Ibu Hailey melambatkan laju mobilnya. Dengan perlahannya, diparkirkannya tepat dibawah pohon rindang mempayungi di suatu taman yang tidak pernah di datanginya sebelumnya. Bahkan belum pernah dikenalinya. Tapi Hailey yang menyarankannya. Jadi pergilah mereka berdua ketempat itu. Ketempat yang dipandukan arah jalannya oleh Hailey.
Apapun tempat yang disarankan putrinya, Ibu Hailey yakin itu akan bagus untuk dijadikan tempat pengambilan gambar yang cantik. Jepretan gambar yang berharap akan bernilai cukup tinggi untuk dapat membelikan Hailey mobilnya sendiri ketika sudah tepat pada waktunya. Lagipula tabungannya masih jauh dikatakan cukup. Ibu Hailey tidak mau membelikan Hailey mobil rongsokan, hanya karena itu akan menjadi mobil pertamanya.
Itu hadiah. Hailey sama sekali tidak mengetahui rencana Ibunya. Walaupun akan jauh melewati tiba saatnya Hailey berulang tahun, tapi berharap itu akan menjadi "Surprise !" nantinya.
Harapnya begitu.
Ibu Hailey mematikan mesin mobilnya. Suara mesin mobil yang sejujurnya bagi diri Hailey sendiri cukup berisik membuat telinganya berdengung_ terasa seperti ada kawanan lebah yang bersarang di dalam telinganya.
Keluar dari mobil Ibunya, Hailey, mengorek-ngorek kedua telingannya karena itu. Dengungan lebah akan terus membekas sampai lima menit kedepan.
Keluar dari mobil tak lama setelah Hailey, "Tidak buruk!" Ibu Hailey mengkalungi kameranya. Menoleh-menoleh luasnya taman yang seratus persen asing baginya_ setelah kurang lebih satu jam lamanya momen membosankan seperti terapung tanpa arah di satu jalur aspal daerah Kansas yang tampak sepi.
Tidak banyak roda kendaraan yang menggesek panas aspal jalan di pagi itu.
Masih sesekali mengorek-ngorek telinganya, "Bagaimana kalau Ibu memulainya dari sana?!" Hailey menunjuk. Menunjuk pada air mancur taman yang berada di kejauhan.
Hailey sudah kesekian kalinya pergi ketaman itu bersama rombongan gadis sekelasnya. Jadi Hailey tahu persis dimana letak-letak spot yang indah disana. Saking indahnya, di taman itu anak-anak pasti akan merasa dirinya seperti hidup di dunia para peri. Hailey yang akan menginjak umur tujuh belas tahun pun merasakannya.
Jangan tanya!
Air mancur yang ditunjuk Hailey adalah air mancur harapan. Orang-orang yang berkunjung ketaman di sana selalu meluangkan waktunya untuk melempar koin-koin demi mengharapkan sesuatu yang mereka inginkan_ yang bahkan belum tentu terbukti dapat terwujud. Benar atau tidaknya... tapi mereka menyukai tradisi lempar koin kedalam air mancur taman yang berukuran cukup besar itu.
Beberapa orang pengunjung juga terlihat sedang berfoto dan melakukan tradisi lempar koin di sana. "Kalau begitu ayo!" Gegas Ibunya.
"Tunggu apa lagi!" Lagi gegasnya. Dan Hailey melangkah mengekor dari belakang_ menyusul Ibunya yang melangkah benar-benar cepat di depannya.
Menghentikan langkah tepat berada dekat di depan Air mancur harapan sana_ mereka berdua sejenak mendongak. Merasakan percikan-percikan air yang jatuh kewajah Hailey dan juga Ibunya. Rasanya dingin menyegarkan wajah. Ditambah lagi hembusan angin sejuk tanpa ada bau-bau daging busuk seperti saat mereka masih berada di sekitar rumah.
Airnya yang tertampung tampak bening. Tak ada yang terlihat selain ratusan atau bahkan sudah ribuan lebih koin-koin perak berkilauan yang terkumpul berada di dasar air mancur.
