Jendela kamar dibiarkan terbuka. Angin dingin menjelang pukul delapan malam bebas berhembusan masuk. Menerpa gerak sebagian korden jendela. Dan mungkin akan membekukan seisih ruangan jika ditambah dengan adanya fasilitas pendingin ruangan di setiap ruangan.
Di atas ranjang tempat tidurnya, Hailey duduk memeluk lipat kedua kakinya. Menyembunyikan wajahnya di atas lutut.
Dari balik juntaian rambut yang juga menutupi wajahnya, Hailey, menangis terseduh-seduh.
Hailey belum juga tergerak untuk sarapan malam. Biasanya sebelum jarum pendek menunjukan pukul tujuh malam dirinya akan tergerak. Itu bukan karena Hailey masih amatir dalam hal memasak atau yang lainnya. Hanya saja... rasa lapar seakan lenyap tak terasakan. Semangat juga hampir tidak ada.
Ketika kejadian tak meenakan yang tidak terduga... terjadi pada hari itu.
Terasa berbeda dan Hampa tanpa keberadaan seseorang yang paling disayanginya.
Pergi dengan seorang Ibunya, dan pulang dengan tanpanya. Dalam perjalanan kembali kerumah pun Hailey sempat hilang fokus, oleng, dan hampir saja celaka ketika mengendarai mobil milik Ibunya dengan hanya seorang diri.
Hanya bersama dengan sebuah kamera foto di samping kursi pengemudi yang menemaninya pulang.
[Ponsel bergetar] Hailey terpancing. Mendongak perlahan_ matanya terlihat memerah. Bukan karena sihirnya. Itu hanya efek dari tangisannya.
Meraih dan mengangkat ponselnya yang berada tergeletak di atas kasur bersamanya, tangannya samar bergemetar khawatir dan takut.
Menerima panggilan, "Hail. Hailey! Bagaimana kedaanmu?" tanya Caesy berusaha memastikan keadaan Hailey, dan terutama dengan kondisi Ibunya. Walaupun tahu sedang dalam keadaan se-broken apa hati Hailey sekarang.
"Hi, Caesy! Aku baik," Mengusap-usap air mata di pipinya, "Maaf aku belum memberi kabar," jawab Hailey berusaha berbicara jelas dari balik suaranya yang sumbang dan hampir hilang karena tangisan.
"Tak apa. Jadi bagaimana keadaan Ibumu?" Lagi tanyanya. Membuat Hailey berusaha kembali mengingat apa yang dikatakan perawat di rumah sakit siang tadi.
Ibunya belum kunjung kembali tersadar. Ibunya ternyata mengalami koma. Perawat rumah sakit disana mengatakan kepada Hailey, kalau ada bekas luka seperti memar pada kepala belakang Ibunya yang mengefek benar-benar buruk pada kesehatannya.
Pihak rumah sakit tidak mengetahui itu bekas luka apa. Hailey juga mengatakan kalau dirinya sama sekali tidak tahu mengenai luka itu.
Namun sebenarnya...Hailey tidak mengatakan yang sejujurnya. Dirinya tidak ingin seisih rumah sakit tahu mengenai kekuatan sihirnya. Tidak mau memberitahukan yang sebenarnya, kalau itu adalah salah satu bekas luka benturan karena penyebab dari hempasan kekuatan sihirnya.
Tapi Hailey tidak menduga kalau efeknya akan sampai seperti itu.
Sampai di ketahui juga kemudian, kalau Ibunya ternyata mempunyai riwayat lima kali pergi ke satu rumah sakit lainnya dalam dua minggu terakhir ini. Terbukti dari lembaran kertas bekas pemeriksaan yang ada tepat dihadapannya_ terselip di bawah buku yang berada di atas dashboard mobil ketika setibanya Hailey kembali ke rumah mengendarai mobil milik Ibunya.
Mengetahui itu... Hailey terkejut. Jauh sebelumnya, Ibunya sama sekali tidak pernah memberitahukan sedikitpun mengenai surat pemeriksaan itu.
Apa yang baru saja diketahui oleh Hailey.
Sepertinya Ibunya menutupi itu dari Hailey. Entah kenapa dia tidak menceritakan itu kepadannya.
