Chapter 2

Ghostroses, 2022…

Pria itu tidak seperti yang diharapkan komite.

Sembilan Pejabat Kehormatan dari Sub-Komite Anggaran untuk Ekspansi Wilayah Timur telah mengambil tempat duduk mereka masing-masing di depan meja besar sebuah ruangan berdekorasi abad pertengahan yang bau apak.

Para mason yang terhormat.

Para anggota komite itu tampak mempersiapkan diri untuk sidang parlemen yang akan mereka hadapi. Dalam hati, mereka masing-masing sudah tak sabar untuk menghabiskan waktu siang ini dengan permainan favorit mereka, "cincang habis."

Ah, ya!

Bagi mereka memang sangat menyenangkan selama beberapa saat bisa mencela, menghina, menggertak dan mengusili apa pun yang dilaporkan serdadu kantoran yang malang yang dikirimkan untuk berhadapan dengan mereka---kaum berwenang di masyarakat, di mana serdadu kantoran itu harus menjawab mereka, memberikan penjelasan---singkatnya mencoba menari mengikuti irama mereka.

Lagi pula merekalah pemegang dompet angkatan bersenjata.

Selain itu, pertemuan seperti ini memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk menyampaikan pidato di mana tidak satu pun politikus akan menolak mendengarkannya.

Setelah beberapa kali melakukan pertemuan semacam ini, para anggota komite itu sudah hafal jenis perwira muda pengecut yang biasa dikirim para komandan lapangan.

Beberapa di antaranya adalah penjilat yang senang bersolek, tidak diragukan, pasti anak muda dari kalangan aristokrat yang tentunya lebih memilih berada di meja judi di Las Vegas.

Ada juga jenis anak manis yang suka berdandan klimis yang akan berlindung di bawah tenda sang jenderal ketika desingan peluru mulai beterbangan.

Tapi bukan kedua jenis itu yang dikirim Kolonel Morgenstein pada mereka.

Kali ini dari garis depan dari perang kecil terbaru yang menyebalkan di Nadia—negara di timur jauh negara mereka, Athena Minor. Perang yang… mereka lebih memilih untuk melupakannya.

Tapi tentu saja tidak bisa.

Sang ketua komite mengangguk pada petugas penjaga bersenjata, memberikan isyarat bahwa mereka sudah cukup siap untuk memulai permainan, bersikap seolah-olah mereka akan membuka sebuah pintu masa lalu untuk menghadirkan beberapa pemeluk Nasrani yang malang, yang ketakutan berhadapan dengan singa.

Tapi kemudian derap kaki kuat dengan irama teratur dari tumit sepatu militer yang telah disemir yang beradu dengan lantai kuno terdengar dari luar pintu, memberikan kesan pertama pada seluruh anggota komite bahwa perkiraan mereka sedikit… meleset.

Pria itu muncul di depan pintu…

Dan setengah dari anggota komite itu merasa seperti… mendapat peringatan. 

Beberapa orang sebenarnya terkesiap.

Mereka semua menatap pria itu, memberikan pandangan antara bingung dan kagum. 

Tatapan mereka sekarang terpaku pada sosok ksatria yang gagah dengan seragam lengkap perwira pasukan khusus, yang dikirim komandan lapangan untuk berurusan dengan mereka. Dan mereka semua mengetahui ksatria yang terlihat liar dan arogan ini tidak akan pergi sebelum yakin akan mendapatkan apa yang menjadi tujuan kedatangannya.

Mayor Jasper Sevenson.

Bukan sekadar ksatria, Jasper Sevenson juga sebetulnya seorang Terminator—anggota sindikat tentara pembunuh bayaran, Armageddon yang bermarkas di Midnight Convenience Store—sebuah toko 24 jam di Ghostroses. 

Toko ini dilengkapi bank pembayaran dan ruang komunikasi rahasia berbasis jaringan global, di mana para Terminator menunggu pesan kode dengan detail target mereka berikutnya. 

Latar belakang sponsor elit global menjadikan Armageddon sebagai sindikat paling glamor di Athena Minor.

Tapi tentu saja para anggota komite yang terhormat itu tak pernah menduga bahwa utusan yang dikirim pada mereka telah dimanipulasi, karena seorang Terminator juga tentara militer tapi bukan abdi negara.

Seandainya para anggota komite yang terhormat itu tahu…

Mereka membuka pintu masa lalu yang keliru.

Bukan pemeluk Nasrani malang yang ketakutan berhadapan dengan singa, tapi seorang nabi—Daniel, yang dikirim ke gua singa hanya untuk kembali sebagai pemimpin kawanan singa.

Singa muda itu sekarang berjalan masuk ke dalam ruangan, dan ketika ia melewati meja panjang tempat para anggota komite duduk berjajar, seisi ruangan dipaksa untuk mengetahui tinggi badannya yang mengesankan, karena meskipun mereka duduk di meja yang berada di atas panggung, pemuda itu masih sejajar dengan pandangan mereka. 

Ia menatap lurus ke depan saat berjalan, tapi tak cukup rendah hati untuk menatap ketua komite yang terhormat—mason Deanson yang arogan ketika melewatinya.

Sikapnya tenang dan tatapan dinginnya mengirimkan peringatan… atau bisa dibilang sorotan muak. Pria itu bahkan mengabaikan gumaman sang Mason, "Saya lapor!" dan tetap berjalan dengan gerakan terkendali, penuh kekuatan dan luwes.

Setelah mencapai meja yang lebih kecil dan juga lebih rendah yang berhadap-hadapan dengan meja para anggota komite, perwira itu berhenti, kemudian memutar dengan gerakan yang tepat, dan tidak memberi hormat. Tetap berdiri tegap dengan sikap waspada. Kemudian menaruh helm kavaleri di lengannya… seperti tentara Romawi, pikir beberapa orang.

Untuk beberapa saat, tidak satu pun dari anggota komite yang terhormat itu tahu apa yang akan mereka katakan, bagaimana cara memulainya. Bahkan sang ketua yang terkenal pongah pun terdiam sesaat. Semua orang hanya terpaku menatap pemuda itu, mengagumi sosok menawan di hadapan mereka untuk mengingat bahwa pemuda setampan itu pun bisa berada di medan pertempuran.

Mantel hijau tentara sang Mayor melekat pas di dada bidangnya saat ia menunggu. Tanda pangkat emas di bahunya yang lebar berkilau di bawah cahaya kandil yang menggantung di langit-langit di atas kepalanya. Bagian bawah long coat-nya melingkar sempurna di pinggang rampingnya. Sepatu bot selutut seperti baru digosok tampak tak bernoda

Rambut halus berwarna cokelatnya yang memanjang melewati rahang, diikat kencang ke belakang menyerupai ekor kuda. Itu terlalu panjang untuk potongan rambut tentara, pikir semua orang.

Tapi siapa yang peduli?

Mata serigalanya memberikan tampilan mata pengembara padang pasir yang biasa digunakan untuk meneropong jauh ke medan gelap. Rahangnya yang tinggi menegaskan wajah kokoh yang pantang menyerah. Semua itu menggambarkan kekuatannya sebagai seorang ksatria yang patut diperhitungkan di medan perang.

Atau mematikan.

Siapa yang berani mengomentari potongan rambutnya sekarang?

"Ehem!" Sang Mayor berdeham. Suaranya menggetarkan para Gentleman dari keterpukauan mereka.

Sang ketua terbatuk perlahan, sementara yang lain bergerak gusar di kursi mereka ketika tiba-tiba tersadar hingga timbul kegelisahan bahwa mereka bertanggung jawab atas orang seperti ini.

Menatap mereka dengan tak sabar, sejujurnya Jasper Sevenson berharap supaya mereka merasa tak nyaman.

Para Elf the Great ini tidak mengerti arti kata itu---tidak nyaman.

Tidak nyaman pergi ke medan tempur ketika sadar amunisi di kotak peluru begitu sedikit hingga terkadang harus mengisi senapan dengan kerikil setelah beberapa kali tembakan dan berdoa itu akan berhasil.

Tidak nyaman dioperasi oleh ahli bedah untuk mengeluarkan peluru dari punggung tanpa meminum wiski seteguk pun untuk mengurangi rasa sakit.

Ah, apa yang salah, anggota komite yang terhormat? Pikir sang Mayor, seraya menyembunyikan senyum sinis ketika ia melihat sedikit pertanda dari perasaan bersalah tercermin dari setiap wajah angkuh mereka.

Ia hampir bisa mendengar berbagai alasan mulai berlalu lalang di pikiran kerdil dan serakah mereka.

Bisa dipastikan, sulit bagi semua orang seperti mereka untuk berpikir melepaskan tiga juta dolar. Mereka hanya manusia biasa. Tidak diragukan lagi, permintaan mendesak untuk mendapatkan dana tambahan bukanlah hal yang mudah. Itulah yang digeluti oleh para bangsawan penting ini setiap hari.

Kadang-kadang mereka menerima rincian perhitungan, namun semua itu sama sekali berbeda dengan kekayaan yang didapat Athena Minor dari Nadia, dengan banyaknya daerah-daerah yang berhasil ditaklukkan.

Untuk segala sesuatu yang menguntungkan, para dewan yang terhormat itu tidak mau ketinggalan untuk mendapat pujian. 

Ironisnya, keberhasilan yang datang silih berganti dari pasukan tentara di Nadia mungkin telah membuat para anggota dewan yang terhormat ini mengambil kesimpulan bahwa sebenarnya tugas menumpas perlawanan para pemberontak tidaklah terlalu berat! 

Jadi dalam kasus ini, berarti tak perlu terburu-buru untuk mengirimkan uang dan perlengkapan yang direngekkan para prajurit sekarang.

Bukan begitu, para mason yang terhormat? Jasper membatin sinis.

Di sisi lain, Jasper masih tetap yakin bahwa apa pun yang terjadi pasukannya di Nadia akan tetap melakukan perlawanan, dengan atau tanpa dana yang telah dijanjikan parlemen dengan basa-basi.

Itu bisa dipastikan.

Namun bukan itu yang menjadi intinya.

Ia hanya menyayangkan para politisi yang memenuhi ruangan ini sekarang, tidak satu pun mengerti arti sebuah janji.

Janji adalah sesuatu yang harus ditepati bagi lelaki seperti Jasper.

Jadi…

Di sinilah dia sekarang!

Dikirim oleh komandan tua, Kolonel Morgenstein, sebagai pengingat bahwa "mereka akan berhadapan dengan birokrat keras kepala," dan memberitahu bahwa tentara itu bergerak dengan perutnya, bukan kakinya, "mereka semua ingin dibayar!"

Untuk perannya kali ini, Jasper sama sekali tidak merasa bahagia.

Tapi anak buahnya telah dijanjikan akan mendapatkan gaji dan sampai saat ini belum dibayarkan juga.

Jadi seseorang harus bertindak!

Terpopuler

Comments

Seul Ye

Seul Ye

Cuss langsung masukin jesper ke list cem2an wkwk.

2022-10-25

0

Ichi

Ichi

part ini Beta kurang paham 🤧
apeh Beta kurang otak yaaak? 🧐

2022-09-22

0

van Jake

van Jake

Part ini berasa laki

2022-09-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!