Berharap saja tidak ada orang yang iseng mengambil sekarung kepingan koin disana diam-diam, dan digunakannya untuk mengganti biaya bahan bakar perjalanan pulang pergi mereka dari taman itu. Mengingat tempat itu jauh dari perkotaan dan perumahan_ tempat rumah keluarga Hailey berada_ yang sudah pasti menguras cukup banyak bahan bakar kendaraan milik siapapun yang berkunjung.
"Hailey...!!!"
Ada yang meneriaki namanya_ memanjangkan suaranya diakhir hampir melengking. Membuat menarik perhatian beberapa pengunjung yang lain. Terpancing menoleh ketika mendengarnya. Termasuk Hailey.
Memanggilnya dari kejauhan... itu adalah Caesy. Dia berlari menghampiri Hailey dengan cepatnya.
Caesy bukan hanya sekedar orang kenalan yang biasa disebut teman. Tapi dia adalah sahabat baik Hailey dari sejak diumurnya yang menginjak tujuh tahun, dan sampai saat ini. Dia juga sekelas dengan Hailey.
"Caesy!" Sahut Hailey memeluk sapa sahabatnya yang baru tiba menghampirinya. Tidak menyangka akan bertemu dengannya disana. Kebetulan sekali. "Datang bersama rombongan gadis?"
"Tidak," balasnya, kemudian menunjuk seseorang yang sedang duduk bermain ponsel di salah satu deretan kursi taman arah punggungnya.
"Aku bersama saudaraku. Dia tidak tahan dengan semua suara kebisingan pesta peresmian rumah baru tetangga kami. Jadi aku mengajaknya kesini," jelasnya. Sambil menyelipkan lambaian sapa kepada Ibu Hailey yang berdiri tepat di arah pukul sepuluhnya. Dan Ibu Hailey membalasnya dengan senyuman.
Caesy juga kemudian menanyakan keberadaan mereka disana.
Jadi Hailey menjelaskan.
"Mau berkeliling?!" Ajak Caesy. Setelah secara singkat Hailey menjelaskan apa yang sedang ingin dilakukan ibu dan dirinya disana.
Tapi Hailey ragu. Pandangannya seakan menjadi terapung dengan isi kepalanya yang kosong.
"Tidak apa, Hailey! Pergilah!" Putus Ibunya_ menepuk bahu Hailey.
"Tenanglah! Ibu bisa melakukannya sendiri," Mencoba tidak memberatkan putrinya, yang masa remajanya itu sedang berada di puncak mengeksplor dunia. Dan lagipula, saat ketika diumurnya sama seperti Hailey dahulu, dirinya hanya ingin tidak terlalu terbatasi dan bisa lebih leluasa untuk mengambil kesenangannya. Jadi Ibu Hailey sama sekali tidak keberatan.
Asalkan tidak melakukan sesuatu yang bodoh.
"Ayo!" Ajaknya lagi. Menarik tangan Hailey, seperti seorang nelayan yang berusaha dengan sekuat tenaga menarik kembali kail pancingannya yang baru saja mendapatkan "Strike !" Dan Caesy membawanya menjauh dari sana_ meninggalkan Ibunya seorang diri bersama beberapa pengunjung lainnya.
Sebelum semakin menjauh, "Bersenang-senanglah para gadis!" Selip Ibunya melambai kepada mereka berdua.
...----------------...
"Bagaimana?"
"Apanya?" Hailey tak mengerti apa maksudnya.
Tanpa menghentikan langkahnya, "Sihirmu!" Caesy menguncir ekor kuda rambutnya yang terurai berantakan kedepan. Dia terus terang.
"Maksudmu asal sihirku?" Hailey memastikan. Menoleh_ Caesy mengangguk.
Caesy sudah mengetahui tentang sihir Hailey. Faktanya! Caesy adalah orang kedua setelah Ibunya, yang mengetahui keanehan dengan diri Hailey. Lebih tepatnya sebelum kemudian mereka mengetahui kalau itu adalah kekuatan Sihir.
Itu terjadi saat seluruh murid masih terjebak ditengah-tengah waktu pelajarannya di sekolah, yang membuat mata seakan seperti sedang terbebani beratnya barbel jim para rumus.
Hailey tiba-tiba merasakan kegelisahan. Merasakan yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan.
