Dokter berhenti tepat didepan pintu UGD itu.
"Jika kau berani memberikan berita yang buruk tentang istriku! Habis kamu." Ancam Martin sebelum dokter itu bicara.
Lagi-lagi Martin selalu menggunakan mantra kutukannya untuk membuat orang lain hampir kehilangan nyawanya. Ya dia selalu bicara seperti itu dan wajah dokter tersebut sampai berwajah pucat pias seketika dan terlihat tubuhnya mulai gemetaran dibuatnya.
Sinta segera bicara saat melihat dokter itu seakan shock seusai mendengar kutukan yang Martin ucapkan barusan.
"Bagaimana dengan keadaan anak saya Dok?" Tanya Sinta sembari menyeka air mata di kedua pipinya.
"Alhamdulillah, luka di kepala Nona tidak terlalu parah namun dia mendapatkan beberapa jahitan di jidatnya." Ujar dokter tersebut dengan menyeka peluh di jidatnya keringat itu terasa dingin seperti tatap tajam Martin padanya.
"Lalu bagaimana dengan kondisi janin yang ada didalam kandungan anak saya Dok?" Tanya Jordan sembari melingkarkan tangannya di pundak Sinta.
"Alhamdulillah kondisi janin yang ada didalam rahim Nona muda baik-baik saja tapi,"
"Tapi apa!" Sela Martin yang merasa tidak sabar dengan apa yang diucapkan oleh dokter spesialis kandungan itu.
"Janinnya sangat lemah akhibat benturan pada perutnya dan Nona muda tidak boleh boleh terlalu banyak berfikir sesuatu yang berat agar tidak berpengaruh pada janin yang ada didalam kandungan nya." Tutur Dokter tersebut dengan tak berani menatap Martin. "Dan Nona hanya boleh di jenguk satu orang saja karna dia harus banyak istirahat, saya permisi dulu Tuan muda." ucapnya sembari melangkah pergi.
Sangat jelas terlihat raut lega diwajahnya karna dia bisa lolos dari manusia sedingin es itu. Namum tak lama kemudian Martin kembali memanggil dokter malang tersebut.
"Berhenti di sana!" Ujar Martin dengan tak menoleh pada dokter tersebut.
Deg!
Dokter tersebut tersentak kaget wajahnya yang terlihat mulai tenang kini kembali pias lagi. Dokter tersebut segera berbalik arah dan menundukkan pandangannya. "Iya Tuan muda," Ucapnya dengan suara bergetar.
"Asisten Hen! Berikan hadiah atas kerja kerasnya barusan." Perintah Martin sembari melirik kearah Asistennya.
Tuan muda anda ingin memberikan dokter tersebut hadiah, tapi kenapa ucapan anda seakan-akan hendak mencabik-cabik tubuh dokter paru baya itu. Lihatlah wajahnya sampai putih pucat seperti itu karna ketakutan akan panggilan anda. Siapapun akan merasa terancam jika anda memberikan hadiah dengan cara tidak wajar seperti itu.
Asisten Hen melangkah mendekati dokter tersebut dan dia segera mengeluarkan cek dari saku jas nya. Dia menulis nominal angka
yang sangat besar dan setelah itu Pak Hen memberikannya pada Dokter tersebut.
Sangat jelas raut wajah bahagia terpancar dari matanya yang berbinar-binar saat melihat jumlah uang yang begitu banyak kini menjadi miliknya. Selesai berterimakasih Dokter Tersebut berlalu pergi dengan wajah bahagia karna mendapatkan segepok uang dari CEO Martin.
_ _ _ _
Martin mengalihkan pandangannya pada Jeni, "Jangan kira masalah akan selesai sampai di sini Jen!" Ancam Martin sembari melangkah masuk kedalam ruangan Keyla dirawat. Martin dan Jordan menganggukkan kepalanya menandakan jika mereka setuju jika Martin yang menjenguk Keyla lebih dulu.
Mata Martin langsung tertuju di ranjang dingin pasien. Hatinya seakan tersayat melihat istrinya terbaring tak berdaya di sana. Kepalanya di perban dengan infus yang tertancap ditangannya membuat Martin seakan tak berdaya rasa sedih semakin menyelimutinya Martin berjalan perlahan dan mendudukkan tubuhnya di kursi samping ranjang Keyla. Mata Martin berkaca-kaca dia segera meraih lembut tangan istrinya yang tidak ada infusnya.