Selama ini Hailey tidak memasang kecurigaan sama sekali kepada Ibunya. Karena dilihat dan dirasannya, kalau Ibunya selalu dalam kondisi yang baik-baik saja. Sehat seperti biasannya.
"Kamu di sana sekarang sendirian. Mau aku temani? Jika kamu mau, aku akan menginap sekarang di rumahmu sampai Ibumu pulih dan pulang. Aku yakin keluargaku tidak akan keberatan mengizinkanku tinggal di rumahmu bahkan untuk waktu yang begitu lama," ucap Caesy menawarkan kehangatan untuk Hailey di tengah-tengah kondisi broken-nya. Menghiburnya. Berusaha membuat Hailey tetap tenang.
Samar menggeleng," Tidak. Tidak usah, Caesy. Aku akan baik-baik saja.
"Kamu yakin?" Caesy meyakinkan. "Ya, jawab lagi si Hailey yakin.
"... Oke. Tapi tetaplah terhubung denganku. Jika ada sesuatu kabari aku selalu oke?! Telepon... atau setidaknya kirim aku sedikit pesan ketik agar aku tahu bahwa kamu baik-baik saja disana."
Tersenyum kecil dari balik panggilan, "Pasti," jawab Hailey, meyakinkan Caesy untuk tidak perlu terlalu mengkhawatirkan dirinya.
"Baiklah. Jangan berpikir yang tidak-tidak oke?! Dah, Hailey!"
"Dah juga!" Balas Hailey sebelum sambungan panggilan telepon langsung terputus.
Caesy benar-benar peduli padanya. Akan selalu ada untuk menemani Hailey dalam keadaan apapun. Rela mengrobankan semua waktu-waktu yang dimilikinya hanya untuk demi Hailey, sahabatnya, yang bahkan bukan satu darah dengannya. Walaupun Caesy suka malas mengerjakan tugas dan kadang juga egois_ tapi setidaknya dia tidak seperti salah seorang pria yang paling akrab dengan Hailey.
"Dulu!"
Yang hanya bisa mengucapkan janji manis ala pangeran kerajaan tampan di mulutnya, tapi malah dengan begitu mudahnya menyingkir darinya hanya karena ketika mengetahui ada kekuatan aneh di dalam diri Hailey yang bahkan sedikitpun tidak menggores kulit putih kecokelatannya.
Koneksi mereka berdua hanya bertahan dalam kurung waktu tiga bulan lamanya.
Dasar si rambut pirang! Hailey sungguh membencinya. Apa semua pria akan sama saja?!
Lupakan saja tentang pria itu!
Kembali menaruh ponselnya di atas kasur... Hailey mengusap-ngusap wajah dan juntaian rambutnya yang berantakan.
Memeluk lebih erat kedua kaki yang ditekukkan ke dadanya.
Sebelum kemudian Hailey beranjak dari ranjangnya, dan melangkah ke jendela kamarnya. Ingin menutupnya. Bukan hanya udara yang terasa semakin dingin_ semakin malam, akan ada lebih banyak lagi para vampire yang berdatangan mencari celah terbuka.
Lagipula tidak ada yang bisa dilakukannya lagi sekarang, selain berbaring di atas ranjang tidur dan menyembunyikan tubuhnya di balik selimut pink, bertulisan "Barbie" di sana sini miliknya. Sebenarnya... Hailey sama sekali tidak berkeinginan membeli apapun yang berhubungan dengan kisah gadis dengan dunianya yang tidak akan jauh dari warna merah muda. Selimut itu adalah hadiah pemberian anak tertua dari saudari Ibu Hailey, saat di umur Hailey yang baru menginjak tujuh tahun.
Atau bisa dibilang mereka adalah sepupu.
Mereka berdua tidak terlalu akrab. Hanya sekedar kenalan. Lagi pula Hailey dan dia jarang sekali bertemu secara tatap muka. Dan setahu Hailey dia masih berada di satu kota yang sama dengannya yaitu Kansas. Tapi keberadaan pastinya sekarang tidak tahu. Ibu Hailey juga tidak pernah membahasnya lagi seakan berusaha menyembunyikan sesuatu dari diri Hailey. Yang pasti... mungkin saat ini dia sudah melupakan seperti apa tampang wajah Hailey yang dilihatnya terakhir kali. Karena ditambah tidak pernah ada kabar lagi darinya.
Namanya pun juga sudah tidak teringat oleh Hailey lagi. Mungkin samar-samar.
Setidaknya Masih ada hubungan darah.
Jadi gunakan saja. Apapun pemberiannya_ Hailey menghargai. Setidaknya tidak dan tidak akan ada sekotak kiriman misterius yang berisi sebuah boneka gadis kecil berpakaian gaun keputihan, yang nantinya akan berujung meneror seisih rumah.
Sedikit memiring dongakan kepalannya, "... ," Hailey menyipitkan sepasang matanya di dekat ambang jendela. Belum sepenuhnya tangan Hailey menutup dua jendela terakhir kamar attic-nya, dirinya tanpa sengaja melihat sesuatu di luar sana.
Hailey terinterupsi.
Sejenak pandangannya terus terpaku pada... tunggu dulu! apa itu pesawat kertas?!
Ya! Hailey cukup yakin kalau itu adalah sebuah pesawat kertas.
Dari arah kejauhan di langit-langit, pesawat kertas itu melesat cepat mengarah tepat kearah Hailey yang masih terpaku di dekat ambang jendela.
Semakin dekat, "Apa yang...," Hailey sontak langsung sigap menyingkir dari sana. Pesawat kertas melesat masuk melalui jendela kamarnya.
Di dalam kamarnya, Hailey menepikan punggungnya ke dinding_ terus memperhatikan kemana pesawat kertas itu dengan cepatnya terus memutar-mutari seisih ruang kamarnya.
Terus seperti itu. Sepertinya tidak akan berhenti sampai Hailey sendiri yang harus mendapatkannya. Jadi yasudah!
Menebak kemana sebuah pesawat kertas di sana akan terbang mengarah, Hailey, dengan sigap menjulurkan tajam tangan kanannya. Butuh beberapa kali coba dan akhirnya berhasil. Sihirnya menyelimuti. Pesawatnya berhasil ia hentikan. Perlahan dibawannya mendekat dengan sihirnya, dan diraih ambil dengan tangannya.
Sebelum dirinya memeriksa pesawat kertas yang entah bagaimana bisa terbang sendiri seperti itu dan entah dari mana, Hailey, lebih dulu menutup kedua jendela terakhir yang belum sempat ia tutup.
Dan pesawat kertasnya... tidak ditaruhnya lebih dulu dimanapun. Tapi Hailey menjepit dengan bibirnya, ditengah-tengah kedua tangannya yang sedang sibuk meraih tutup jendela dari luar sana. Berjaga-jaga agar tidak lagi kembali terbang kesana kemari yang hanya akan kembali merepotkannya.
"Hah?!..., " Duduk berjuntai di atas ranjang kasurnya, Hailey membolak-balikan sebuah pesawat kertas yang dipegangnya. Merasa tidak asing.
Setelah membuka setiap lipatannya, "Ini kan... ," Hailey terkejut sekaligus juga heran. Bagaimana tidak! Itu adalah selembar kertas tagihan listrik. Lembaran yang sama, seperti yang sudah dibuatkannya menjadi sebuah pesawat terbang saat masih di tengah perjalanan bersama ibunya sebelumnya_ yang seharusnya sudah terhempas jauh dan lenyap keentah kemana bersama lembaran-lembaran yang lainnya.
Tapi kenyataan yang terjadi pesawat kertas itu sekarang kembali padanya. Seakan baru saja kembali dari suatu peperangan, dan terbang mendarat kembali ke pangkalannya dengan selamat. Setelah dianggap gugur dalam bertugas.
Mukjizat itu nyata!
Tapi itu membuatnya bertanya-tanya. Bagaimana bisa pesawat kertas itu dapat terbang kembali dengan sendirinya?! Dan hanya itu yang membuatnya bingung. Tidak ada hal lain yang menarik perhatiannya. Tidak ada yang aneh_ terlihat selembar kertas yang sama seperti yang pernah dilihatnya saat di mobil.
Sampai... "SHIIIRRRRRSS!" Kertas yang dipegangnya perlahan berubah_ seperti kertas yang terbakar tapi berubah menjadi yang lain. Membuat nafas Hailey tersengal. Sedikit tersentak karena kejut melihatnya.
Suaranya terus berdesir. Sampai pada akhirnya mengubah selembar kertas yang di pegangnya, menjadi sebuah lembaran kertas kulit hewan kecoklatan dengan pita merah di ujung kanan atas lembarannya.
Terlihat seperti lembar undangan.
Kenyataannya memang benar. Ya! Itu adalah pesan undangan yang ditujukan untuk Hailey sendiri.
Surat undangan dengan kalimatnya yang berisi:
…
"Untuk, Barbara Hailey!"
Maaf jika surat ini datang di waktu yang tidak tepat. Tapi tidak ada waktu untuk itu. Karena dengan hormat, kami secara khusus mengundangmu untuk menghadiri tempat kami.
Untuk menghadiri "Akademi para penyihir."
Akan ada lebih banyak yang sepertimu lagi di sana. Begitu juga dengan kami para "Master" akademi, yang juga akan menjawab semua pertanyaan yang masih belum diketahui kalian hingga sekarang_ yang suka atau tidaknya, kalian resmi menjadi para penyihir muda yang memegang sihir para pendahulu.
Kamu akan ditempatkan di sana dalam waktu yang cukup lama. Bersiaplah, dan berkemaslah secepatnya.
*Tidak perlu untuk khawatir! Ketika dirimu siap, surat ini akan me**mandumu* ke sana.
"Kami menunggumu, Barbara Hailey!"
…
Akademi para penyihir?! Hmmm... menarik, sekaligus juga mengerikan. Pasti akan ada duel untuk uji seberapa besar kemampuan sihir. Tebak Hailey. Karena itulah yang disebut sebagai akademi. Berharap saja tidak ada korban jiwa terenggut dalam kegiatan akademi di sana.
Tapi apa Hailey harus menerima undangan misterius itu?! Dan memutuskan akan pergi ke tempat yang entah seberapa mengerikan terlihat?! Mungkin ya, mungkin tidak.
Dirinya hanya belum siap. Tidak di malam itu pastinya. Juga berat sebenarnya untuk meninggalkan orang-orang yang di sayanginya. Seperti sahabatnya, Caesy, dan juga terutama Ibunya yang sedang dalam keadaan koma di rumah sakit_ yang sebenarnya tidak mau untuk ditinggalkannya sendiri dalam kondisinya yang seperti itu.
Ini kejam! Sempat pikir si Hailey merenung berat keputusan. Tidak bisa dibenarkan dan tidak berperasaan rasannya jika siapapun malah harus meninggalkan satu-satunya keluarga tersisa yang sedang koma ataupun sekarat... demi menghadiri undangan yang entah apa yang akan terjadi di sana kelak.
Tapi jika Hailey menolak undangan misterius itu... dirinya otomatis menyia-nyiakan kesempatan terbuka untuknya. Satu kesempatan emas. Akan menyia-nyiakan jawaban yang sangat ingin diketahuinya. Satu pertanyaan akan terus berlipat ganda dan akan menimbun kewarasannya, jika satu pertanyaan yang belum terjawab itu terus dibiarkan bersarang di dalam kepalanya.
Apa akan ada kesempatan lain yang serupa lagi nantinya?! Tidak selalu dan mungkin juga tidak. Mengingat sebaris kalimat bijak yang pernah diucapkan oleh sang kucing perkasa...
"Hal yang sama, tidak akan terjadi untuk yang kedua kalinya."
Sesaat terpaku memandang bingkai foto yang terletak berdiri di atas meja kamarnya, "Maafkan aku, Ibu," ucapnya lirih seakan berbicara langsung dengan Ibunya, walaupun itu hanyalah sebingkai foto yang menampilkan hasil satu jepretan kebersamaan Ibu dengannya_ ketika berada di karnaval satu tahun sebelumnya.
Hailey sepertinya sudah memutuskan. Walaupun berat rasanya.
"Aku harus mencari jawaban di sana," lagi ucapnya masih sambil duduk berjuntai di atas ranjang. Hailey, kemudian menaruh surat undangan tepat di depan bingkai foto yang di pandangannya tadi.
...----------------...
Pihak sekolah belum mengabarkan keputusannya. Dua hari setelahnya, Hailey masih bisa kembali masuk ke sekolahnya. Dapat mengikuti setiap aktifitas belajar mengajar seperti biasannya. Setidaknya begitu. Atau hanya tinggal tunggu saatnya ketika mereka akhirnya memutuskan keputusan yang akan membuat Hailey hanya bisa termenung dan pasrah.
Tapi karena surat undangan yang baru saja didapatkannya, Hailey sekarang tidak khawatir lagi dengan apa pertimbangan mereka. Karena sepertinya Hailey sendiri yang akan memutuskan keputusannya langsung pada mereka.
Dan hari itu mungkin akan menjadi hari terakhir bagi Hailey berada di sekolah.
Sebenarnya, tujuan utama dari hari keberangkatannya ke sekolah adalah bukan untuk mengikuti setiap pelajaran.
Tapi berpamitan.
"Caesy!" Menghampiri sahabatnya di kantin saat jam istirahat. Keberadaannya di sana membuat sebagian besar murid yang lain berusaha menjaga jarak darinya. Terus menatapnya. Mereka juga terdengar samar saling bergumam yang entah apa.
Terus melangkah_ Hailey cuek. Berusaha tidak mempedulikan mereka.
"Caesy, aku ingin memberitahukan sesuatu padamu sekarang," memelankan suaranya.
Tidak bisa bicara karena sedang penuh mengunyah makanan di dalam mulutnya_ Caesy, hanya respon menge-blink kan matanya beberapa kali dengan cepat kepada Hailey yang baru saja tiba di hadapannya. Dan Caesy langsung memberhentikan kunyahannya sejenak pas nya mendengar ucapan Hailey.
Hailey mengajak Caesy berbicara empat mata. Menjauh dari daerah kesibukan lalu-lalang para murid.
"Itu bagus! Aku senang kamu akhirnya mendapatkan petunjuk untuk jawabanmu. Aku berharap semua kerumitan ini dapat secepatnya berakhir, dan kita bisa kembali bersenang-senang seperti biasanya."
Sedikit menundukan pandangan," ....," Hailey melesu. Sejenak tidak merespon. Mencoba mengatakan sesuatu tapi berat hatinya.
Melihatnya begitu, "Ada apa?" Tanyanya penasaran. Caesy memastikan maksud dari ekspresi Hailey di hadapannya.
"Aku akan pergi Caesy," ungkap Hailey berusaha mengatakan yang sejujurnya. "Jawaban yang aku cari berada jauh di sana. Itu menarik dan membawaku menjauh dari orang-orang yang kukenal. Kusayangi. Itu berarti... kita mungkin tidak akan saling bertemu lagi untuk waktu yang lama. Mungkin beberapa tahun."
"Ouh," pandangan dan ekspresi wajah Caesy juga sontak ikut tertunduk lesu setelah mendengarnya. Tidak menduga itu.
"Maafkan aku, Caesy! Tapi... aku harus."
Kembali meluruskan pandangan, Caesy, menaruh tepuk tangannya di atas bahu Hailey. "Tidak perlu minta maaf. Tidak apa-apa Hailey! Aku memahaminya. Dan aku menerimanya," ucap Caesy tegar. Dan kemudian dipeluknya langsung si Hailey di sana.
"Aku tahu ini satu-satunya jalan," lagi dari Caesy.
Syukurlah. Sahabatnya dapat begitu memahaminya. Memahami keputusannya. Dan Caesy, merelakan Hailey pergi untuk mendapatkan jawaban yang sedang dicarinya.
Begitu juga dengan kepala sekolah Leawood Middle, bernama "Joseph Borton."
Kepala sekolah Borton mengizinkannya. Mengizinkan Hailey Keluar dan tidak lagi menjadi bagian dari komunitas sekolahnya. Setelah pembicaraannya dengan Caesy, si Hailey langsung menghadap kepala sekolahnya di kantor. Dihadapannya_ Hailey berbicara terus terang. Jujur menceritakan semua yang sudah dialaminya, dan juga yang akan ditempuhnya panjang nanti.
Hailey juga rela menyerahkan kembali pangkat ketua osisnya, dan membiarkan kepala sekolah Borton menunjuk seorang yang baru. Menggantikan Hailey yang sudah berjasa_ yang sudah menjadi salah seorang murid kepercayaan bagi sekolahnya.
