Malam pengantin pun lewat begitu saja. Sebelum subuh, seperti biasa Sarah sudah bangun. Wanita muda itu lalu duduk dengan pandangan mengitari kamar. Netranya menatap ke arah sofa di mana pria yang kemarin baru saja resmi menjadi suaminya itu tidur.
Mata Sarah membulat ketika menyadari kalau di sana sudah tidak ada lagi sosok yang dia cari.
"Jadi mas Farel sudah bangun. Kemana mas Farel pergi?" gumam Sarah.
Tiba-tiba pendengarannya menangkap suara dari dalam kamar mandi. Sarah langsung menoleh ke arah kamar mandi.
"Hhmm, jadi mas Farel sedang mandi. Ah, malunya aku tidak bangun lebih dulu," gumam Sarah.
Tiba-tiba. Ceklek. Pintu kamar mandi terbuka lalu muncullah suaminya dari balik pintu dengan sudah berpakaian lengkap. Tanpa sengaja, pandangan mereka bertubrukan. Sarah buru-buru memalingkan wajahnya.
"Kalau mau sarapan bareng, mandilah!" titah Farel pelan.
"I-iya," jawab Sarah lirih lantas bangkit dari duduknya.
Wanita itu lalu mengambil pakaian yang ada di dalam koper lalu membawanya ke kamar mandi.
Maafkan aku, Sarah. Aku masih belum bisa untuk menyentuhmu. Farel membatin.
Setelah Sarah selesai mandi dan sholat subuh, mereka lalu turun ke bawah untuk sarapan bersama yang sudah disediakan oleh pihak hotel. Mereka pun bertemu dengan pasangan pengantin yang lainnya.
Sarah bisa melupakan sedikit kesedihannya saat bertemu dengan teman-temannya yang lain. Fanny, Maya, Safa, Zahra, Rani dan Cahya . Mereka pun duduk satu meja lalu sarapan bersama sementara para suaminya duduk di meja yang berbeda.
Setelah sarapan, mereka mengobrol sebentar. Farel lebih banyak diam saat mengobrol bersama ustad-ustad lain. Setelah selesai, salah satu dari ustad mengajak mereka untuk jalan-jalan namun Farel menolak dengan alasan dia sedang lelah.
"Maaf ya, saya tidak ikut kalian. Saya lelah sekali ingin istirahat," tolak Farel halus.
Ustad dan ustadzah yang ada di sana hanya bisa tersenyum simpul. Mereka berpikir kalau Farel kelelahan setelah malam pengantin mereka.
"Cie, berapa kali semalam sampai suami kamu kelelahan begitu?" tanya Fanny sambil berbisik di telinga Sarah seraya menyenggol lembut bahu sahabatnya itu.
Sarah menoleh ke arah Ustadzah Fanny namun tatapannya terlihat kosong dan hampa hingga ustadzah Fanny merasakan keanehan. Sarah juga tidak menjawab apa-apa dari pernyataan Fanny. Setelah itu, Farel mengajak Sarah untuk kembali ke kamar mereka.
"Ayo, kita istirahat di kamar saja!" ajak Farel lalu menyentuh tangan Sarah.
Sarah kaget namun menurut saja sembari berpamitan pada yang lain.
Saat mereka sudah di dalam lift, Farel langsung melepaskan tangan Sarah. Mereka tak bicara satu sama lain sampai keluar dari lift. Farel pun berjalan lebih dahulu diikuti oleh Sarah di belakangnya. Sampai di kamar pun mereka tidak saling berbicara karena Farel langsung sibuk dengan gawainya sendiri. Sedangkan Sarah duduk di sisi tempat tidur menatap ke cermin kaca.
Apakah aku terlalu jelek untuk seorang Farel? Tanya batin Sarah dengan perasaan nelangsah.
Sementara keenam pasang pengantin baru lainnya sedang menikmati waktu bulan madu mereka dengan berjalan-jalan. Mereka bergandengan tangan mesra dengan pasangan halal masing-masing. Maklum saja, mereka yang selama ini selalu menjaga jarak terhadap lawan jenis, baru merasakan bagaimana indahnya merasakan debar-debar cinta di hati mereka.
Namun ada satu pasangan yang sepertinya tidak terlihat bahagia. Dia adalah Aldo dan Maya. Aldo yang memang sudah lama menaruh hati terhadap Sarah, begitu sangat kecewa saat wanita itu tidak memilihnya di antara ketiga ustad yang berdiri saat Sarah di minta memilih salah satu di antara ustad yang akan jadi suaminya.
Karena hal itulah, Aldo terpaksa memilih Maya karena harapannya untuk membina rumah tangga dengan Sarah sudah kandas. Sepertinya Sarah dan Farel sangat bahagia tadi. Sedangkan aku, sama sekali tidak ada rasa bahagia sedikitpun dengan pernikahan ini. Aldo membatin.
Mereka berjalan-jalan sampai menjelang siang lalu sholat zuhur di masjid yang mereka lewati.
Setelah puas jalan-jalan, mereka lalu kembali ke hotel karena sorenya akan pulang kembali ke pesantren.
***
Mobil jemputan pak Kyai sudah sampai di hotel. Ketujuh pasang pengantin pun bersiap turun ke bawah termasuk Sarah dan Farel.
"Saya harap, kamu bisa menjaga rahasia kita," pinta Farel pelan namun seperti sebuah permohonan.
Sarah yang kaget langsung menghentikan langkah kakinya. Menjaga rahasia rumah tangga kita? Apa maksud mas Farel bicara seperti itu. Apa mas Farel takut ada yang tahu tentang malam pengantin kami?
"Ayo, jalan!" titah Farel membuyarkan lamunan Sarah.
Sarah kembali mengekor suaminya dari belakang. Semua barang di bawa oleh Farel. Sarah hanya membawa tas kecilnya saja.
Tibalah mereka di lobi, setelah menyerahkan kunci kamar pada reseptionis, merekapun lalu keluar menuju mobil yang sudah menunggu mereka. Ada dua mobil yang menjemput ke tujuh pasangan pengantin itu.
***
Tiba di pesantren, ketujuh pasang pengantin baru di sambut oleh seluruh penghuni pondok pesantren tak terkecuali oleh Kyai Agung dan istri, Ustadzah Fatimah.
Bagi pengantin yang memiliki rumah tinggal sendiri, mereka kembali ke rumah mereka atau ke rumah orangtua pasangan masing-masing.
Tinggallah Sarah yang harus tinggal kembali di pesantren karena dengan anak pemilik pesantren.
"Ayo, Sarah. Umi antar kamu ke kamar suami kamu, ya," ajak bu Kyai.
Sarah berusaha memberikan senyum semanis mungkin pada ibu mertua sekaligus wanita yang telah merawatnya sedari kecil. "Terimakasih, bu," sahut Sarah lembut.
"Hhmm, bagaimana setelah mempunyai suami? Pasti menyesal, kan?" tanya bu Kyai yang membuat dahi Sarah berkerut.
Kok menyesal? Maksud bu Kyai apa, ya? Sarah membatin. "Hmm..."
"Pasti menyesal kenapa baru nikah sekarang. Hayo, ngaku?" goda bu Kyai.
Sarah tersenyum getir.
"Nah, ini kamar suami kamu yang sekarang menjadi kamar kamu juga, Sarah," jelas bu Kyai sembari membuka pintu.
"Mi. . ." sapa seseorang dari belakang mereka.
Sarah dan bu Kyai menoleh ke arah sumber suara, "Mas Farel," gumam Sarah.
"Farel. Kamu bikin umi kaget saja," sahut bu Kyai sembari mengusap-usap dadanya.
"Hhmm, maaf, mi. Farel mau istirahat," ucap Farel lirih lantas gegas masuk ke kamarnya.
"Istrimu di ajak loh, nak!" titah bu Kyai.
Sarah menundukkan kepalanya.
"Hhmm, iya, ayo masuk!" ajak Farel acuh tak acuh sambil terus melangkah.
"Farel, kamu itu sama istri yang romantis to, nak," ucap bu Kyai gemas lantas menoleh ke arah menantunya. "Sarah, ayo masuk ke kamar kalian. Istirahat saja dulu, ya!" titah bu Kyai kemudian berlalu dari hadapan Sarah.
Dengan ragu, Sarah masuk ke kamar suaminya. Di lihatnya suaminya sedang berbaring di atas tempat tidur dengan merentangkan kedua tangannya dan dengan mata terpejam. Mungkin semalam tidurnya kurang nyaman karena tidur di atas sofa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Authophille09
holla kak, dua episode udah aku lewatin nih. kuy mampir di "Janji Aksara" kita kenalan sama bang Arka dkk.
2022-11-19
0
Inru
Mungkin ... suatu saat nanti.
2022-09-11
0
Tampan_Berani
Semua berawal dari perjodohan, Sang Ayah terlalu ambisius pada Sang Anak. Pada akhirnya, menantu menjadi korban. Aldo juga salah karena tidak jujur dengan perasaannya 🙂
2022-09-08
5