Setelah semua berkumpul di teras rumah pak Siswanto. Suasana yang tadinya santai menjadi hening. " Ya...ya...kalau mengingat zaman dulu rasanya tidak ingin hidup jika tidak memiliki seorang anak." Tuan Di yang bernostalgia dengan pak Siswanto.
Pak Siswanto pun terkekeh menanggapi Tuan Di yang bernostalgia saat masa-masa buruk yang terjadi saat belasan tahun lalu.
" Makanya saya ingin menepati janji dalam diri saya untuk menikahkan Rey Andro dan Anak perempuan Pak Siswanto."
Pak Siswanto menoleh terkejut begitu juga dengan Elea. " E, Tuan, apa Tuan tidak salah, Tuan ini kan orang terpandang di Surabaya. Saya hanya petani dan peternak biasa, orang kampung, begitu juga dengan Elea, Apa ini tidak terlalu berlebihan Tuan?"
" Tidak, tidak pak Sis, janji dalam diri harus ditepati. Seperti apapun Elea, aku akan menganggapnya seperti anakku sendiri, setelah Rey dan Elea menikah."
Rey dan Elea sama-sama melongo, keduanya saling pandang dengan menyimpan kekesalan masing-masing.
" Kalau itu sudah menjadi keputusan Tuan Di, saya bisa apa."
" Terimakasih pak Sis, Elea, om tahu kamu gadis yang sangat baik." Tuan Di kemudian meraih tangan Elea dan juga tangan Rey untuk dipersatukan dan saling bersentuhan. Karena saking deg-degan, punggung tangan Elea pun mengeluarkan keringat dingin. Untuk pertama kalinya Elea merasakan detak jantung yang sangat kuat. Seperti mau pingsan mendengar kenyataan bahwa dia akan dijodohkan dengan anak dari mantan Tuannya.
Setelah Rey dan Tuan Di pamit dari rumah pak Siswanto. " Apa ayah tidak bisa menolak perjodohan ini lebih keras?"
" Kamu dengar sendiri apa alasan Tuan Di kan nduk?"
" Mana bisa aku menikah dengan orang yang sama sekali aku tidak mengenalnya bapak?"
" Bapak yakin Tuan Rey baik, seperti ayahnya."
" Kalau sebaliknya, kalau dia menyiksaku, apa yang Bapak bisa lakukan?"
" Ssssst. Apa kamu lupa Rey? Waktu SD yang kamu anggap seperti kakakmu, dan kamu menangis ketika dia harus hidup kembali bersama Tuan Di, saat Tuan Di keluar dari penjara."
" Itu kan perasaan saat aku kanak-kanak. Sudah lah, Bapak tidak pernah tahu apa maksud ku."
****
Apa-apaan sih ini? hidupku mengapa diatur-atur mereka sedemikian rupa. Main suruh-suruh saja, mengikuti titah mereka. Umpat Elea yang merapikan beberapa pasang baju untuk dia masukkan ke dalam koper dan mobil pribadi dari Tuan Di, sedang menunggu di luar pagar rumah nya untuk membawanya ke Surabaya.
Mobil yang membawa Pak Siswanto dan Elea akhirnya sampai setelah memakan waktu sekitar dua jam lebih menembus jalanan desa menuju kota.
Tampak Rey dan Tuan Di menyambut kehadiran pak Sis dan Elea. Rumah berpagar tinggi dan kokoh itu bisa di bilang seperti rumah milik para Crazy Rich Surabaya. Bagaimana tidak, rumah itu sangat megah dan besar. Elea yang keluar dari mobil dan berjalan bergandengan dengan bapaknya di sebelah kanannya masih tidak berhenti mengedarkan pandangan ke seluruh sisi depan yang di sajikan di rumah itu.
Tu kan, dia gadis udik, mana pernah dia melihat rumah mewah di desanya. Yang ada hanya ayam dan kambing-kambingnya. Umpat Rey dalam hati yang sedari awal memperhatikan Elea semenjak Elea keluar dari mobilnya. Mata Elea tidak pernah fokus tertuju kemana dia berjalan. Dia menoleh kanan kiri belakang samping melihat semua sisi rumah megah itu.
" Mari kita masuk pak Sis." Tuan Di yang begitu ramahnya dan memberi tahu kamar tamu untuk Elea dan juga pak Sis, selama beberapa hari menjelang pernikahan Rey dan Elea.
" Ini kamar pak Sis dan sebelah sini kamar Elea."
" Terimakasih Tuan Di."
" Elea, sebaiknya kamu dan Rey keluar, berbincang sambil mencari hawa segar dan memilih dress yang akan dikenakan pas malam resepsi. Meskipun itu sudah di atur oleh perancang, siapa tahu kamu ada pilihan lain sayang." Tuan Di begitu baiknya terhadap Elea. Tuan Di memberi kode pada Rey supaya mengajak Elea pergi memilih gaun pernikahan yang dia inginkan.
Rey tidak ada pilihan lain. Selain mengikuti titah ayahnya. " Ayo Elea!" Rey yang menarik tangan Elea.
Setelah tak terlihat oleh kedua ayah yang sedang berdiri di depan kamar tamu. Rey membuang tangan Elea dengan kasar. Elea yang merasakan itu, langsung merespon dengan menoleh ke arah Rey dengan tatapan yang sama kesalnya.
Keduanya memasuki mobil. Rey dengan wajah juteknya. " Pakai seat belt nya."
Elea yang tidak mengerti apa maksud Rey tampak kebingungan tapi gengsi untuk bertanya. Dia bersikap masa bodoh dan tetap saja duduk tanpa perasaan bersalah.
" Pakai seat belt nya." Nada keras Rey untuk kedua kalinya dengan tatapan kesal dan mencontohkan seat belt yang di kenakannya.
Elea yang reflek ketika Rey menyuruhnya memakai seat belt dengan jutek. Masih terlihat acuh kemudian menarik seat beltnya dan dia pasang.
Rey geleng-geleng. Kakinya menginjak pedal gas. Mobil berjalan menembus jalanan kota Surabaya menuju ke sebuah salon di dalam pusat perbelanjaan.
Aku tidak mungkin, bawa perempuan udik ini ke perancang butik. Bisa tersiar sampai ke telinga Jessica, kalau perempuan yang aku nikahi adalah perempuan udik anak supir pribadi ayahku. Tidak-tidak.
" Kamu boleh batalkan pernikahan ini kok. Jangan kamu kira aku berharap ya menikah dengan kamu."
Ciiiiiiiiiiiiit. Suara berdecit ban mobil dengan pengereman mendadak yang di lakukan Rey.
" Andaikan aku bisa gadis udik, aku juga tidak sudi menikah dengan kamu." Ketus Rey. " Lihat di cermin! seperti apa dirimu itu, Aku ini pimpinan Perusahaan ANDRO dan akan menikah dengan wanita...." Rey yang menggelengkan kepalanya kecil dengan memainkan wajahnya yang seperti merendahkan Elea.
Tanpa sadar bulir-bulir bening dari pelupuk mata Elea jatuh. Setetes. Beberapa detik kemudian bertambah dua tetes dan tiga tetes.
" Sudah aku duga, kalau aku akan diperlakukan seperti ini. Sebelum terlambat. Aku akan mengumpulkan seluruh kekuatanku , untuk bicara kepada ayah kamu, Tuan Di, dan membatalkan semua rangkaian pernikahan ini."
Rey yang terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan Elea. Duh, sial...jadi panjang nanti urusannya. " Please! lupakan apa yang aku katakan tadi. Okay."
Pedal gas kemudian diinjak kembali oleh Rey. Elea masih bingung dengan sikap Rey, dia tahu Rey juga tidak menginginkan pernikahan ini. Namun mengapa dia tidak berusaha memberontak kepada ayahnya untuk membatalkan pernikahan ini.
Mungkin dia sudah bicara melawan ayahnya. Namun lagi-lagi ini adalah sebuah janji dalam diri yang harus ditepati oleh Tuan Di kepada semesta. Sebuah janji memang harus ditepati. Tapi apa harus memaksa kami dalam sebuah ikatan pernikahan yang tidak ada dasar cinta.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments