eps 4 Meminta restu

"Kita berangkat pak?"

"Iya, ayo jalan." Perintah Huzaifi dengan datar.

"Nona nara bisakah katakan dimana rumah anda?" Tanya sekretaris Hans dengan ramah.

"Perumahan cindakia memasuki gerbang emas pak." Jawab Nara dengan sedikit tersenyum.

"Oh baiklah, terimakasih. " Ujar sekretaris Hans.

Nara hanya melihat luar jendela mobil yang terlihat kendaraan yang begitu ramai hingga membuat kemacetan yang panjang, tanpa sadar mereka tiba di tujuan

"Terimakasih telah mengantar saya pulang." Ucap Nara berterima kasih.

"Sama-sama, saya pamit pulang dulu, masuklah diluar sangat dingin." Titah Huzaifi dengan sedikit lembut.

"Iya." Ucap Nara dan hendak membuka pintu namun tantenya telah membuka pintu terlebih dulu.

"Baru pulang? gimana dengan laki-laki itu?" Tante bertanya dengan penasaran.

"Assalamualaikum tante." Sapa Huzaifi mengucap salam dengan ramah. Pandangan Tante beralih seketika kepada huzaifi dengan terkejut dan kagum.

"Perkenalkan saya huzaifi, pacarnya nara." Huzaifi memperkenalkan dirinya. Berusaha untuk terlihat baik dan meyakinkan.

Dengan santai tidak terlihat aktingnya hingga membuat mereka tertipu.

"Pacar?" Tanya tante terkejut tidak percaya.

"Benar, maaf karena baru bisa datang sekarang dan tidak menghadiri pemakaman kedua orang tua nara, saya sangat meminta maaf." ungkap Huzaifi seolah menyesal.

"Jika Anda pacarnya seharusnya anda berada di sisi nara disaat nara membutuhkan anda." Cecar tante seakan marah dan kecewa.

"Karena itu saya ingin meminta restu tante untuk menikahi nara, saya tidak bisa melihat nara sedih lagi, saya ingin berada disisinya hingga menua, orang tua saya akan datang akhirnya pekan ini." Jelas Huzaifi dengan santai.

"Ha .. lihat nanti saja jika saya ada waktu." Ucap tante lalu pergi meninggalkan mereka yang masih di pintu.

"Baik tante kalau gitu saya pamit." Jawab Huzaifi sedikit teriak dan menahan kesal.

Kemudian dia melihat nara dengan tersenyum. "Kamu harus istirahat, pasti kamu lelah, aku pulang dulu, assalamualaikum". Kata Huzaifi pamit lalu pergi.

Melihat cara huzaifi yang begitu santai dan tenang membuat nara lupa bahwa itu adalah akting pria itu untuk membantunya.

"Dia udah pergi nggak usah di lihat terus, hei... kenapa nggak kamu bilang kalau kamu punya pacar?" Tanya tante dengan kesal.

"Bukannya itu memudahkan rencana tante supaya aku bisa sesegera mungkin untuk keluar dari rumah ini?" Ujar Nara dengan dingin.

"Sudahlah, tante males ladenin kamu, oh iya hari ini keluarga tante datang, kamu nginap diluar aja deh." Pinta Tante sambil mengusir.

"Tapi"

"Enggak ada tapi-tapi." Tante memaksa nara keluar dari rumah dan pintu langsung ditutup begitu saja, nara bingung harus kemana karena tidak mungkin dia kembali kerumah kedua orang tuanya, karena dirinya belum siap untuk melihat kenangan bersama kedua orang tuanya.

Setelah selesai mengantar nara, huzaifi memutuskan untuk membicarakan pernikahan tersebut kepada kedua orang tuanya.

"Mah, pah aku mau nikah." Ujar Huzaifi meminta restu.

"Serius nak?" kedua orang tuanya saling menatap seakan tak percaya.

"Iya mah, aku capek harus dijodohkan terus menerus." Keluh Huzaifi merasa lelah karena perjodohan.

"Ya sudah, kapan kita datang kerumahnya?" Mamah bertanya dengan tidak sabar.

"Dia masih sekolah kelas XII, dia yatim piatu, orang tuanya meninggal karena kecelakaan aku ingin bersamanya, membantu dia untuk menggapai cita-citanya." Huzaifi menjelaskan tentang Nara.

"Kasihan sekali, lalu dia tinggal dengan siapa?" Mamah kembali bertanya dengan rasa bersimpati.

"Dengan tantenya mah, tapi tantenya keberatan dengan kehadirannya."

"Ya sudah kita segerakan pernikahan ini." papah mengusulkan pendapatnya.

"Mamah sependapat dengan papah." Tambah mamah memperjelas.