Terpaksa untuk meninggalkan pelajaran untuk sementara, Hailey, bergegas pergi menuju ke ruang wc wanita sekolahnya. Berdiri di depan salah satu jejeran wastafel_ Hailey menatap wajahnya sendiri melalui pantulan cermin tepat di hadapannya. Berusaha menahan sesuatu yang dirasannya terus memberontak dan semakin memberontak di dalam dirinya.
Hailey belum memahami betul apa yang terjadi dengan dirinya. Apapun itu, dirinya masih belum bisa mengontrolnya saat itu.
Membuatnya begitu gelisah, dan juga depresi.
Bagaimana tidak?! Mengingat satu insiden sebelum saat itu terjadi_ yang seakan masih terus menghantuinya.
"Melkior." Adalah nama dari anjing kesayangannya. Dan satu-satunya yang dimilkinya.
12, November, 2015...
Sepulang dari katedral bersama Ibunya, Hailey, tergerak memeluk sapa Melkior. Itu hanya salah satu kebiasaan spontannya setelah sepulang beribadah. Menunjukan ikatan yang kuat diantara mereka berdua.
Semuanya terasa baik-baik saja. Sampai kemudian, Hailey, merasakan rasa pusing yang semakin terasa sangat dikepalanya. Pandangannya juga semakin meredup.
Meredup dan semakin meredup dalam waktu singkat.
Setelah itu, Hailey tidak mengingat apapun lagi. Seakan terlelap dalam kegelapan.
Hanya setelah itu kemudian, Hailey sudah dalam keadaan terbaring di atas ranjangnya. Dia kebingungan. Tubuhnya terasa lemas, sakit, dan masih ada rasa pusing yang membekas dikepalanya. Tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya sebelumnya_ tapi Ibunya tahu.
Jadi diceritakanlah yang terjadi kepada Hailey. Semua yang tidak diketahui Hailey.
Dari mulai hempasan yang dengan sekejap memporak-porandakan halaman depan rumahnya, luka di beberapa sekujur tubuh ibunya, sampai kabar kematian Melkior, anjing kesayangan Hailey.
Bersamaan dengan kejadian itu Hailey juga langsung terjatuh tak sadarkan diri.
Dan semua kekacauan itu ternyata berasal dari tubuh Hailey. Darinya!
...Karenanya!...
Kerenanya... Melkior terenggut. Yang ditakukannya adalah, jika itu juga akan terjadi dengan semua orang yang berada di dekatnya. Ibunya saja hampir terbunuh karenanya.
Ibunya tidak mengetahui persis apa yang terjadi. Tapi mulai saat itulah Ibunya menyinggung nama "Edith" untuk pertama kalinya. Kisah si penyihir dari masa lampau milik keprcayaan turun menurun keluarganya. Yang baru diungkapkan kepada Hailey saat itu juga oleh Ibunya, kalau darah keluarga mereka... adalah darahnya.
Walaupun Ibu Hailey berusaha meyakinkannya_ tapi bagi Hailey itu hanyalah...
..."Fairy Tale !"...
Ia sama sekali tidak mempercayainya. Bahkan saat diumurnya yang menjelang tujuh belas sekarang pun Hailey masih.
Tidak peduli jika itu semacam anugrah atau kutukan, Hailey hanya hanya ingin segalanya kembali seperti normal. Hidup sebagai remaja normal _ dengan tidak terbebani apa yang didapatkannya secara tidak terduga.
Hailey merasa saat itu seperti bukanlah dirinya sendiri. Melihat tangannya sendiripun menjadi asing baginya.
Sewaktu-waktu tanganya bergemetar takut.
Setelah kejadian yang juga merenggut Melkior, mulailah Hailey semakin depresi. Tapi Ibunya tak pernah lelah untuk berusaha menguatkannya.
Ibunya menyarankan Hailey untuk mencoba mengindar dari publik jika nantinya merasakan ada yang tidak beres dengannya.
..."Dan itu akhirnya terjadi!"...
Terasa semakin memberontak...
Hailey berusaha mengendalikannya tapi tetap kesulitan. Bahkan terasa mustahil baginya. Melalui pantulan cermin dari wastafel tadi, Hailey bisa melihat wajahnya mulai terselimuti aura-aura merah aneh_ keluar melalui sela-sela pinggiran matanya. Membuatnya hanya bisa terpaku panik dengan nafasnya terengah-engah tak terkendali.
