KUTINGGALKAN CINTA
Sebagai mahasiswa baru, pagi ini Via dengan sangat antusias bersiap untuk segera berangkat ke kampus. Ini pertama kalinya dalam hidup Via tinggal sendiri jauh dari orang tua.
Selama ini Via sekolah tidak jauh dari rumahnya. Tapi untuk kuliah tentu saja Via tidak lagi bisa di kotanya sendiri. Kali ini Via memutuskan kuliah di kota Solo, salah satu perguruan tinggi swasta. Via memutuskan untuk mangambil jurusan S1 Farmasi lantara ingin menjadi seorang Apoteker.
Via yang sudah bersiap mengenakan baju hem putih dan celana hitam dengan rambut pendeknya di kuncir dua, dengan pita warna merah.
Ya, hari ini adalah hari di mana mahasiswa baru menjalani ospek.
Tidak ingin terlambat. Via berlari menuju kampus yang terletak tidak jauh dari kosnya.
Sesampai di kampus, Via tersenyum karena dirinya termasuk masasiswa yang datang lebih awal dibanding yang lain.
Terlihat seorang laki-laki, dengan penampilan agak lain dari teman-temannya. Sosok laki-laki yang mengenakan pakain putih tapi warnanya sudah mulai berubah kekuningan dengan celana hitam yang agak kedodoran, seperti bukan untuk ukurannya. Dia lah Rian.
Kakak senior memberi arahan kepada mahasiwa baru, menyuruh kita untuk membawa berbagai macam merek kebutuhan sehari-hari. Namun nampaknya merek yang di inginkan agak langka. Sebagai contoh kakak senior menyuruh kami membawa pasta gigi dengan merek putihku, air mineral dengan merek hausku dan masih banyak merek-merek lainya yang tidak masuk akal sehatku.
Setelah pengarahan dari kakak senior, mahasiswa yang lain memutuskan istirahat ke kantin. Hanya ada satu siswa yang hanya berdiam di dalam kelas dan entah kenapa sosok ini menarik perhatian Via.
"Kenapa di dalam kelas terus? Tidak pergi ke kantin?" tanya Via.
"Tidak," jawab Rian singkat.
"Oiya, nama kamu siapa?" tanya Via.
"Rian," jawabnya.
"Aku Via, kamu ambil fakultas apa?" tanya Via. Lantaran saat ospek seperti ini semua fakultas masih jadi satu.
"Farmasi," kembali Rian menjawab dengan singkat.
"Wah kita satu fakultas dong. Aku juga sama fakultas Farmasi. Senang berkenalan dengan kamu.n" Via mengulurkan tangannya dan dengan ragu Rian membalasnya keduanya bersalaman.
Rian sebenarnya bukan laki-laki yang pendiam, tapi saat dikampus dirinya menjadi pendiam karena kurangnya percaya diri. Apa lagi hampir semua mahasiwa yang ada disitu rata-rata anak orang kaya. Mungkin hanya dirinya sendiri disini yang berasal dari kelurga kurang mampu.
Meski begitu tidak menyurutkan niatnya untuk bisa belajar dengan baik. Sebenarnya bisa di terima kuliah di sini bisa dikatakan faktor beruntung, ada paman Rian yang bekerja disani sehingga Rian bisa kuliah di sini.
"Oiya, untuk tugas yang diberikan kakak senior tadi gimana? Kamu mau nyari di mana barang-barang dengan merek gak jelas seperti itu," gerutu Via.
"Nanti mau beli dekat rumah paman saja," jawab Rian.
"Paman? Kamu tinggal sama paman kamu?" tanya Via.
"Iya, aku tinggal sama paman disini,"
"Kamu sebenarnya orang mana sih?"tanya Via lagi.
"Aku berasal dari kota P. Tapi desaku lumyan jauh dari kota,"
"Wah kita searah dong, kalau pulang. Aku dari kota C. Kapan-kapan kalau pulang kampung kita bareng ya," tetlihat Via antusias.
"Iya," jawab Rian singkat.
"Kamu kenapa terlihat gugup sekali? Kita kan berteman, aku harap kamu mau jadi teman baikku." ucap Via yang lebih berani ketimbang Rian yang pemalu.
"I-iya" jawab Rian singkat.
"Tu kan, masih gugup lagi jawabnya. Oya nanti pulang dari sini kita bareng ya! Aku mau belanja sekalian. Katamu kan, di toko dekat rumah paman kamu ada yang jual dengan merek aneh itu," ucap Via.
"I-iya" jawab Rian yang belum bisa menghilangkan kegugupan nya.
Sepulang dari kampus, benar saja Via mengikuti Rian untuk pulang bersama.
"Rian..!Rian..!" panggil Via dan panggilan itu menghentikan langkah Rian.
"Katanya mau pulang bareng? Kok aku malah di tinggal?" ucap Via yang merasa sudah dekat dengan Rian. lain halnya dengan Rian yang masih merasa canggung.
"Di mana rumah paman kamu?" tanya Via lagi.
"Dekat kok, itu rumah yang atapnya warna hijau," Rian menunjuk rumah berlantai dua yang tidak terlalu besar tapi cukup lah untuk keluraga kecil paman ditambah dirinya.
"Terus kita beli barang-barang nya dimana?" tanya Via.
"Di sini," Rian berhenti di sebuah toko kelontong tak jauh dari rumah pamannya.
"Di sini? Emang beneran ada disini?" Via merasa tak percaya dan Rian hanya mengangguk.
Di toko kelontong, Rian membeli air mineral dengan merek yang familiar begitu juga dengan minyak goreng dan barang lainnya.
"Rian, kamu tidak salah ya? Ini kan bukan merek yang diminta kakak senior kita?"
"Iya benar, percaya saja sama aku," ucap Rian.
"Wah tidak agh, Rian. Aku takut salah! kakak senior kita itu galak," ucap Via.
"Bener kok. Kamu percaya saja! Kakak senior, sengaja menyuruh kita membawa merek-merek itu untuk menguji kita saja. Karena merek yang mereka minta memang tidak ada," ucap Rian.
"Terus boleh kita ganti merek asal seperti itu," tanya Via belum mengerti.
"Tentu saja tidak! Jadi kita tempel merek ini, dengan kertas yang sudah kita tulis dengan merek-merek yang di minta kakak senior kita tadi," jelas Rian.
"Oow..begitu. Untung saja aku ketemu kamu. Kalau tidak, siang ini mungkin aku akan muter-muter solo nyari merek-merek gak jelas itu! hihihi..." Via terkekeh.
Setelah belanja, keduanya berpisah. Rian pulang kerumah pamannya dan Via kembali ke kosnya.
Tubuhnya merasa sangat lelah, setelah seharian di kerjain habis-habisan sama kakak senior.
Via merebahkan tubuh mungilnya di kasur, matanya melihat langit-langit kamar kosnya. Tiba-tiba bayangan Rian muncul dan tanpa di sadari bibir mungilnya tersenyum, membayangkan tingkah polosnya Rian.
"Rian," gumam Via tanpa sadar.
Dret..dret...
Panggilan masuk dari mama di ponsel Via.
"Assalamu'alaikum Ma,"
"Walaikumsalam," jawab Bu Rini.
"Bagaimana, hari pertama masuk kuliah?" tanya Bu Rini.
"Baik Ma, teman-teman di sini baik, Via sudah banyak teman disini," ucap Via bohong karena satu-satunya yang dianggap teman cuma Rian.
"Syukurlah, minggu depan kalau mau pulang biar di jemput Pak Tono ya (sopir keluarga pak Handoko dan bu Rini).
"Tidak usah ma, Via ingin mandiri. Semisal nanti jadi pulang, Via akan naik kendaraan umum saja," jawab Via.
"Kendaraan umum? Kamu yakin bisa? Biasanya kan kamu selalu di antar jemput Pak Tono" ucap Bu Rini.
"Iya bisa, Ma. Mama tidak usah kawatir, Via udah mahasiswa sekarang. Bukan anak kecil lagi," jawab Via.
"Ya sudah, kamu istirahat saja dulu! Jangan lupa di perhatikan makannya. Kalau ada apa-apa ingat! Segera telphon Mama atau Papa," ucap Bu Rini kawatir. Lantaran ini pertama kalinya Via hidup sendiri.
"Iya, Ma. Via mengerti." ucap Via memutus sambungan telphonnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Tina arumanyu
assalamualaikum,,AQ mampir nich
2022-10-14
0
Aruna Maharani
jadi hidup mandiri ya
eh, aku mampir nih kak. mampir juga yuk kenovelku Akan Ada Pelangi Setelah Hujan. Mohon dukungannya kak, thnkyuu uuu 🙏
2022-10-03
4
Puspita Sari
keseruan di hari pertama kuliah emang gk kan terlupakan
2022-09-19
2