Verel bernafas lega, ternyata nomor dari Yovie.
"Bikin jantungan aja." Gumam Verel sambil melihat pesan yang wanita selingkuhannya itu kirim. Matanya membelalak melihat tulisan yang terpampang di layar datar miliknya.
(Sayang, gimana kabar tas yang aku mau? Apa udah kelihatan hilalnya? Udah nggak sabar nih.)
"Sialan! Cewek mata duwitan. Malah nanyain tas lagi. Mobil aja lepas. Sialan! Kalau bukan karena goyangannya yang menggemparkan jagad pusatku sudah kutendang dia." Gumam Verel kesal membaca pesan singkat dari Yovie.
"Hmm.. Sekarang gimana?" Verel memijit-mijit pelipisnya yang terasa pusing."kalau nggak aku kasih nggak dapat jatah. Kalau aku kasih, aku nggak punya uang. Sayang juga sih kalau mau kasih uangku sendiri sama dia."
_____
Disisi lain, Jeni yang sudah mengendarai mobilnya sendiri membawa mobil itu ke sebuah tempat cuci mobil.
"Tolong ya mas. Semua. Sampai dalam-dalamnya jangan sampai luput."
"Siap neng."
Jeni duduk bersandar pada pungungan kursi kayu panjang yang disediakan tempat cuci mobil. Ia mengedarkan pandangannya, teringat lagi akan penghianatan Verel dengan sahabatnya sendiri, membuat hatinya terus berdenyut sakit. Ia meremas dadanya, dimana hatinya terletak.
Berharap sesak disana berangsur menghilang. Jeni menegakkan punggungnya , mendongak menatap langit malam di atas yang bertabur bintang. Menahan agar air matanya tak jatuh.
"Tak ada waktu untuk bersedih Jen, ayo bangkit dan balas para penghianat dan parasit itu." Gumam Jeni menepuk bahunya sendiri memberi semangat.
"Jangan sia-sia kan air matamu yang berharga untuk mereka yang menghianatimu. Semangat Jeni!"
"HAAAAHHHHH..,."
Jeni berseru dengan mengangkat kedua tangannya keatas. Melakukan hal yang menurutnya bisa membangkitkan energi positif di dalam diri.
Terdengar suara kekehan kecil, Jeni melihat kedepan, mas-mas tukang cuci mobil menutup mulutnya agar suara tawanya tak terdengar oleh Jeni.
Wajah Jeni merona. Malu bukan main, ia segera menurunkan tangannya dan berdehem kecil.
"Malunya." Bergumam.
"Udah selesai mbak." Mas-mas itu mengulurkan kunci mobil Jeni masih dengan wajah geli menahan tawa.
"EHEM, makasih mas."
Jeni bangun dari duduknya, dan berjalan dengan sok anggun karena masih tertimpa rasa malu.
"Mbak," panggil mas-mas itu, Jeni menoleh,"ini tertinggal di mobil."
Mas mas itu menunjukkan ****** bekas yang dia jepit dengan kedua jarinya pada Jeni. Tentu membuat Jeni semakin memerah mukanya.
'sialan!' batin Jeni geram.
"Buang aja." Kata Jeni berbalik sok cuek. Ia mendengar suara kekehan dibelakang punggung nya.
"Mas-mas sialan." Gumamnya geram.
Setelah membayar jasa cuci di kasir, Jeni membawa mobil nya yang telah bersih keluar dari tempat cuci mobil itu, ia sempat melihat mas-mas yang tadi meledeknya, tersenyum ramah dengan kanebo ditangannya. Jeni membuang nafasnya, "benar-benar sial."
"Aku harus segera menyingkirkan benalu itu agar kesialanku berkurang."
______
Jeni merebahkan diri di ranjang kamar kosan Lia. Ia menatap langit kamar itu. Lia yang baru selesai mandi mengusap kepalanya dengan handuk melihat temannya yang tampak malas-malasan dan tak bergairah itu melempar handuk basah yang dia pakai untuk mengeringkan rambutnya.
"Bangun!"
Dengan malas Jeni menyingkirkan handuk yang jatuh di mukanya. Ia melirik Lia dengan mata yang berair dan sedih.
"Haaaiisssshhh... Sudah, jangan berwajah begitu. Bangun! Mandi biar seger."
"Lia, aku nggak mau mandi." Rengek Jeni dengan mata memelas.
"Ya udah bangun aja kalau begitu. Mau minum-minum di atas nggak?"
Jeni mengangguk dengan wajah yang masih memelas.
Kedua wanita yang bersahabat dan saling terikat itu duduk berdua diatas atap beton yang menaungi kosan tempat Lia tinggal. Dengan beralaskan tikar piknik yang adem, keduanya menatap hamparan lampu kota dan taburan bintang di langit yang pekat.
Dengan beberapa bungkus camilan keripik kentang dan tempe, juga sekaleng minuman bersoda. Lia mengangkat kaleng soda berwarna hijau itu, yang disambut Tos dari kaleng berwarna merah milik Jeni. Keduanya menenggak kaleng itu bersamaan.
"Apa rencanamu selanjutnya?" Tanya Lia membuka obrolan diantara mereka berdua.
"Kau sudah dapatkan balik mobilmu kan?"
"Hemm.. aku beralasan akan keluar kota."
"Lalu?"
"Aku akan keluar kota."
"Kapan? Bagaimana dengan pekerjaanmu disini?"
"Tadi pak Fahri memanggilku ke ruangannya." Jeni menghela nafas beratnya,"Beliau memintaku untuk ikut training di kota pulau sebrang."
"Iya juga kamu kan yang pegang projek baru itu ya?"
"UMM...."
"Berapa lama training di sana?"
"Cuma seminggu sih."
"Ya udah, kamu gunakan kesempatan ini." Lia mengunyah keripik tempe yang baru saja dia ambil dari bungkusnya.
"O iya, aku dengar di kantor pusat ada seleksi internal. Coba masukin yuk, biar kita bisa pindah kesana. Pindah kos dan kamu juga lupakan Verel, setelah kamu membalas perbuatan mereka nanti. Bagaimana?"
Jeni tak menjawab, ia hanya tersenyum datar dan mengangkat minuman kaleng nya, yang tentu saja disambut Tos dari kaleng Lia.
_____
Pagi itu Jeni membawa mobilnya ke sebuah showroom jual beli mobil. Ia sudah bertekat untuk menjual mobilnya sebelum ia berangkat training Keluar kota. Setelah ia mendapatkan kesepatannya, Jeni menyimpan uang pembayaran dan langsung bertolak ke kota sebrang. Ia traning dengan teman kantor yang berada dalam satu projek dengannya.
Hari itu bergulir dengan cepat, Jeni yang lelah dan akan beristirahat di hotel tempat orang project baru menginap sementara. Ia berjalan dengan beberapa rekan kerjanya. Seorang pria bertubuh proporsional menyapa dengan ramah.
"Selamat malam ibu Jeni Putri Barata."
"Iya?" Jeni menghentikan langkahnya memindai pria tampan yang memotong jalannya. Jeni sedikit curiga dengannya. Seorang rekan kerjanya sebut saja Nayla, menyenggol lengan Jeni menggoda.
"Siapa dia? Ganteng Banget." Bisik Nay dengan mata berbinar penuh minat. Jeni tak begitu memperdulikannya. Ia justru merasa curiga pada orang yang memotong jalannya.
"Ada perlu apa denganku?"
"Tuan saya ingin bertemu dengan anda."
"Okey." Jawab Jeni dengan ragu, "Dimana dia?"
"Ikutlah dengan saya."
Jeni tertawa geli, mengikuti pria yang tak dikenal sementara ia tak tau apa yang direncanakannya. Adalah tindakan bodoh dan sembrono.
"Ah, bagaimana ya? Aku sebenarnya sedikit sibuk, jadwalku cukup padat. Aku tidak punya waktu untuk bertemu dengan orang asing. Jika dia mau suruh saja dia kemari menemui ku bukan sebaliknya." Jeni tersenyum manis dengan dipaksakan. "Dengan begitu aku bisa mempertimbangkan untuk mau bertemu atau tidak."
Lalu Jeni berjalan melewati pria itu dengan wajah datar, Nayla mengumbar senyum kecil pada pria asing itu sambil mengikuti langkah Jeni akan tetapi pandangan matanya seolah enggan untuk berpaling hingga sampai menoleh.
Nayla baru meluruskan pandangannya saat sudah agak jauh dan sedikit tersandung karena matanya Meleng. Jeni membuka pintu kamarnya di ikuti Nayla yang masih penasaran, menutup pintu kamar mereka berduanya dengan hati yang masih penasaran pada pria asing yang menghadangnya lagi.
"Jen, kenapa kamu nggak ikut saja?" Nayla menunjuk kearah pintu dimana mereka meninggalkan begitu saja pria tampan itu.
_____
Bersambung...
Kira-kira, Jeni bakal tergoda nggak ya buat ketemu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
nick mj
Suruhan Suga tu mah
2022-10-07
0
Simply Yunita
tergoda lah... kalau enggak gak jadi cerita dong 😅😅😅
2022-09-24
0
A_wulandary⚞ል☈⚟
ketemu LG kah sama Suga...
2022-09-13
0