Ketakutan! Tapi tetap berusaha untuk tenang.
Sepasang bola matanya menjadi merah menyala. Aura-aura itu juga sampai menyelimuti kedua tangannya.
Sampai kemudian tanpa sepengetahuan Hailey, seseorang yang ternyata Caesy masuk ke sana_ tempat dimana Hailey yang sendirian dalam keadaan hampir lepas kendali.
Bertujuan hanya untuk mengecek keadaan Hailey yang sempat dilihatnya berekspresi aneh saat di dalam kelas_ Caesy, malah melihat itu semua di dalam sana. Tidak menduga itu.
Caesy pun akhirnya tahu.
Untung saja itu hanya sahabatnya, Caesy. Jadi dia bisa merahasiakannya. Tanpa ragu terlukai_ sahabatnya disana membantu untuk menenangkannya.
"Memeluknya"
Entah apa jadinya jika seisih sekolah nantinya tahu. Mungkin mereka akan menganggapnya orang aneh, atau bahkan jauh lebih buruk. Mungkin akan dianggap sebagai salah seorang penganut sekte sesat yang memanfaatkan kekuatan sihir.
Pola pikir yang sungguh primitif!
...----------------...
Dua hari setelahnya, mulailah langsung ramai ada kabar berita tersebar dimana-mana, mengenai orang-orang yang ternyata mengalami kejadian hampir serupa seperti dengan yang dialami Hailey. Adanya itu, banyak yang menganggapnya sebagai kekuatan mistis. Atau juga bisa dibilang Sihir.
Belum ada satupun yang dapat benar-benar dapat mengungkap dari mana asal usul kekuatan sihir tersebut.
Sampai sekarang.
Itu terjadi mendadak dan secara serentak. Seakan langsung tertanam begitu saja di dalam diri orang-orang_ yang kebanyakannya berumur remaja_ yang seakan merekalah menjadi yang terpilih.
Lima hari berlalu setelah tersebarnya kabar berita tersebut... yang dikhawatirkannya malah harus terjadi.
Seisih sekolahnya akhirnya tahu kalau Hailey yang berpangkat sebagai ketua osis kepercayaan sekolah mereka adalah salah satu dari para "penderita" kekuatan aneh.
"Witches !" Sudah resmi. Julukan itu diberikan pada mereka yang memilikinya.
Kejadian dimulai ketika dirinya berada di ruang perpustakaan saat jam istirahat bersama belasan pelajar lainnya. Juga bersama Caesy yang akan mulai berusaha selalu mengawasi dan membuatnya tetap terkendali selama berada di sekolah.
Melakukan yang biasa ia lakukan disana_ seperti membaca buku-buku yang merangkum para tokoh dunia yang paling gemar ia jelajahi.
Salah satunya adalah kisah seniman legendaris, Leornado Da Vinci. Walaupun tidak ada jiwa seni seperti melukis didalam dirinya. Jika ingin tahu... Hailey menggambar tenda sirkus pun akan terlihat lebih mirip dengan sebuah payung tak berbentuk.
Ngomong-ngomong apa sihir juga termasuk seni?! Hmm... tak usah dijawab!
Yang pasti, terkadang Hailey juga sedikit meluangkan waktunya untuk mengasah trik sulap kartunya melalui fasilitas komputer perpustakaan. Mempelajari secara autodidak lewat video. Tentu saja dengan menggunakan headphone yang sudah tersedia di sana, agar tidak mengganggu murid lain dan pengawas yang akan berdesis memperingatkan seperti ular jika merasa terganggu.
"Hailey, Arachnophobia." Itu fobia. Atau bisa dibilang itu adalah rasa ketakutannya yang sangat terhadap laba-laba. Rasa ketakutan yang berlebihan.
Disaat yang lain berusaha tak membuat suara deheman atau sedikitpun deritan lantai kayu saat melangkah di dalam perpustakaan, Hailey, malah melakukan yang jauh lebih buruk. Sangat buruk.
