"Aw, Ma... Sakit!"
"Apa kata Mama, kamu tuh nggak bisa dibilangin, harusnya mau dibawa ke rumah sakit! Malah ngeyel pengen pulang ke rumah!" omel sang Mama, yang masih panik dengan kejadian di angkot tadi. Meskipun begitu, tangannya telaten membersihkan luka di kaki sang anak memakai kain kasa dan betadine.
"Nanti Mama nyuruh tukang urut, kayaknya kaki kamu terkilir."
Rendra hanya bisa mengangguk, pikirannya masih berada di kejadian itu, terutama pada sosok perempuan yang membawa anak kecil. Amanda Putri Titania, pacar semasa sekolahnya dulu. Rendra tidak menyangka akan bertemu dia kembali, terlebih di kota ini.
"Oiya, kamu kenal perempuan di angkot tadi, Ren? Mama sekilas kayak familiar sama dia, tapi siapa, ya?"
"Dia Amanda, Ma."
Mamanya melotot tidak percaya. "Amanda pacar kamu di Bandung itu? Yang putih, cantik dan ramah?"
Rendra mengangguk, respon mamanya terlalu berlebihan.
"Dia udah menikah?" tanyanya, raut wajahnya berubah jutek. "Tau begitu, Mama nggak sapa dia. Amanda yang hampir buat kamu nggak bisa sekolah di luar negeri. Dia kan ngaku-ngaku hamil anak kamu, bener-bener masih bikin kesel kalau ke-inget itu."
Rendra tersenyum kaku. "Udah, Ma. Nggak usah di bahas lagi."
"Bener! Kamu datang ke sini kan buat lanjutin usaha ayah, jadi pokus aja ke karir kamu. Kita lupain Amanda, oke!"
Lelaki berusia 24 tahun yang baru lulus dari universitas terkemuka di luar negeri itu berdiri, memilih untuk meninggalkan sang Mama dengan alasan ingin beristirahat. Padahal, pikirannya benar-benar kacau. Melihatnya dengan penampilan lusuh, lalu naik angkutan umum, jelas Rendra paham kalau kehidupannya jauh berbeda dari yang dulu.
Rendra yang sudah berada di kamar, mengambil sesuatu dari tasnya. Sebuah sepatu bayi yang dibelinya di luar negeri. Ia membelinya secara random, ada sebuah ketertarikan saat melihat sepatu ini dan dia memilih untuk menyimpannya sebagai sebuah aksesoris atau pajangan.
Tangannya beralih ke sebuah foto berukuran kecil, yang terdapat potret dirinya semasa sekolah menengah atas bersama Amanda. Ya, meskipun sudah hilang kabar selama lima tahun, tetapi terkadang hatinya masih memikirkan perempuan itu.
Rendra jadi berpikir, apa tujuan sebenarnya dia ke sini adalah untuk bertemu Amanda dan menebus semua kesalahannya dulu? Ia yakin, pertemuan tadi juga bukan sebuah kebetulan biasa.
****
Ayah Rendra, Rahardi adalah pengusaha sukses di bidang kuliner. Restauran yang mengusung korean food itu sudah punya cabang di mana-mana. Dengan tema kekinian serta instagram able, membuat tempat makan itu banyak dikunjungi. Tentu, Rendra sebagai penerus harus ikut andil dalam bisnis sang ayah. Meskipun, cita-citanya adalah menjadi seorang sutradara. Menurutnya, pendidikannya di luar negeri yang mengambil studi jurusan perfilman itu sia-sia, karena dari awal ayahnya sudah menuntut Rendra untuk menggeluti bisnisnya.
Baru sekitar tiga hari di kota Jakarta, Rendra sudah ditugaskan untuk menjadi manager di salah satu restoran. Kata, ayahnya Rendra harus bisa meningkatkan penjualan, entah dengan cara mulai membenahi kualitas pelayanan karyawan pada pembeli, meningkatkan promosi dalam bentu diskon atau dengan mengganti tema restoran, yang jelas ayahnya ingin Rendra berhasil menjalankan misi ini. Sebab, restauran yang akan menjadi tempatnya berkera berada di tingkat paling rendah omzet penjualannya dibandingkan, cabang-cabang yang lainnya.
"Selamat pagi, semuanya nama saya Rendra Hutama Rahardi. Saya akan menggantikan Pak Andre, sebagai manager baru kalian," ucap Rendra yang sudah memulai meeting, sebelum restauran di buka.
