LavCo 3
Lavia seharian berada di apartemen karena Rocco menjanjikan bahwa dia yang akan mencari keberadaan Sammy.
Hari itu pelayan datang setelah Rocco pergi ke perusahaan.
"Halo, Nona," ucap pelayan itu.
Lavia tersenyum dan mengulurkan tangannya.
"Namaku Lavia," sahut Lavia.
"Namaku Rosa," jawab pelayan paruh baya itu.
"Anda adik Sammy?" tanya Rosa.
Lavia hanya mengangguk.
"Kalian tampak berbeda dan sama sekali tak mirip," jawab Rosa.
"Banyak yang bilang begitu. Aku mirip ibuku dan dia mirip ayahku," sahut Lavia.
Lalu Lavia menuju ke arah dapur dan membereskan beberapa piring kotor.
"Biar aku saja yang membereskannya, Nona," ucap Rosa.
"Tak apa-apa, Bibi Rosa. Aku sudah terbiasa seperti ini. Aku tak ada kegiatan apa pun, jadi aku akan membantumu sembari mengobrol denganmu," jawab Lavia dengan ramah.
Rosa tersenyum melihat sikap humble Lavia, yang sangat berbeda dengan Sammy.
"Kakakmu sangat pendiam dan tak banyak bicara," ucap Rosa sambil menuju ke arah tempat vacuum cleaner.
Lavia menghentikan kegiatannya dan menoleh ke arah Rosa.
"Aku tak terlalu dekat dengan kakakku karena kami tinggal terpisah sejak kecil. Aku bersama kakekku dan dia bersama ayahku," kata Lavia.
"Oh begitu ya. Pantas saja kepribadian kalian sangat berbeda," sahut Rosa.
"Ceritakan bagaimana kesehariannya di sini," kata Lavia tersenyum.
Rosa lalu mengingat-ingat apa yang bisa diceritakannya tentang Sammy pada Lavia.
"Dia pendiam dan jarang keluar kamar. Tuan Rocco dan Sammy juga tak terlalu dekat meskipun Tuan Sammy tinggal di sini selama beberapa bulan saja," jawab Rosa.
"Mereka atasan dan karyawan, kan? Mengapa Tuan Rocco begitu mudah membawa karyawannya untuk tinggal di apartemennya?" tanya Lavia.
"Entahlah, mungkin karena Tuan Sammy tak terlalu banyak bicara dan membuat Tuan Rocco tak terlalu terganggu dengan kehadirannya di sini," jawab Rosa.
Lavia hanya mengangguk.
"Apakah dia pernah menerima tamu wanita selama dia tinggal di sini?" tanya Lavia lagi.
"Tidak, seingatku dia tak pernah menerima tamu, baik laki-laki atau pun perempuan," ucap Rosa sambil membersihkan karpet ruang tengah.
Lavia mengikuti Rosa dan berdiri di dekatnya.
Lalu Rosa berjalan melewati kamar Lavia dan menuju kamar Rocco.
Kemudian Rosa berhenti dan menoleh ke arah Lavia.
"Kau ingin kamarmu dibersihkan?" tanya Rosa.
"Ya, karpetnya sedikit berdebu kurasa," jawab Lavia.
"Maaf, karena sebelumnya Tuan Sammy tak membolehkanku untuk membersihkan kamarnya. Dia bilang dia akan membersihkannya sendiri," ucap Rosa.
"Jadi bibi tak pernah masuk ke kamarnya?" tanya Lavia.
Rosa mengangguk dan masuk ke kamar yang ditempati oleh Lavia.
Lalu Lavia tak bertanya apa pun lagi pada Rosa. Dia masuk ke dalam kamar mandi.
Lavia membuka sweater putihnya dan juga dress panjangnya yang seperti nenek-nenek itu.
Kemudian ia juga membuka kaos kakinya lalu keluar dari kamar mandi.
Ketika keluar dari kamar mandi, Lavia tak melihat bibi Rosa lagi.
Lavia mengurai rambutnya dan menaruh kacamatanya di atas meja nakas.
Lavia mengambil ponselnya dan menelepon seseorang.
"Paman meneleponku tadi pagi?" tanya Lavia Fred.
"Apa yang kau lakukan, Lavia?" Fred bertanya balik.
"Apa maksud, Paman?" sahut Lavia dengan santainya.
"Ini tentang Becca," kata Fred.
"Becca? Apakah paman sudah menemukannya?" tanya Lavia tersenyum miring.
"Lavia, kau gila?" tanya Fred tak habis pikir dengan apa yang dilakukan Lavia.
"Tidak, aku sangat waras. Itu lah sebabnya aku mencari Sammy selagi aku masih baik-baik saja," jawab Lavia.
"Aku melakukannya dengan sangat terencana dan tak ada siapa pun yang terlibat kecuali aku dan Becca saja," lanjut Lavia.
Fred terdiam dan tak menanggapi ucapan Lavia.
"Kakek tak akan suka kau seperti ini," ucap Fred.
"Tidak mungkin. Kakek adalah pendukungku nomer satu," sahut Lavia.
"Seharusnya kau melanjutkan keinginan kakek untuk menyelesaikan kuliahmu di Australia," kata Fred.
"Aku tak butuh itu saat ini. Otakku akan terganggu jika Sammy belum kutemukan," jawab Lavia.
"Apa yang akan kau lakukan padanya jika kau menemukannya?" tanya Fred khawatir.
"Entahlah, belum kupikirkan," jawab Lavia.
TOK TOK TOK...
Terdengar ketukan dari pintu kamar Lavia.
"Aku akhiri obrolan ini, Paman. Bye," kata Lavia dan menutup teleponnya.
Lavia mengambil kacamatanya dan menggelung rambutnya lalu beranjak dari ranjang dan berjalan menuju pintu.
CEKLEK ...
"Ada apa, Bibi?" tanya Lavia melihat ke arah Bibi Rosa.
"Ada teman Tuan Rocco dan ingin menemui anda," ucap Rosa.
"Siapa?" tanya Lavia berharap bahwa itu adalah Sammy.
"Entahlah, dia seorang wanita dan aku belum pernah melihatnya," jawab Rosa.
"Baiklah, aku akan mengambil sweaterku dulu," sahut Lavia dan mengambil jaket rajunya yang disampirkan di kursi sofa.
Lavia berjalan ke arah ruang tamu dan melihat ke arah wanita yang ingin menemuinya.
"Ya, ada apa?" tanya Lavia melihat wanita dengan penampilan elegan itu.
Wanita itu melihat ke arah Lavia dan memandanginya dari ujung kaki ke ujung rambutnya.
"Kau melihat sesuatu yang aneh dariku?" tanya Lavia melipat tangannya di depan dada.
"Apakah kau adik Sammy?" tanya wanita itu.
"Ya, ada masalah?" Lavia bertanya balik.
Wanita itu mengerutkan keningnya.
"Kau Becca?" tanya wanita itu lagi.
Lavia melihat tajam ke arah wanita itu.
"Siapa kau?" tanya Lavia.
"Aku Maryla -- teman Sammy dan kami cukup dekat di perusahaan. Aku, Rocco dan Sammy berteman. Aku tanya sekali lagi, apakah kau Becca?" tanya wanita serius.
"Aku Lavia. Apa saja yang kau tahu tentang Sammy? Kau pasti tak tahu tentang aku, kan? Karena kami berasal dari ibu yang berbeda," dalih Lavia dengan sikap tenangnya.
"Kau pikir aku akan percaya begitu saja?" tanya Maryla.
Lavia tertawa pelan.
"Bawa Sammy menemuiku jika kau bisa. Dia yang akan menjelaskan semuanya nanti," ucap Lavia.
"Kau kemari karena ingin mendekati Rocco, bukan? Dan kau memakai nama Sammy untuk tinggal di sini," jawab Maryla.
Lavia tertawa mendengar ucapan Maryla yang sangat di luar ekspektasinya.
"Ya Tuhan, jadi kau cemburu aku tinggal di sini dan menuduhku ingin menggoda Rocco, begitu?" sahut Lavia dengan tawanya.
"Kau menyukai, Rocco? Oh my ..." lanjut Lavia yang masih tertawa karena hal ini.
Sama sekali tak terlintas di benaknya untuk menggoda pemilik apartemen ini. Target utamanya hanya Sammy dan dia akan pergi dari apartemen ini setelah menemukan Sammy.
"Kau pikir ini lucu? Aku akan mengatakan pada Rocco tentang semua ini. Kau bukanlah adik Rocco dan kau menyamar hanya untuk mendekati Rocco. Aku sangat hafal otak matrealistismu itu. Kau mengincar harta keluarga Robert, kan?" sahut Maryla.
"Robert? Siapa Robert?" tanya Lavia dengan mengerutkan keningnya karena memang tak mengerti apa maksud Maryla mengatakan tentang keluarga Robert dalam pembicaraan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
JanJi ◡̈⋆ⒽⒶⓅⓅⓎ😊
Calon kluarga mu Livia🤣🤣
2024-09-28
0
Edah J
Aku selalu klik jempol
dan tak pernah tak klik👍👍👍
ya karena bagus 😁
2024-02-13
4
Lily Mailiza
/Rose/
2024-01-31
0