CH 3

Selama kegiatan Via tampak berada di samping Rian dan pemandangan ini dilihat oleh salah satu kakak senior di sana.

"Eh.. Kalian, sini ke depan!" ucap kakak senior kearah Rian dan Via.

"Kami kak?" tanya Via.

"Iya kalian, sini maju ke depan." ucapnya.

"A-Ada apa kak?" tanya Via takut ke depan.

"Kalian pacaran?" tanya kakak senior dan pertanyaan ini tentu saja membuat satu kelas menjadi heboh dan mentertawakan mereka.

"Ti-tidak kak," jawab Via menundukkan kepala.

"Hai..Kamu, apa kalian pacaran?" tanya kakak senior pada Rian.

"Tidak kak, kami tidak pacaran" jawab Rian.

"Kalau tidak pacaran kenapa saya perhatian kalian berduaan terus?"

"Maaf, bukan saya yang mau, tapi Via yang dekati saya terus," jawab Rian dengan polosnya dan sontak membuat semua tertawa dengan gaduhnya.

"Rian," Gumam Via lirih.

"Via kamu suka sama Rian?" tanya kakak senior.

"Em.. Rian teman saya kak" jawab Via.

"Kamu suka sama Rian?" kembali dengan pertanyaan yang sama.

"I-Iya kak," jawab Via jujur dan kembali menunduk.

Rian tercengang dan melihat kearah Via mengerutkan keningnya.

"Huuu...!" sorak teman-teman Via.

"Wah.. ! Cukup berani juga kamu, anak baru sudah berani mengakui suka sama cowok,"

"Sekarang saya tanya kamu Rian, apa kamu juga suka sama Via?"

"Tidak kak," jawab Rian singkat.

"Huuu.." kembali teman-temannya bersorak dan Via melirik kearah Rian.

"Tu Via dengar , kamu sudah ditolak, kamu itu anak baru jangan mikirin pacaran dulu, apa kamu tau kuliah farmasi itu bukan hal yang mudah. Jangan malah mikir pacaran terus," ucap kakak senior.

"Rian kenapa kamu nolak Via?"

"Saya kesini karena ingin kuliah bukan pacaran," jawab Rian.

"Via kamu dengar itu! Sekarang sebagai hukuman buat kamu yang genit, kamu harus minta kan 100 tanda tangan dari kakak senior cowok yang ada dikampus ini, bebas dari fakultas apa saja," perintah dari kakak senior yang membuat Via membulatkan matanya dan melirik tajam kearah Rian.

"Rian kamu tega banget sih," gumam Via lirih.

Via segera keluar dari barisan dan berjalan mencari tanda tangan kakak tingkat.

"Kak, bisa minta tanda tangannya tidak?" tanya Via menyodorkan lembaran kertas dan bolpoin.

"Kamu pikir aku artis, minta tanda tangan segala," ucap kakak tingkat.

"Hahaha.." Via ditertawakan sekelompok kakak tingkat.

"Maaf kak, tapi Via disuruh mencari tanda tangan dari kakak tingkat," ucap Via.

"Sini aku tanda tangani," sahut Rio kakak tingkat.

"Emang sok, sok an itu anak mapala, suka banget ngisengin anak baru. Kasihan kan anak baru di suruh minta tanda tangan kakak tingkat, cowok lagi. Di suruh minta tanda tangan berapa orang?" tanyanya seraya tanda tangan.

"100 kak," jawab Via lirih.

"Banyak juga ya, ya sudah semangat ya!" ucapnya.

"Ehem.. cie... ada yang mau jadi sok pahlawan kesiangan nih.." goda Yoga.

"Apaan sih, benar kan? coba kamu pikir, masak anak baru disuruh cari tanda tangan cowok sebanyak itu, kakak tingkat lagi, iya kalau kakak tingkatnya pengertian kayak aku. Kalau kayak kamu? di mintai tanda tangan aja gak mau, apa gak kasihan tu?" jawab Rio.

"Terima kasih ya kak!" ucap Via tersenyum.

Setelah mendapatkan 100 tanda tangan Via kembali ke barisan dan melanjutkan kegiatan ospek lainnya.

Hingga saatnya jam pulang, Via berusaha mengejar Rian yang pulang lebih dulu

"Rian..! Rian..! Tunggu" panggil Via.

"Ada apa?" tanya Rian menghentikan langkahnya.

"Kamu kok tega sih?" gerutu Via memanyunkan bibirnya.

"Tega? tega kenapa?" Rian mengerutkan keningnya.

"Masih tanya tega kenapa? kamu kok tega tadi mempermalukan aku di depan teman-teman?" tanya Via.

"Siapa yang mempermalukan kamu? aku tidak mempermalukan kamu" jawab Rian santai.

"Tadi kamu nolak aku didepan teman-teman, apa namanya kalau tidak mempermalukan aku?" ujarnya.

"Aku hanya Jawab apa adanya," ucap Rian.

"Kamu gak suka sama aku?" tanya Via.

"Aku kesini buat kuliah bukan buat menyukai seseorang," jawab Rian.

"Rian, tapi aku suka sama kamu," ucap Via yang selalu apa adanya.

"Gampang banget kamu suka sama orang? kenal baru dua hari sudah bilang suka," ucap Rian sambil melangkahkan kakinya.

"Ya, mungkin ini yang dimaksud cinta pada pandangan pertama," jawab Via sambil ngos-ngosan mengimbangi jalannya Rian yang cepat.

"Kamu percaya cinta pada pandang pertama?" tanya Rian.

"Iya aku percaya, karena sebelumnya aku belum pernah merasakan perasaan ini, dan baru kali ini aku merasakannya perasaan yang tidak seperti biasanya," jawab Via menghentikan langkahnya.

"Rian, aku capek! bisa pelan dikit gak sih jalannya?" ucap Via ngos-ngosan.

"Gak bisa!" jawab Rian tetep berjalan, tanpa disadari bibirnya melengkung keatas karena tersenyum.

"Rian..!" teriak Via, tapi Rian tidak menghiraukan.

"Rian itu kenapa sih? selalu saja menghindari aku. memang salah kalau aku mengatakan yang sejujurnya?" gerutu Via menatap punggung Rian yang sudah semakin menjauh.

***

Di rumah paman Rian.

Setelah makan malam, Rian mencuci piring seluruh anggota keluarga pamannya dan Rian juga membersihkan rumah. Setelah rumah pamannya kembali rapi Rian ke kamarnya untuk belajar.

"Rian," ucap paman Surya di pintu kamar Rian.

"Iya paman," jawab Rian.

"Boleh paman masuk?"

"Boleh paman, ada apa?" Ucap Rian menutup buku.

"Bagaimana kegiatan ospek nya dikampus?"

"Baik paman, besok hari terakhir ospek" jawab Rian.

"Em.. kamu lagi belajar apa?" tanya paman melihat buku yang dibaca Rian.

"Ini hanya baca-baca buku Farmasi paman. Sebelum mulai pembelajaran, Rian ingin mencoba baca-baca dulu," jawab Rian.

"Bagus itu, jadi begini Rian. Kamu disini ini untuk kuliah. Dan kamu harus selalu ingat, bagaimana perjuangan kedua orang tuamu untuk bisa membiayai kuliah kamu disini. jadi paman berharap, Rian. kuliah dengan benar dan jangan pacaran dulu, paman tidak ingin, kamu sampai gagal jadi apoteker hanya karena kamu pacaran,"

"Iya paman, Rian mengerti," jawab Rian.

Sebenarnya apa yang menjadi kekhawatiran paman Surya bukan tanpa alasan, pasalnya tadi pagi paman Surya yang juga bekerja sebagai salah satu staf di sana tidak sengaja melihat Via secara terang-terangan menyatakan cintanya pada keponakannya.

Rian menolak Via bukan karena tidak suka, tapi karena Rian menyadari bukan mahasiswa yang pintar jadi tidak ingin sampai kuliahnya nanti akan terganggu jika pacaran dengan Via. Dan lagi Rian juga sebenarnya minder lantaran dirinya hanya mahasiswa miskin yang terlihat sangat berbeda dengan mahasiswa lainnnya. Itu sebabnya Rian lebih memilih untuk menyendiri saat dikampus.

Tapi ternyata semakin Rian menghindar, semakin Via terus saja mendekat.

"Hai.. Rian sedang baca buku apa?" tanya Via tapi Rian hanya diam tak menjawab.

"Oh, Farmakologi," gumam Via melihat sampul buku yang dibaca Rian.

^Happy Reading^

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!