"Saya harap kita bisa bekerja sama dan membuat restauran ini semakin berkembang. Adapun, beberapa aturan yang sudah saya buat: Jangan ada yang terlambat masuk, apalagi karena alasan yang tidak jelas dan tidak masuk akal. Dilarang ada yang bermain ponsel apalagi saat restauran ramai. Dilarang izin mendadak. Dan, yang terakhir ini bukan peraturan tetapi kewajiban. Setiap karyawan sebisa mungkin, harus melayani pelanggan dengan senang hati. Jika sedang ada masalah, sebaiknya tidak di bawa-bawa ke dalam pekerjaan. Mengerti?"
"Mengerti, Pak."
"Jika saya mendapati komplen apalagi tentang pelayanan, siap-siap mendapat SP." Setelah mengucapkan itu, Rendra menutup meeting dan menyuruh karyawan bersiap.
Namun, tiba-tiba kedatangan seseorang membuat Rendra mengurungkan niatnya untuk kembali ke ruangan-yang memang sudah dipersiapkan khusus manager-tangannya terlipat di dada, tatapannya tajam.
Ia tampak dicegat oleh temannya, mereka berbicara sesuatu. Bukan hanya Rendra yang terkejut melihat wajahnya, tetapi dia juga.
Ini, benar-benar bukan kebetulan! ujarnya dalam hati.
Rendra melirik karyawan lain yang sudah sibuk ke tugas masing-masing. Oke, ia harus profesional.
"Kamu!" tunjuknya pada perempuan itu. "Ikut ke ruangan saya!"
****
Amanda benar-benar sudah terlambat, gegara Azka yang menangis tidak mau di tinggal. Ia kira tidak akan kena marah. Sebab sudah hal biasa, senior-seniornya yang lain sering telat bahkan hampir lewat tiga puluh menit.
Namun, untuk hari ini Amanda kurang update di grup WA, kalau ternyata manager sudah diganti. Dan, yang lebih mengejutkan itu adalah Rendra. Baru kemarin ia bertemu dengan lelaki itu, sekarang dipertemukan kembali. Huh, Amanda rasanya ingin hilang saja.
"Maaf, Pak. Anak saya menangis minta ikut," ucap Amanda yang sudah berada di ruangan itu, kepalanya menunduk. Bukan karena takut, tetapi terlalu sakit jika harus melihat wajahnya lagi.
"Kenapa kamu kerja di sini?" tanyanya dengan nada tiba-tiba khawatir. "Seharusnya jika punya balita, kamu sebaiknya tidak perlu bekerja. Kasihan anak kamu, Amanda. Dengan siapa dia di rumah? Di mana suamimu? Apa dia tidak bekerja?"
"Itu bukan urusan Bapak, yang terpenting saya tidak akan melakukan hal ini lagi. Saya berharap Pak Rendra, memaafkan saya." Amanda tidak menjawab, lalu hendak melangkah meninggalkan tempat itu. Tetapi, Rendra tidak membiarkan begitu saja, sebab pertanyaannya belum terjawab.
"Amanda, jawab dulu pertanyaan ku!"
"Pak Rendra!" Amanda mencoba untuk menghempaskan tangan Rendra dari lengannya. "Jangan sampai ada yang melihat kita. Anggap, kita tidak saling mengenal, saya mohon. Saya sudah bersuami, Pak. Dan teman-teman saya di sini mengetahuinya. Saya tidak mau sampai ada fitnah."
"Oke." Rendra melepaskan tangannya. "Tapi, jawab pertanyaanku."
"Apa yang ingin bapak ketahui?" ucap Amanda sebenarnya malas berhadapan terlalu lama dengan Rendra.
"Kenapa kamu bekerja?"
"Intinya, setelah kesalahan fatal itu terjadi, kehidupan saya nggak sebaik apa yang kamu pikirkan."
"Kamu-" Rendra seperti ragu untuk melanjutkan ucapannya. "Mempertahankannya?"
Amanda kali ini menatap mata Rendra, dia harus berani meskipun sakit. "Untuk apa? Bukankah, kamu sendiri yang bilang untuk membuangnya?"
"Saya permisi."
"Amanda!" teriakan itu diabaikan, Rendra menggeram menyesal. Seharusnya, ya, seharusnya Rendra tidak bertemu dengan keadaan Amanda yang seperti ini. Harusnya perempuan itu menjadi seorang pelukis terkenal, dengan karir cemerlang. Bukankah, jika begini rasa bersalah yang menumpuk di hatinya semakin besar? Rendra bingung, bagaimana cara menebusnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Nirma Irma Akmal
😭😭😭😭😭😭😭😭
2022-09-10
1