FROM ROOMMATE TO SOULMATE
LavCo 1
"Jual semua saham milik kakek dan punyaku," ucap Lavinia Xerses pada asisten kakeknya.
"Anda tak melanjutkan kuliah anda, Nona Lavia?" tanya Fred.
"Tidak, aku akan pergi ke Amerika," jawab gadis cantik itu dengan wajah datarnya.
"Dalam seminggu ini paman harus menjual semuanya agar aku bisa secepatnya pergi ke Amerika," lanjut Lavia.
"Aku tak menemukan Becca di mana pun dan dia sepertinya sudah kabur ke luar negeri," ucap Fred.
"Aku tak peduli lagi padanya," jawab Lavia dan beranjak dari kursi kebesaran kakeknya.
"Cepat urus saham itu dan jual semua aset kakek yang tersisa. Semoga Paman Fred bisa menjalankan perusahaan ini dengan baik," kata Lavinia.
"Aku ikut sedih dengan semua apa yang terjadi," ucap Fred.
Wanita cantik berambut panjang itu tampak tesenyum saja dan keluar dari ruangan kantor sang kakek.
Tampak beberapa pegawai menunduk hormat padanya. Lavia pun menyunggingkan senyumnya pada para pegawai.
Sesampainya di dalam lift, senyumnya menghilang dan matanya menerawang tajam.
"Kalian pikir bisa lepas dariku? Aku akan mencari kalian hingga ke ujung dunia sekalipun," gumamnya pelan.
*
Tiga hari kemudian ...
"Ini tiket anda dan alamat Samuel," ucap Fred memberikan amplop pada Lavia.
"Apakah anda yakin dengan hal ini, Nona?" tanya Fred.
"Hmm, Paman jangan khawatir. Aku bisa menjaga diriku di sana," jawab Lavi tersenyum.
"Dia tak ada di sana dan anda tahu hal itu," kata Fred.
"Justru itulah aku harus ke sana untuk mencari ke mana dia pergi," jawab Lavia.
"Hubungi aku jika butuh bantuan apa pun," ucap Fred.
"Ya, tapi selama uangku masih melimpah maka aku akan baik-baik saja, Paman," jawab Lavia.
"Apakah kau akan menetap di sana setelah menemukannya?" tanya Fred.
"Mungkin saja," jawab Lavia.
Fred tersenyum dan memegang tangan Lavia sebelum gadis itu pergi ke bandara.
*
New York, Amerika.
TING TONG ...
Terdengar bunyi bel di pintu apartemen mewah milik Rocco Robert.
Rocco beranjak dari sofanya dan menuju ke arah pintu depan.
CEKLEK ...
Rocco membuka pintu dan melihat seorang wanita dengan penampilan kuno dan kaca mata besarnya yang hampir memenuhi wajah kecilnya. Rambut coklatnya di kepang dua dan pakaiannya hanya menggunakan dress panjang sebetis dengan dipadukan sweater besar berwarna coklat.
Wanita itu membawa sebuah koper besar berwarna hitam.
Mata biru di balik kacamata itu melihat ke arah Rocco.
"Siapa kau?" tanya Rocco yang merasa tak mengenal wanita yang ada di depannya itu.
Wanita itu tersenyum lebar dan mengulurkan tangannya pada Rocco.
"Halo, aku Lavia, adik Samuel. Dia tinggal di sini, kan?" tanya Lavia.
"Dia sudah pulang ke Inggris beberapa minggu yang lalu," jawab Rocco.
"Dia tak pulang ke rumah, maka dari itu aku mencarinya kemari. Sudah sebulan dia tak memberiku kabar, jadi aku merasa sangat khawatir dan terbang ke New York untuk menemuinya," jawab Lavia.
Rocco mengerutkan keningnya.
"Dia hanya sementara tinggal di sini karena apartemennya sudah dijual tiga bulan yang lalu dan dia akan kembali ke Inggris serta menetap di sana. Jadi selama beberapa bulan dia tinggal di sini sampai akhirnya pulang ke Inggris beberapa minggu yang lalu," jawab Rocco.
"B-begitukah? Aku tak mengenal siapa pun di kota ini dan dia hanya memberiku alamat ini saja," ucap Lavia dengan wajah lugunya yang tampak panik.
"Tinggallah di sini untuk sementara dan kamarnya masih belum kubereskan sejak dia pergi dari sini," jawab Rocco.