Kepala sekolah Borton sangat berterimakasih padanya. Dan berat rasannya ketika harus menggantikannya. Tapi itu sudah menjadi keputusan Hailey. Keputusan mutlaknya. Lagi pula... sebagian para guru, juga kebanyakan murid yang lain merasa keberatan dan sudah tidak menginginkan keberadaan Hailey lagi_ sejak ketika Hailey ketahuan mempunyai kekuatan aneh yang tidak dipahami mereka.
"Yang ditakuti mereka!"
Masyarakat sekolah sudah berbicara. Sebagian banyak dari mereka sudah tidak menginginkan Hailey lagi di sana. Jadi, kepala sekolah Borton harus melepaskannya. Membiarkan Hailey mengambil arah jalan lain dan pemberhentiannya yang baru.
Keputusan Hailey untuk keluar dari program sekolah kemudian langsung diumumkan dan diketahui oleh yang lain. Seisih sekolah. Mungkin banyak yang hatinya bersorak-sorai, tapi ada juga sebagian dari mereka yang merasa kehilangan.
Terutama Caesy. Dan tak menunggu waktu lama lagi setelah itu, Hailey kembali mengenakan tasnya dan bergegas pulang untuk berkemas.
Sebelum itu, sebagian teman-teman dan para guru yang merasa kehilangan, saling bergiliran untuk memberikan pelukan perpisahan pada Hailey di lapangan aula basket sekolah.
Gilirannya, "Pelukan terakhir!" Lirih Caesy sebelum melepas kepergian. Mereka yang merasa bersedih saling menguatkan pelukan.
"Aku akan merindukanmu, Hailey!" Ucapnya lagi terakhir. Air mata mulai mengalir membasahi pipinya. Caesy tak lagi kuat membendungnya. "Kami akan merindukanmu!"
Setelah momen perpisahan yang menyayat hati, Hailey langsung meninggalkan gedung sekolah dan berjalan kembali menuju rumahnya yang berada tidak begitu jauh jaraknya.
Di rumahnya... Hailey mulai berkemas. Hanya membawa yang mungkin akan diperlukannya saat ditengah perjalanan_ maupun saat setibanya diri Hailey di sana nanti.
Itu termasuk semua sisa tabungannya. Berjaga-jaga jika nanti dirinya malah harus membayar sesuatu. Karena hampir tidak ada yang gratis. Mungkin memang tidak ada. Terutama biaya transportasi jarak jauh_ yang mungkin akan langsung menguras habis setengah dari jumlah uang yang dibawanya.
Dan surat itu... juga ikut dibawanya bersamanya.
Ketika Hailey menyentuh pegang lembar surat itu lagi, pada suratnya langsung menampilkan sesuatu yang sontak sedikit kembali menghentakan dirinya. Langkahnya terhenti sejenak. Melihat benar-benar fokus, tapi lebih mengedikan tubuhnya kebelakang untuk menjaga jarak wajahnya dari kertas yang dipegang bawanya_ yang mulai melakukan hal tidak bisa lagi. Hanya berjaga-jaga.
Kertasnya mengembun asap. Mungkin semacam asap sihir menyelimuti.
Bukan lagi menampilkan tulisan_ melainkan tampilan seperti beberapa potong video seperti dalam mesin proyektor vintage pada permukaan kertasnya.
Menampilkan suasana di suatu tempat lebih tepatnya. Mungkin itu petunjuk arah yang harus ditujunya. Sesuai dengan apa yang dikatakan dalam surat misterius itu.
Dan Hailey sepertinya mengenal tempat itu. Terlihat tidak asing baginya. Itu... sepertinya "Finnup Park, Garden City, kansas."
Ya! Hailey cukup yakin.
Hailey menyambung langkahnya. Bergegas.
Sebelum pergi semakin jauh... Hailey memutar badannya. Menghadap dan memandang sejenak rumahnya sendiri dari kejauhan.
Hailey menghela nafas siap. Menggulung kertas undangan yang dibawannya, dan kemudian dimasukannya ke dalam tas ransel miliknya yang juga biasa digunakannya saat di sekolah.
"Ibu... aku pergi," Lirihnya. Hailey pamit. Berharap Ibunya dapat segera sembuh, walapun dengan tanpa keberadaan diri Hailey yang biasa selalu dan seharusnya menemani.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments