semakin merugikannya.
"Aku harus segera pergi dari sini." Gumamnya bergegas memakai pakaiannya tanpa membersihkan diri lebih dulu. Ia mengambil tas bahunya, merogoh ke dalam, mengambil beberapa lembar uang merah dan meletakkannya di bantal samping pria itu tidur.
"Aku rasa ini cukup untuk mu." Ujar Jeni dengan memfoto pria yang terlelap dan uang yang baru saja dia letakkan itu. "Yah, ini cukup jadi bukti kalau-kalau dia mencoba memerasku nanti." Jeni tersenyum kecil dan memasukkan hpnya ke dalam tas." Jangan meminta lebih karena aku tak punya uang."
Jeni memastikan tak ada lagi barangnya yang tertinggal. Jeni berjingkat keluar dari suite room itu tanpa menoleh lagi.
Jeni bersandar pada tembok di lorong hotel, mengatur nafasnya begitu ia sudah jauh dari kamar dimana dia keluar tadi. Jeni mengernyit, menahan rasa perih di bagian sensitif nya. Jeni merasa sesak di dada teringat kembali dengan penghianatan yang Verel lakukan. Apalagi ia juga dihianati oleh sahabatnya sendiri. Hingga ia berakhir seperti ini. Mabuk-mabukan dan berhubungan badan dengan pria asing.
Jeni berjalan dengan berpegangan pada tembok. Mencoba nguatkan hati dan tubuhnya. Di ujung jalan, Jeni melihat sepasang pria dan wanita yang berjalan dengan begitu mesra. Jeni tertawa kecut. Dia segera menyembunyikan diri dibalik tembok tak jauh dari sana. Menelan ludahnya lagi dengan sangat susah.
"Kenapa aku bisa sesial ini."
Sepasang laknut itu adalah kekasihnya Verel dan Yovie sahabatnya.
"Verel sayang, aku ingin tas her*** yang kemarin di pajang di toko depan itu." Rengek Yovie manja.
"Santai aja nanti aku beliin." Verel menyentil pipi Yovie sambil mengerling nakal.
"Yang bener?"
"Iya dong, apa sih yang enggak buat kamu?"
"Tapi saldomu kan habis semalam buat bayar nginap di hotel ini." Yovie memasang wajah masam.
"Tenang, kan ada si JJ. Dia pasti ngasih kalau aku minta." Verel mengendikkan alisnya.
"Hihihi... Iya ya, JJB." Yovie menyetujui.
"Apa JJB?" Verel menautkan alisnya.
"Jeni Jelek Bodoh." Cengir Yovie.
"Ha-ha-ha...." Keduanya tertawaa bersama,
Jeni menggeretak kan giginya marah tapi tetap membiarkan mereka melewati nya begitu saja karena selain memang tidak melihat Jeni, juga karena Jeni ingin membalas kedua penghianat yang menertawainya itu. Kedua penghianat dalam hidup Jeni itu tertawa-tawa dan saling bergelayut manja. Jeni mengepalkan tangannya dengan tekat membara.
"Akan kubuat kalian menderita karena sudah membuatku begini." Gumam Jeni dengan mata berkilat marah.
_____
Sementara itu, Suga mulai membuka matanya saat cahaya matahari menyusup melalui celah jendela yang sedikit terbuka mengenai wajahnya. Suga mengerjap, memindai suit room dimana dia terbangun. Ia teringat, semalam telah melewati percintaan yang indah dan begitu menggairahkan selama hidupnya.
Suga mengulas senyum diwajah tampannya.
Tangannya meraba ruang kosong disampingnya. Senyumnya perlahan menyusut, dia menoleh kesisi kanan. Mencari-cari wanita yang sudah membuatnya tergugah dan membuatnya dengan suka rela menyerahkan tubuhnya pada wanita yang baru saja ia temui untuk pertama kalinya setelah sekian lama.
Suga mengangkat tubuhnya dan bertumpu pada lengannya. Melihat beberapa lembar uang merah di bantal dia tertawa kesal. Ia dibayar untuk satu malam yang hebat itu membuat harga dirinya terluka.
"Brengsek! Apa dia pikir aku ini gigolo?" Gumamnya meremas uang merah itu.
Suga tertawa lagi, tawa jengkel sekaligus pahit. Dia benar-benar terluka dibayar dengan uang merah oleh gadis yang pergi begitu saja setelah percintaan mereka semalam. Tak seperti wanita kebanyakan yang pernah ia tiduri. Yang bersedia dengan suka rela merangkak ke ranjangnya hanya untuk merasakan satu malam bersamanya.
Suga membersihkan dirinya di kamar mandi sekaligus meredam amarahnya di bawah guyuran air shower. Ia keluar begitu sudah cukup berkurang rasa kesalnya. Dengan berbalut handuk di pinggangnya dan handuk kecil di bahunya.
Suga melihat lagi lima lembar uang merah yang masih ada diatas ranjang. Darahnya kembali berdesir kesal, ia menendang ranjang didepannya.
"Sialan! Dia membayar ku dengan uang receh!" Umpatnya dengan wajah merah saking marah nya.
Tak berapa lama, asistennya masuk dan menunduk hormat pada nya.
"Tuan Suga."
Suga menunjuk uang lima ratus ribu di atas ranjang bercover putih itu.
"Kau lihat? Aku dibayar dengan recehan."
Asistennya Kenzo melirik uang merah yang bosnya tunjuk, lalu tersenyum geli. Bagaimana tidak, Seorang Suga dibayar untuk satu malam yang panas oleh gadis biasa senilai lima ratus ribu. Benar-benar sejarah.
"Kau menertawakan ku?"
Dengan jengkel Suga menendang paha Kenzo. Asistennya itu mencoba menghindar.
"UPS... Maaf tuan." Kenzo menahan tawanya dengan mengepalkan tangan di depan mulutnya sambil berdehem. Tentu itu membuat Suga semakin jengkel.
"Cari wanita menyebalkan itu." Titah Suga menggeretak kan gigi hingga tampak deretan putih yang begitu rapi."Aku harus membuat perhitungan dengannya."
"Baik." Tunduk Kenzo masih dengan sedikit kekehan.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
ahyuun.e
ekekeke ngakak bacanya
2024-08-29
0
amanda yarohma
bakal seru nih kayaknya
2023-02-09
0
nick mj
😂😂😂😂😂😂😂
2022-10-07
0