"Sayang, cepatlah sembuh aku sangat merindukan ocehan mu dan sikap menjamu. Andai aku tidak menyakitimu saat di restoran maka kau tidak akan berada disini sekarang." Ucap Martin dengan suara terdengar penuh penyesalan bahkan Martin sampai menjatuhkan air matanya.
Ya baru kali pertama CEO kejam itu menitihkan air matanya, Sangat jelas terlihat rasa sakit yang terpancar dari sorot matanya. Sekuat dan sekejam apapun orang itu tetap saja ada sisi lembut dalam dirinya sama halnya seperti Martin sekarang. Dia merasa sedih dan tak kuasa menahannya hingga tanpa dia sadari untuk pertama kalinya dia takut akan kehilangan sesuatu yang berharga dalam dirinya.
Keyla sudah menjadi suatu hal yang tak bisa dipisahkan darinya kehadiran Keyla mampu membuat Martin meninggalkan dunia hitam yang sempat di jalani sebelumnya.
Keyla bagaikan cahaya baginya yang dapat membuat Martin keluar dari dunia hitam itu dunia malam yang sempat dia datangi setiap malam. Kepolosan istrinya mampu membuat hati Martin luluh dan terpatri padanya kini didalam hidup Martin hanya Keyla lah yang paling dia sayangi. Martin mengusap air matanya dan dia tangannya membelai lembut pipi Keyla sembari berkata. "Sayang, anak kita baik-baik saja kau tidak perlu khawatir." ucap Martin sembari beranjak berdiri dan dia mengecup lembut perut istrinya.
Martin tak hentinya memandang wajah pucat istrinya itu. Dia kemudian beranjak berdiri dan keluar dari ruangan Keyla.
Tatapan yang terlihat penuh kasih sayang yang dia tunjukkan pada Keyla tadi dengan sekejap mulai hilang. Kini tatapan itu berubah menjadi kobaran api yang hendak menelan tubuh kurus Jeni yang masih terisak-isak sembari masih terduduk dilantai.
"Ma, masuklah!" Ujar Martin yang tak ingin Sinta mendengarkan apa yang akan dia bicarakan dengan Jordan dan Jeni.
Sinta menoleh pada Jordan tanpa bicara. Jordan hanya menganggukkan kepalanya menandakan jika dia setuju dengan ucapan Martin barusan.
Pak Hen segera membukakan pintu untuk Sinta. Dan setelah Sinta masuk kedalam ruangan itu Martin segera mendudukkan tubuhnya di kursi panjang rumah sakit sedangkan Jordan ikut duduk disampingnya, seperti biasa Pak Hen masih setia berdiri di samping Martin seperti manekin hidup yang tak berekspresi.
Ketika Martin hendak bicara, terdengar gelak tawa dari sudut ruangan Martin segera mengarahkan pandangannya pada dua suster yang berjalan kearahnya sembari bersenda-gurau renyah. Suster cantik tersebut tak menyadari jika ada sepasang mata menatap kearahnya dengan tajam.
Salah satu suster menyenggol pelan lengan sahabatnya memberi peringatan agar sahabatnya itu diam dan menatap kedepan.
Kedua suster itu tau jika mereka salah arah, mereka melihat wajah murka CEO Martin dan seketika lutut mereka menjadi lemas. Mereka segera membungkukkan badannya dan langsung kabur terbirit-birit.
"CEO Martin sangat tampan dan mempesona tapi kenapa jika marah sangat menakutkan dan membuat orang jantungan seperti itu sih!"
"Jaga bicaramu jika dia memangil kita, maka kelar sudah hidup mu hari ini." Sahut suster Tersebut sembari melangkah pergi menjauhi mara bahaya yang ada didepan mereka barusan.
Jangan lupa baca novel baru khairin Nisa yang berjudul "Kontrak Pernikahan Tuan Arogan." bisa di baca di Mangatoon atau Noveltoon
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Susilawati Dewi
kasian kayla
2021-08-14
0
Dadang Otak Sengkle
syukurlah Keyla dan anaknya baik baik sja
2020-12-17
2
Herlinav Sinaga
🤔🤔🤔🤔🤔🤔
2020-12-14
1