Sedang fokusnya membaca buku yang sudah pasti akan enggan dibaca oleh murid yang lainnya, Hailey, tidak menduga jika ada seekor laba-laba jatuh dari langit-langit perpustakaan. Tepat terjatuh dan merayap di lengan tangan kirinya.
Walaupun itu hanyalah laba-laba biasa tidak berbahaya yang berukuran kecil, tapi itu cukup membuatnya begitu panik ketakutan.
Sekali lagi... Karena Hailey "Arachnophobia."
Dikiranya sudah bisa lebih mengendalikan diri karena dirasa sudah tidak terjadi apapun selama lima hari akhir-akhir itu... ternyata belum.
Mau bagaimana lagi! Fobianya seakan membuat satu lonjakan listrik_ membuat kekuatan yang seharusnya ia sembunyikannya dari publik itu terpicu kembali.
Hailey berteriak panik. Spontan_ ia langsung menyingkirkan laba-laba yang merayap dilengannya. Tapi itu juga malah membuat satu hempasan_ seperti sinar tembakan_ cukup kuat yang berasal dari tangannya.
Tidak ada yang terlukai. Hanya saja, itu membuat luluh lantak semua deretan rak lemari buku yang berada lurus di hadapannya. Lebih tepatnya di seberang meja yang ditempatinya dan beberapa murid lainnya, termasuk sahabatnya yang berada duduk di sampingnya.
Karenanya... satu rak buku hancur membekas seperti kawah, dan menembus dua rak lemari lainnya. Lembaran kertas-kertas buku menjadi berhamburan dan berterbangan di hampir seisih ruang perpustakaan.
"Tamat sudah riwayatku!" Pikirnya saat itu. Mengingat nasib kisah para penyihir pada sejarah umumnya. "Mereka akan membakarku hidup-hidup!"
Seisih perpustakaan sontak terkejut. Mereka ternganga dan terpaku. Sebagian kebanyakan dari mereka langsung berlari ketakutan keluar perpustakaan. Terkecuali sahabatnya, Caesy, yang sudah terlebih dahulu mengetahui apa yang terjadi dengan Hailey. Dan kurang dari lima jam setelahnya seisih sekolah langsung mengetahuinya.
Mereka mulai terus membicarakan dirinya.
Bahkan sampai sekarang. Sepertinya mereka sedang mempertimbangkan keberadaan Hailey di sekolah Leawood Middle, Kansas. Dan mungkin pangkat ketua osisnya juga akan segera dicabut tidak lama lagi setelah para guru sudah membuat keputusan mutlaknya_ di meja pengadilan sekolah sebelum waktu eksekusi tiba.
Sudahlah! yang berlalu biarlah berlalu! Biarlah mereka akan memutuskan apa nantinya. Mulai titik ini Hailey hanya fokus terlebih dahulu untuk mengasah kemampuannya. Agar dapat lebih baik lagi. Atau lebih tepatnya mengendalikannya.
..." And Maybe... More Deadly ! "...
Walaupun sekarang sudah jauh lebih bisa mengendalikan sihirnya, Hailey masih mempertanyakan kekuatannya sendiri. Jujur saja, kemampuan sihirnya sekarang terasa jauh lebih payah dibandingkan waktu dirinya yang masih belum bisa mengendalikannya.
Hailey sama sekali tidak bisa membuat semacam hempasan itu lagi. Tidak mengetahui paham bagaimana caranya. Sebelumnya terjadi dengan tidak disengaja. Dan jujur saja baginya itu berbahaya, tapi ketika diingat-ingat lagi menurutnya juga cukup keren.
Sisi baiknya Hailey mulai terbiasa dengan apa yang terjadi dengannya. Lebih bisa menerimanya, bersyukur dan jalani saja. Lagipula apa yang terjadi padanya, juga terjadi pada beberapa orang lainnya diluar sana_ yang entah siapa saja, dan seberapa banyak.
Jadi dia tidak sendiri. Jika yang lain bisa membiasakan_ itu berarti dirinya juga seharusnya mampu.
Siapapun sudah merasa tidak asing lagi dengan keberadaan orang-orang yang memiliki kemampuan sihir seperti Hailey. Dalam kurung waktu tiga bulan mereka cepat untuk membiasakan diri. Berbaur!