"Tapi ada syaratnya mah pah, jangan ada yang tau pernikahan ini karena aku takut dia dibully temannya bagaimanapun juga dia anak baru di sekolahnya." Huzaifi meminta untuk merahasiakan pernikahannya.

"Kamu tenang saja." Ucap papah menyetujui permintaan putranya.

"Makasih mah, pah". Ujar Huzaifi tersenyum tipis.

Adetra masih sibuk dengan kafenya yang ramai dengan pengunjung, hingga membuat dirinya kelelahan.

"Adetra, seharusnya kamu istirahat, belajar untuk persiapan kuliah." titah pacarnya.

"Iya aku tau kok kak, gimanapun juga aku harus melihat kafe, setidaknya sekali seminggu."

"Kok bisa sih aku punya pacar yang keras kepala gini?" Keluhnya.

"Kak reyhan, kalau kamu muak sama aku katakan." Ujar Adetra merasa kesal.

"Ini yang nggak bisa aku ninggalin kamu karena kamu terlalu manis." Reyhan mencubit pipi adetra sambil merapikan barang-barang yang berserakan dimeja dan membersihkannya.

"Aku pulang dulu." pamitnya kepada Reyhan sembari merapikan meja yang sedikit berantakan

"Ya uda yuk aku antar." Tawar Reyhan sambil membantu merapikan yang tersisa.

"Enggak usah kak, kalau ketahuan kak huzaifi aku bisa diamuk, lagian kakak harus selesaikan kerjaan yang tertunda itu, nanti klien kakak ganti pengacara loh." Ejeknya Adetra.

" Ya sudah, hati-hati dijalan."

"Oke, Babai." Adetra masuk kedalam mobil yang telah menunggunya.

"Kak Ari kita pulang sekarang ya, aku capek banget." Sesekali adetra melihat ke belakang memastikan reyhan sudah pulang, baginya memiliki pacar seorang pengacara sangat mustahil baginya, walaupun dirinya selalu dibully dan ditindas, ia tidak ingin reyhan mengetahui itu semua, jika reyhan mengetahui semuanya pasti teman sekelasnya memiliki masalah hukum dengannya dan kakaknya akan mengetahui dirinya memiliki pacar.

Cuaca yang mendung dan dingin membuat Adetra hanya melihat kendaraan yang padat dan macet dari jendela, namun betapa terkejutnya Adetra ketika melihat nara yang berjalan sendirian disaat cuaca yang tidak bersahabat. "Kak ari berhenti!" Teriak Adetra. Seketika ari menginjak rem mendadak.

"Ada apa?" Dengan terkejut namun ketika ari melihat kebelakang adetra sudah keluar dari mobil.

"Kak nara." Teriaknya sambil sekuat tenaga berlari mendekati nara, dengan wajah sembab dari kejauhan Nara melihat Adetra yang berlari mendekatinya.

"Kakak kenapa? kenapa jalan kaki? kakak nangis? apa terjadi sesuatu?" bertubi-tubi Adetra bertanya dan memeluk nara untuk menenangkannya.

"Kakak mau kemana? biar aku antar ke tujuan." timpalnya kembali bertanya.

"Aku enggak punya tujuan." Terdengar suaranya yang serak basah karena menangis.

"Kalau gitu kakak ikut aku pulang kerumah aja, mamah papah pasti bolehin kok." Adetra meyakinkan nara untuk ikut pulang dengannya.

"Terimakasih." Dengan tersenyum tipis.

"Justru aku yang berterima kasih kepada kakak, karena kakak adalah kakakku." Ujar Adetra dengan tersenyum.

"Kakak udah makan malam? gimana kalau kita makan malam dulu?" Usul Adetra kembali tersenyum dengan mata berbinar.

"Ya sudah, kali ini aku yang traktir kamu!." Ucap Nara tegas setelah menenangkan hati dan perasaannya. Mereka kembali kemobil yang masih terparkir di bahu jalan.

"Kak ari kita makan malam dulu ya baru pulang." Pinta Adetra yang masih memegang tangan Nara dengan erat

"Oke".

Adetra melihat nara yang duduk dengan tatapan kosong, walaupun disekolah bersikap dingin namun nara tetap fokus dengan tujuannya berbeda dengan nara saat ini, lebih banyak merenung dan diam saja.

Episodes
1 eps 1 Bersama ayah
2 eps 2 Teman barunya
3 eps 3 Pertemuan pertama
4 eps 4 Meminta restu
5 eps 5 Dia saudara Adetra
6 eps 6 Aku tidak setuju
7 eps 7 Hanya dia yang bisa
8 eps 8 Solusi dari Nara
9 eps 9 Belajar memanggil mamah
10 eps 10 Drama dari bintang
11 eps 11 Tes DNA
12 eps 12 Memberi semangat untuk ayah
13 eps 13 Sebatas teman
14 Eps 14 Kejadian malam itu
15 eps 15 Bermuka dua
16 eps 16 Bekal makan siang
17 eps 17 Cemburu
18 eps 18 Sah
19 eps 19 tinggal bersama
20 eps 20 Nomor asing
21 eps 21 Seorang kakak
22 eps 22 Kebenaran
23 eps 23 Kecemburuan huzaifi
24 eps 24 Curhatan Adetra
25 eps 25 Dinding yang dingin
26 eps 26 Ciuman bayangan
27 eps 27 Berbahaya
28 eps 28 Senam jantung
29 eps 29 Klarifikasi
30 eps 30 Bertemu laki-laki lain
31 eps 31 Akhirnya
32 eps 32 Untuk nara
33 eps 33 Permintaan Reyhan
34 eps 34 Bertemu dengan rifaldi
35 eps 35 Kekanakan.
36 eps 36 Melarikan diri
37 eps 37 Kebohongan
38 eps 38 Kebohongan part 2
39 eps 39 Keputusan
40 eps 40 Pernyataan nara
41 eps 41 Kondisi nara.
42 eps 42 Awal mula serangan panik
43 eps 43 Pembantu
44 eps 44 Kegelisahan Rifaldi
45 eps 45 Mangga muda
46 eps 46 Kembali bersama nya
47 eps 47 Kedatangan polisi
48 eps 48 Ditahan
49 eps 49 Hanya Reyhan
50 eps 50 Sidang pertama
51 eps 51 Keputusan akhir
52 eps 52 Melepaskannya
53 eps 53 Permintaan terakhir
54 eps 54 Hanya mimpi
55 eps 55 merindukannya
56 eps 56 kebenaran.
57 eps 57 Cantika atau Nara
58 eps 58 Bertemu kembali
59 eps 59 Dia bukan papah
60 eps 60 Kecewa
61 eps 61 Perjuangan nara
62 eps 62 Orang tersakiti
63 eps 63 Pernikahan
64 eps 64 Kesempatan kedua
65 eps 65 Kebimbangan rifaldi
66 eps 66 Cinta bintang yang sepihak
67 Pengumuman
68 67
Episodes

Updated 68 Episodes

1
eps 1 Bersama ayah
2
eps 2 Teman barunya
3
eps 3 Pertemuan pertama
4
eps 4 Meminta restu
5
eps 5 Dia saudara Adetra
6
eps 6 Aku tidak setuju
7
eps 7 Hanya dia yang bisa
8
eps 8 Solusi dari Nara
9
eps 9 Belajar memanggil mamah
10
eps 10 Drama dari bintang
11
eps 11 Tes DNA
12
eps 12 Memberi semangat untuk ayah
13
eps 13 Sebatas teman
14
Eps 14 Kejadian malam itu
15
eps 15 Bermuka dua
16
eps 16 Bekal makan siang
17
eps 17 Cemburu
18
eps 18 Sah
19
eps 19 tinggal bersama
20
eps 20 Nomor asing
21
eps 21 Seorang kakak
22
eps 22 Kebenaran
23
eps 23 Kecemburuan huzaifi
24
eps 24 Curhatan Adetra
25
eps 25 Dinding yang dingin
26
eps 26 Ciuman bayangan
27
eps 27 Berbahaya
28
eps 28 Senam jantung
29
eps 29 Klarifikasi
30
eps 30 Bertemu laki-laki lain
31
eps 31 Akhirnya
32
eps 32 Untuk nara
33
eps 33 Permintaan Reyhan
34
eps 34 Bertemu dengan rifaldi
35
eps 35 Kekanakan.
36
eps 36 Melarikan diri
37
eps 37 Kebohongan
38
eps 38 Kebohongan part 2
39
eps 39 Keputusan
40
eps 40 Pernyataan nara
41
eps 41 Kondisi nara.
42
eps 42 Awal mula serangan panik
43
eps 43 Pembantu
44
eps 44 Kegelisahan Rifaldi
45
eps 45 Mangga muda
46
eps 46 Kembali bersama nya
47
eps 47 Kedatangan polisi
48
eps 48 Ditahan
49
eps 49 Hanya Reyhan
50
eps 50 Sidang pertama
51
eps 51 Keputusan akhir
52
eps 52 Melepaskannya
53
eps 53 Permintaan terakhir
54
eps 54 Hanya mimpi
55
eps 55 merindukannya
56
eps 56 kebenaran.
57
eps 57 Cantika atau Nara
58
eps 58 Bertemu kembali
59
eps 59 Dia bukan papah
60
eps 60 Kecewa
61
eps 61 Perjuangan nara
62
eps 62 Orang tersakiti
63
eps 63 Pernikahan
64
eps 64 Kesempatan kedua
65
eps 65 Kebimbangan rifaldi
66
eps 66 Cinta bintang yang sepihak
67
Pengumuman
68
67

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!