Rocco tak tega mengusir gadis culun itu meskipun sebenarnya dia cukup enggan mengizinkan orang asing untuk tinggal bersama di apartemennya.
"Apakah itu tak masalah?" tanya Lavia dengan mata lebarnya.
"Tentu saja tidak. Kau adik temanku dan tak mungkin aku membiarkanmu pergi seorang diri di kota yang tak kau kenal ini," jawab Rocco tersenyum tipis.
"Masuklah," ucap Rocco.
"Terima kasih," sahut Lavia dengan menunduk berkali-kali pada Rocco.
"Santai saja. Aku antar kau ke kamarnya dulu. Mungkin kau butuh istirahat," kata Rocco.
"Terima kasih, Tuan," jawab Lavia tersenyum.
Lalu Rocco mengantarkan Lavia ke kamar yang kemarin sempat ditempati oleh Samuel.
"Istirahatlah," ucap Rocco ketika membuka kamar itu.
"Terima kasih," ucap Lavia lagi.
"Hmm, aku tinggal dulu. Aku ada di ruang tengah jika kau butuh sesuatu," kata Rocco.
"Siapa nama anda, Tuan?" tanya Lavia.
"Aku Rocco. Tak perlu memanggilku tuan," jawab Rocco dan berbalik pergi menuju ruang tengah lagi untuk melanjutkan pekerjaannya.
Lavia menyunggingkan senyumnya dan menutup pintu kamar lalu menguncinya.
Mata wanita itu tampak mengamati kamar yang berukuran 10x10 meter persegi.
"Apartemen yang sangat mewah," gumam Lavia berbisik.
Lavia menaruh kopernya di dekat sofa dan mulai membuka lemari satu persatu.
Tak menemukan apa pun, Lavia beralih ke walk in closet dan tak ada satu pun barang di sana.
Dalam hati Lavia mengumpat kesal dan kembali menuju ke arah ranjang. Dia memeriksa meja nakas dan hasilnya pun nihil.
"Dia tak akan menyembunyikannya di sini dan dia juga pasti akan membawanya," gumam Lavia berbisik.
Wanita itu kemudian duduk di atas ranjang dan membuka kaca mata besarnya.
Dia membuka kepangan rambutnya dan memijat kepalanya yang gatal dan pegal akibat kepangan itu.
Rambut panjangnya terurai indah dan dia merebahkan tubuhnya di atas ranjang itu.
Tangan kanannya membuka kaos kaki putih yang dipakainya dan membuangnya ke atas karpet.
"Sembunyi di mana kau, Kakakku tersayang?" gumam Lavia.
"Aku akan mencari tahu ke kantornya," Lavia bermonolog.
Tak lama kemudian matanya menutup karena merasa lelah dengan perjalanan jauh yang baru saja di lewatinya.
*
*
TOK TOK TOK ...
Ketukan di pintu kamar membuat Lavia terbangun dan membuka matanya.
Kamar terlihat sangat gelap dan dia baru menyadari bahwa ini sudah masuk waktu malam.
Lavia beranjak duduk dan menggelung rambutnya asal-asalan lalu memakai kaca mata dan berjalan cepat menuju ke arah pintu.
CEKLEK ...
"Ini sudah waktunya makan malam. Ayo kita makan malam bersama," ucap Rocco.
Lavia yang baru bangun tidur mengusap-usap matanya di balik kaca mata besar itu.
"Terima kasih, tunggu aku akan mencuci wajahku dulu," jawab Lavia tersenyum.
Rocco mengangguk. "Aku tunggu di meja makan," ucap Rocco.
Lavia mengangguk dan kemudian Rocco pergi dari sana.
Lavia menutup kembali pintunya dan menuju ke kamar mandi.
Wanita itu merapikan rambutnya dengan mengikatnya membentuk ekor kuda.
Setelah itu, Lavia mencari kaos kakinya dan memasangnya kembali karena kuku kakinya terlihat mencolok dengan hiasan manik-manik dan cat kuku berwarna merah menyala.
Kemudian wanita itu pun keluar dari kamar dan menuju ke area ruang makan yang ada di dekat ruang tengah dan dapur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Opi Sofiyanti
aku tuh bc ini udh lama, tp wkt itu nge gantung kl g salah.... jd aku lp2 inget ama jln crt nya
2024-11-12
0
CikCintania
mampir d sni pula🤭🤭
2024-09-28
0
Nur Bahagia
Betty Laveaaa 🤭
2024-07-27
1