Para penyihir yang berbaur diantara penduduk kota?! Hmm... menarik! Terdengar seperti cerita invasi makhluk fantasy yang keluar melalui buku dongeng. Tapi jika ada kehadiran dari salah satu penyihir anggota pahlawan super yang mampu membuat portal cincin mungkin suasana akan jauh lebih menarik lagi. Yap!
...----------------...
Samar menggeleng, "Ibuku hanya tahu sebatas yang dia tahu. Tidak ada hal lain yang pernah Ibuku ceritakan tentang sihir selain menyebut satu nama itu lagi , lagi dan lagi," ungkap Hailey sedikit curhat.
"Ibuku benar-benar mempercayainya. Tapi bagiku tidak. Pasti ada penjelasan lainnya. Dan aku harus mencarinya."
"Mungkin... ," Caesy berpikir. "Semacam mantra segel yang terlepas?!"
"Entahlah. Jika itu benar, aku juga tidak tahu harus mulai mencarinya dari mana," pikir Hailey. Bingung, harus dari mana dirinya akan memulai.
"Kenapa tidak saling bicara kepada sesamamu?!" Menghentikan langkahnya, Caesy menyarankan. "Sebagian dari mereka mungkin bisa membantu!"
"Apa?!" Hailey juga sontak memberhentikan langkahnya_ menoleh, sambil menurunkan alisnya. Mendengar maksud saran Caesy yang menurut baginya tidak mungkin untuk dilakukannya. "Maksudmu dengan para penyihir lainnya?!"
Caesy mengangguk yakin.
"Tidak! Dengar!" Lebih mendekatkan wajahnya dihadapan Caesy...
"Aku tidak bisa melakukannya. Sudah terpikirkan dan kupertimbangkan itu sebelumnya. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika aku sampai berkoneksi dengan orang yang salah," Hailey memelankan suaranya. Beberapa kali matanya mengerling mengawasi sekitar mereka berdua.
Dekat di hadapan Caesy, Hailey berusaha memberitahu kepadanya kalau yang disarankannya itu cukup beresiko. Sangat beresiko. Juga kawatir jikalau yang dibicarakan Ibunya selama ini adalah "benar!" Itu berarti dirinya sendiri yang mungkin akan terancam.
Mengingat satu kalimat terus terngiang dibenaknya_ yang pernah diberitahukan oleh Ibunya.
"Darah keturunan, dari salah satu penyihir terhebat dari masa lampau"
Kata "Hebat" -nya itu yang harus dikhawatirkannya. Jika salah satu, atau bahkan mereka juga mengetahui apa yang pernah diceritakan Ibunya... mereka mungkin akan mengincar kekuatannya.
"Mencurinya!"
Lagipula bahayanya kekuatan, tergantung dengan siapa penggunanya. Jika yang memilikinya adalah seseorang yang mempunyai sifat seperti tokoh antagonis dalam setiap film pahlawan super, itu akan menjadi malapetaka yang berimbas pada orang-orang lain disekitarnya.
Kekacauan! Kehancuran! Korban disana-sini!
Itu berarti disebut dengan penyalahgunaan kekuatan.
"Ayolah! Jangan terlalu paranoid begitu!"
Walaupun Hailey sudah menjelaskan, tapi disana Caesy tetap bersikeras. Dia ingin Hailey untuk bisa berpikir lebih positif. Jangan dulu menduga. Dan mendorong Hailey untuk mencoba mencari satu saja yang seperti dirinya.
Siapa tahu sebagian dari mereka sebenarnya sudah ada yang mengetahui jawaban yang belum terungkap selama ini. Pikir Caesy. Hanya saja selama ini mereka merahasiakannya dari publik_ yang hanya akan menambah banyak lagi deretan komentar tidak berguna baru di berbagai media sosial.
Walapun Hailey lagi-lagi menolak, si Caesy kembali bersikeras.
Caesy mendesaknya_ mengajaknya melangkah lebih jauh lagi. Membawanya ke entah kemana. Bertujuan ingin menunjukan sesuatu kepada Hailey.
Sampai tibalah mereka pada suatu tempat di taman sana_ dengan terlihat lebih banyaknya para pengunjung. "Lihat disana!" Caesy menunjuk kerumunan yang berada di kejauhan.
Hailey melihatnya. Terlihat ada semacam pertunjukan disana.
..." Performance "...
Entah pertunjukan apa itu, tapi para kerumunan terdengar ramai menepuk-nepuk tangan mereka. Para pengunjung disana terlihat benar-benar menikmatinya.
Caesy mengajak Hailey lebih mendekat lagi, dan menyelip diantara kerumunan penonton yang tak lelah berdiri menikmati pertunjukan.
Yang dilihat pengunjung di sana ternyata adalah pertunjukan sulap.
Seluruh mata para penonton tertuju paku pada seorang gadis remaja kurang lebih seumuran Hailey dan Caesy di atas panggung.
Entah karena dia terlihat sangat cantik menggoda dengan pakaian ala penyihir bertopinya, atau mungkin karena trik sulapnya lah yang membuat mata pengunjung seakan terlihat terhipnotis.
Hailey yakin kalau itu bukanlah trik sulap biasa. Tapi sihir. Begitu juga dengan Caesy. Itulah alasan mengapa Caesy begitu mendesaknya membawa Hailey ke sana. Berusaha menunjukan seorang yang berada di atas panggung kepada Hailey_ yang mungkin orang itu juga bisa turut membantu Hailey. Harapnya.
Apalagi gadis itu terlihat begitu mahir menggunakan sihirnya. Tidak banyak yang sepertinya_ yang dapat dengan begitu mudahnya terbiasa dengan sihir yang didapatkannya.
Gadis berambut hitam panjang sepinggang dan berponi menutupi sebelah matanya itu memiliki aura warna sihir yang tampak berbeda dengan Hailey.
Aura-aura sihirnya berwarna "Ungu Gelap."
Dengan cekatan_ juga gemulainya... Jari-jemari dan kedua tangannya bergerak kesana kemari. Membuat pertunjukan cahaya menganggumkan di seluruh langit-langit sekitar panggung_ tempat dimana dirinya sedang memamerkan kemampuannya.
Saat sepanjang Hailey terus melihatnya... bukan pertunjukannya, tapi diri gadis yang membuatnya di atas panggung sana, Hailey, merasakan ada sesuatu yang tidak beres.
Semakin lama jantungnya berdebar semakin kencang. Terasa sesuatu yang bertentangan di dalam dirinya. Rasa itu seakan mengisyaratkan dirinya untuk segera menjauh dari sana.
Juga merasa kegelisahan. Rintik hujan yang mulai turun membasahi taman pun menambah kesan suasana tidak nyaman.
"Ayo pergi dari sini," gegasnya pelan. Langsung menarik tangan Caesy dan membawanya menjauh sejauh mungkin dari sana.
"Apa yang kamu lakukan?! Dia mungkin bisa membantumu!" Selip Caesy ditengah-tengah tarikan Hailey.
Menatapnya benar-benar lurus, "Atau mungkin menjebak!" balas Hailey menurutnya. Berusaha tidak mempercayai siapapun yang belum dikenalnya.
Jadi Hailey terus mengambil langkah demi langkah cepatnya. Menghiraukan saran Caesy. Sampai terdengar suara tepuk-tepuk tangan yang begitu meriahnya dari arah punggung mereka. Dan Hailey terpancing menoleh tanpa memberhentikan langkahnya. Hanya melambat.
Sepertinya pertunjukan di sana baru saja usai. Terlihat dari seorang gadis tadi yang merundukan setengah badannya kedepan_ gerak badan yang biasa dijadikan sebagai penutupan ala pertunjukan sulap original pada umumnya.
Kembali menegakan tubuhnya, dari kejauhan gadis penyihir itu menatap seluruh penontonnya yang ada di sekitarnya dengan tatapan yang terlihat dingin. "Tatapan yang berani dan begitu percaya diri."
Dan tersenyum tipis.
Dia juga sempat memandang Hailey dan Caesy dari kejauhan_ atau mungkin hanya kepada Hailey. Sejenak memandangnya dari atas panggung sana dengan tanpa senyuman... sebelum kemudian dia dengan santainya berpaling dan melangkah turun ke belakang panggung.
"Cepat!" Gegas Hailey lagi. Melanjutkan langkah cepatnya bersama Caesy. Menjauh.
