Sehabis Melia makan siang, Melia segera bersiap menuju warung depan, namun saat akan mandi. Ternyata sabun yang biasa digunakan juga habis, "Duh, sabunnya habis ternyata." Ucap Melia yang menepuk jidatnya pelan. Kok aku jadi ketularan lupa juga sih kayak ibu.” ucap Melia yang bergegas kembali memakai pakaiannya yang sempat dia tanggalkan.
Melia yang kesehariannya memang tampil sederhana tanpa ada riasan di wajahnya hanya memakai rok dan baju lengan pendek dengan rambut yang diikat asal, namun itulah yang menjadi daya tarik seorang Melia Putri. Walau tampilan sederhana saja sudah membuat dirinya cantik, apalagi saat dia berdandan! Tak heran jika di klub tempat dia bekerja, Melia termasuk yang paling banyak diminati oleh para pelanggan VVIP.
"Apa sekalian saja ke minimarket beli sabun cuci piringnya, toh juga sabun yang biasa kupakai tidak dijual di warung kelontongan, daripada bolak balik!" gumam Melia yang kini berbalik arah menuju indo april didepan gangnya.
Saat akan membayar, tiba-tiba seseorang menyerobot antrian saat Melia ingin membayar belanjaannya.
"Mbak, ini dulu ya, aku buru-buru soalnya!" ucap seorang pria yang memang terlihat terburu-buru.
Mbak kasir yang melihat pria itu pun mengangguk pasrah dengan wajah yang senyum-senyum sendiri, yang membuat Melia makin jengkel.
"Ih, ini orang memang nggak tahu aturan apa, aku kepret juga ini orang!" maki Melia dalam hati.
Niat Melia berbalik ingin memaki pria itu, namun entah mengapa, mulutnya seakan membeku melihat wajah tampan pria yang sempat dimakinya. Pria itu terheran melihat dua wanita yang di hadapannya saat ini sedang menatapnya tanpa berkedip sama sekali. Antara tertawa kecil saat melihat kelakuan dua wanita yang ada di hadapannya saat ini.
"Dasar wanita, sama saja!" ucapnya dalam hati lalu mengeluarkan uang pecahan seratus ribu di meja kasir itu lalu berjalan cepat menuju pintu keluar.
Melia tersadar saat pria tampan di hadapannya itu sudah berlalu, "Eh, apa-apaan itu!" ucap Melia tak terima, dia mengambil uang pecahan seratus ribu itu lalu mengatakan pada kasir, “Tunggu ya Mbak, aku segera kembali,” titah Melia pada kasir tersebut.
Melia segera keluar dari minimarket itu, mencari keberadaan pria tampan namun sangat tidak tahu aturan. Melia melihat saat pria itu akan masuk ke dalam mobilnya. "Tunggu!!" teriak Melia saat pria itu akan menutup pintu mobilnya.
"Maksud kamu apaan? Kenapa kasih uang seratus ribu sama kasirnya! Jangan berlagak sombong ya,” kesal Melia, dia paling benci memang pada orang kaya yang begitu menyombongkan hartanya.
Antara menarik panjang nafasnya, "Maaf ya mbak, saya sedang terburu-buru jadi saya tidak bisa mengantri lama,” jelas Antara.
“Kamu tahu bebek kan!!” ucap Melia sarkas. Hingga membuat Antara lagi-lagi menghela nafasnya.
“Tahu, tentu saja tahu! Memang kenapa si bebek? Memangnya kita lagi bicara soal bebek? Bukannya permasalahannya dengan antrian ya!! tanya Antara yang terlihat jengah karena merasa waktunya terbuang percuma untuk meladeni wanita galak ini.
"Kalau sudah tahu, lantas kenapa main menyerobot? Lihat bebek kan! Selalu berbaris rapi. Bisa dicontoh bukan, masa iya kalah sama bebek!!" cecar Melia melampiaskan kekesalannya.
"Baiklah, saya minta maaf kalau Mbak merasa tersinggung, ini uangnya, saya tambah. Ini sebagai permintaan maaf saya karena sudah menyerobot antrean Mbak, maaf saya sedang buru-buru." Ucap Antara yang ingin menutup pintu mobilnya, namun lagi-lagi Melia menahannya. Mata Melia menatap tajam Antara, dirinya sudah sangat kesal sekarang, harga dirinya seakan sedang di injak-injak oleh pria tampan ini.
"Dengar ya, Mas. Tidak semua uang bisa menyelesaikan masalah, dan ya.. ini uangmu, anggap saja saya sedang bersedekah hari ini, memberikanmu minuman secara GRATIS!!" Melia yang melemparkan dua lembar uang pecahan seratus ribuan di wajah Antara lalu menutup pintu mobilnya dengan sangat keras.
Bum!!
Suara pintu yang menyentak wajah Antara yang membuatnya ingin keluar mendamprat wanita yang dianggapnya sangat kurang ajar, namun dia urungkan saat mendengar ponselnya berdering. "Halo, baiklah Antara akan segera kesana,” jawab Antara dengan malas.
Antara yang akan menghidupkan mobilnya, teralihkan saat melihat wanita yang tadi melemparkannya uang tadi sedang berjalan dengan menghentakkan kakinya masuk ke dalam minimarket yang bertuliskan indo april yang tadi dia masuki.
"Awas saja nanti kalau kita bertemu!” ucap Antara dengan senyum seringai.
"Loh, mana Masnya?" Tanya Mbak kasir yang celingak-celinguk mencari pria tampan di belakang Melia.
"Nggak ada, sudah balik!" jawabnya ketus.
"Lah terus, minumannya tadi siapa yang mau bayar?!” tanya mbak kasir yang terlihat cemas.
"Tenang, biar saya yang bayar.” Ucap Melia dengan menepuk dadanya dengan bangga. "Berapa semuanya?” sambungnya.
"Semuanya lima puluh delapan ribu Mbak," ucap Mbak kasir setelah melihat layar komputer,"
"Ini, ambil saja kembaliannya." Ucap Melia yang memberikan uang enam puluh ribu pada kasir lalu mengambil kantong belanjaannya.
“Lumayan dua ribu, bisa bayar parkir,” ucapnya sembari mengipas dirinya dengan uang pecahan dua ribu layaknya sebuah kipas.
Sesampainya di rumah, Melia bergegas masuk ke dalam dapur dan segera mencuci piring bekas makannya tadi sekaligus piring dan wajan yang kotor sehabis Zahra masak. Sudah menjadi kebiasaan Melia selama menunggu ibunya pulang dari Butik, ia pasti selalu membaca buku, semua jenis buku yang Melia sukai, baik buku biografi, koran, majalah, komik ataupun novel online yang saat ini sedang di bacanya. Bahkan sering kali Melia sampai ketiduran saking asyiknya membaca novel di ponsel miliknya seperti sekarang ini.
-
-
-
Sore hari, Zahra pulang dari Butik pukul empat setiap harinya, beruntung karena jarak antara rumahnya tidak terlalu jauh, sehingga saat akan pulang pun ia hanya perlu berjalan kaki jika tidak sedang hujan. Zahra masuk ke dalam rumah dengan kunci cadangan yang selalu dibawanya, Zahra dan Melia memang memegang masing-masing kunci agar saat di antara mereka tertidur, tidak perlu membangunkan satu sama lainnya, seperti saat ini. Zahra tahu pasti Melia ketiduran lagi setelah membaca novel favoritnya di aplikasi NovelToon.
"Assalamualaikum.. ucap Zahra namun tak ada jawaban. Hem, pasti ketiduran lagi." Ucapnya sembari menggelengkan kepalanya lalu menuju dapur. Wajahnya tersenyum saat melihat piring dan peralatan masak yang kotor tadi sudah bersih semua.
Ya, Melia memang anak yang penurut. Sedari kecil, dirinya sudah terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Bahkan masakan Melia lebih enak dari hasil masakannya. Terkadang Zahra sering membujuk Melia untuk membuka usaha makanan yang sedang tren di media sosial saat ini, namun entah mengapa Melia sangat enggan membahas soal pekerjaan, kuliah dan masa depan. Katanya, dia tak ingin terbebani dengan target, dia hanya ingin menjalani kehidupannya seperti air mengalir.
Zahra menghela nafasnya. "Lebih baik aku bangunkan anak itu, pasti dia belum sholat!" ucap Zahra yang berjalan menuju kamar Melia.
Tok.
Tok.
Tok.
"Mel, sudah sore, ayo bangun!" ucap Zahra namun tak ada sahutan dari dalam, Zahra mencoba membuka pelan pintu kamar anaknya. Dan saat membuka pintu, Zahra tersenyum saat melihat anaknya yang sedang sholat.
Walau telat namun tetap Zahra menghargai usahanya, Zahra merasa dia masih kurang ilmu dalam memberikan pelajaran agama untuk Melia, hanya hal-hal dasar saja yang diajarkannya, maka dari itu Zahra mulai mempelajari agama, baik secara langsung maupun secara online. Terkadang Zahra mengikuti beberapa kajian di sekitar daerah rumahnya, walau tidak sering namun Zahra mencoba melakukan ilmu yang baru dipelajari, dan terkadang pula Zahra mengajak putrinya Melia untuk melakukannya bersama.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments