Hati Jordan seakan tersayat-sayat pisau saat dia harus menatap kearah anak sulungnya itu. Anak yang selama ini selalu dia sayangi dan lindungi kini harus mendapatkan hukuman tepat dihadapan matanya sendiri.
Andai waktu bisa terhenti mungkin Jordan lebih memilih perusahaannya jatuh bangkrut saja dari pada dia harus menghadapi kenyataan bahwa kedua anaknya mencintai pria yang sama. Jordan tak pernah membayangkan jika Jeni sampai tega hendak membunuh adiknya sendiri karna terlalu terobsesi pada suami adiknya.
Lorong rumah sakit itu terlihat sepi karna waktu telah menunjukkan sudah larut malam. Hawa dingin mulai berhembus menambah suasana mencekam di lorong tersebut. Tak ada satu suara pun yang terdengar dari Martin, ataupun Jordan suasana hening itu berlangsung cukup lama Martin mencoba menahan emosinya agar tak sampai mengeluarkan senapannya untuk melukai Jeni. Karna Martin tau jika sampai itu terjadi maka kedua orangtua Keyla akan membencinya! Tapi itu tidaklah penting menurut Martin karna baginya hanyalah Keyla saja yang berharga dalam hidupnya.
Mendengus kasar, "Hukuman apa yang pantas ku berikan padamu Jen?"
Jeni yang menundukkan kepalanya langsung tergelak saat Martin menyebutkan namanya, "Aku sungguh khilafah Martin, aku sangat menyayangi Keyla, tapi entah mengapa melihatnya bersamamu membuat mata ku buta hingga aku sampai menyakitinya." Ujar Jeni dengan wajah memelas air mata Jeni kembali jatuh membasahi pipinya dia kembali menundukkan kepalanya menandakan jika dia sangat menyesali apa yang dia lakukan pada adiknya tadi.
"Bukankah kau sudah bermalam bersama Dikra waktu itu di hotel!" Telak Martin sembari menajamkan alisnya.
Ya Martin mengetahui akan semua hal dia bahkan membayar mahal para bodyguard yang menjaga Jeni. Selama di Paris hubungan Jeni dan Dikra terlihat seperti seorang kekasih yang tengah di mabuk cinta hingga bisa mengecoh para bodyguard Martin yang mengira Jeni dan Dikra kembali bersama. Karna sebab itu penjaga terhadap Jeni tidak diperketat lagi, tapi siapa sangka jika Jeni memanfaatkan itu semua agar bisa kembali ke Irlandia.
Bahkan Jeni tak memberitahukan pada Dikra jika orang yang dia cintai adalah penguasa kota tersebut karna sebab itu Dikra berani membantunya namun cinta Dikra pada Jeni memanglah tulus hingga dia mengupayakan segala macam cara untuk Jeni bisa kembali kepada kedua orangtuanya.
Tapi siapa sangka kebaikan Dikra akan di manfaatkan Jeni untuk balas dendam pada adiknya.
"Kamu sudah kembali pada Dikra! Tapi kenapa kamu malah mau merusak rumah tangga adik mu Jen?" Emosi Jordan terlihat meluap-luap saat mengetahui akan kebenaran yang tidak pernah Martin ungkap sebelumnya. Pak Hen yang sudah mempersiapkan segalanya sebelum kejadian tragis itu terjadi segera mengeluarkan foto dari saku kemejanya, foto Jeni saat bersama Dikra di Paris. Pak Hen segera menyodorkannya pada Jordan.
Mata Jordan terlihat berkaca-kaca hatinya sangat pedih bagaikan teriris sembilu mata yang terlihat berkerut itu meneteskan pelan kristal bening yang dari tadi sudah menghiasi pelupuk matanya. Jordan sangat malu pada Martin karna ulah Jeni yang tidak pantas di sebut sebagai seorang kakak bagi Keyla. Jordan membisu seribu bahasan dia seakan tak bisa bicara lagi, harga dirinya seakan telah di permainkan oleh putri sulungnya itu.
Mungkin karna Jeni terlalu depresi hingga dia tak menyadari akan sikap kasarnya pada Keyla ataukah karna Jeni iri melihat kehidupan bahagia yang di jalani adiknya bersama Martin. Hal itu seakan menari-nari dalam angan-angan Jordan dia berdiri mematung sembari memandang Jeni foto yang Jordan pegang jatuh begitu saja di lantai dingin rumah sakit itu.
"Pa, maafkan Jeni. Jeni berjanji tidak akan menggangu hubungan Keyla dengan Martin lagi kelak. Jeni dibutakan oleh api cemburu Pa," Rengek Jeni sembari memeluk kaki Jordan. Namun Jordan masih tetap diam tak mau menatap kearah Jeni karna rasa malu yang teramat sangat.
Pak Hen hanya bisa diam karna dia telah melaksanakan tugasnya dengan baik. Malam semakin larut namun tak ada tanda-tanda jika masalah itu akan selesai. Hingga beberapa saat kemudian Sinta mulai keluar dari ruangan UGD.
Sinta berjalan menghampiri Jeni dan menarik tubuh Jeni perlahan dari posisi duduknya. Jeni berdiri perlahan karna merasakan lututnya mulai kesemutan karna terlalu lama duduk di lantai. Jeni sudah berdiri ditemani Sinta walaupun seorang ibu membenci anaknya tetap saja Sinta tak tega melihat penderita Jeni sekarang.
"Jika bukan karna Keyla sangat menyayangi mu Jen! Aku tidak pikir panjang akan akan menghabisi mu dengan tanganku sendiri!" Ujar Martin sembari beranjak dari posisi duduknya.
"Hen, suruh Dikra menemui ku dua hari lagi aku ingin bicara padanya!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Susilawati Dewi
pasti kalya marah
2021-08-14
0
Phoenix VR
nasib aspri terima dengan lapang dada ya Hen 🤭
2021-07-03
0
Nancy Kampo Kakunsi
kasihan Hen...kerepotan terus🙆
2020-12-29
0