...----------------...
Hailey akui kalau yang barusan itu memanglah pertunjukan yang begitu memukau. Merasa iri. Untuk beberapa saat mata Hailey berkaca-kaca kagum melihatnya. Tapi sampul hanyalah sampul. Jangan samakan dengan kumpulan lembaran yang ada di dalamnya.
Jangan memandang dan menilai apapun itu hanya dari sampulnya. Hailey sadar semua itu bisa saja menipu dirinya.
Apalagi gadis penyihir yang memanfaatkan kemampuannya sebagai pertunjukan sulap itu terlalu menunjukan apa yang dipunyanya. Terlalu memamerkan, disaat kebanyakan yang lainnya berusaha membatasi agar tidak terlalu terlihat oleh publik.
Jadi baginya, sosok gadis yang ada di sana tadi cukup membuatnya curiga.
Dan menjauh dari hadapannya adalah keputusan yang tepat. Pikir Hailey.
Berharap saja si gadis barusan tidak memiliki kemampuan untuk merasakan sihir dari para pemilik sihir lainnya. Seperti Hailey.
"Apa yang...," Langkah Hailey terinterupsi. Melihat banyak kerumunan lagi di kejauhan_ yang kali ini berada di hadapannya. Caesy yang berada masih tepat disampingnya pun juga melihatnya.
Melihat saudaranya yang berlari mendekat dari arah kerumunan, "Mike!! Apa yang terjadi di sana?!" Tanya Caesy mengeraskan suaranya. Memastikan suasana yang terlihat gaduh.
Orang-orang berlari kearah kerumunan.
"Ada seseorang tidak sadarkan diri di sana!" Jelas Mike, adik dari Caesy yang hanya berumur dua tahun lebih muda darinya.
"Sepertinya dia seorang fotografer! Aku melihat ada ka...," Jelas Mike lagi tapi terputus_ ketika Hailey tiba-tiba langsung melewati senggol bahunya. Berlari berlalu dengan begitu tergesa-gesa ke arah kerumunan. Dan Caesy juga menyusulnya dari belakang.
Wajah Hailey menunjukan ekspresi panik. Menduga apa yang baru saja terlintas dipikirannya.
"Permisi! Permisi!..., "Hailey menerobos kerumunan. Sampai dilihatnya disana_ sesuai apa yang diduganya, juga yang ditakutinya.
Ibunya sendiri yang berada disana. Terbaring tidak sadarkan diri. "Apa ini keluargamu?!" Tanya seorang pengunjung yang berprofesi sebagai dokter disana_ yang sedang mengecek keadaan Ibu Hailey.
"Ya Pak! dia Ibuku! Apa yang terjadi dengannya?!" Jelas Hailey membenarkan. Juga memastikan keadaan Ibunya dengan perasaannya yang begitu gelisah dan khawatir.
Disana dokter itu tidak mengatakan banyak. Menyarankan Hailey untuk langsung segera membawa Ibunya ke rumah sakit. Tanpa pikir panjang, Hailey pun langsung tergerak. Dibantu seorang dokter tadi dan beberapa pengunjung lainnya disana... Hailey segera membawa Ibunya ke rumah sakit.
Hailey tahu taman tempat dirinya berpijak cukup jauh dari rumah sakit manapun. Tapi tidak ada pilihan lain.
"Caesy! Aku harus pergi!" Izin Hailey tergesa-gesa dan panik. Sepasang matanya pun semakin berkaca-kaca.
Bersama Mike tidak jauh darinya, "Oke oke! Kabari aku lagi nanti oke?!" Jawab Caesy singkat cepat. Spontan mengangguk, Hailey kemudian segera menyusul orang-orang yang sedang membawa Ibunya_ yang dalam keadaan masih tidak sadarkan diri.
Berpaling dan melangkah terburu-buru, Hailey, mengusap matanya dengan lengannya.
Tapi sebelum Hailey berpaling, sesaat dirinya melihat seseorang yang sendirian berdiri menatapnya dari balik sekitar air mancur harapan yang berada di kejauhan.
Seseorang... yang terlihat masih mengenakan pakaian yang sama saat di atas panggung pertunjukan baru saja.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments