Sekretaris Hans menghampiri atasannya yang sedang bergelut dengan kesibukannya yang tiada henti.
"Apa kamu sudah mendapatkan informasi tentang nara?" Tanya Huzaifi ketika melihat sekretaris Hans yang datang menemuinya.
"Sudah saya terima semua informasi tentang nara, nona nara adalah putri tunggal Suparman pemilik perusahaan A yang memegang saham terbesar di perusahaan kita dan kedua orang tuanya meninggal ketika mereka kecelakaan beberapa waktu lalu, saat ini nona nara tinggal dengan tuan suherman yang merupakan adik dari tuan suparman, namun istri beliau tidak begitu menyukai nona nara karena suaminya terlalu memberikan kasih sayangnya kepada nara." Sekretaris Hans menjelaskan sedetail mungkin tentang Nara dan memberikan profil Nara kepada atasannya tersebut, huzaifi melihat profil kehidupan nara sebelumnya ketika bersama kedua orang tua disaat semasa hidupnya.
"Akan tetapi." Sekretaris hans diam sejenak.
"Ada apa?" Tanya Huzaifi dengan penasaran.
"Karena kasih sayang pak suherman yang berbeda untuk anak kandungnya membuat istrinya semakin membenci nona nara, sehingga menjodohkan nara dengan pria yang tidak baik dan suka berjudi " Jelas sekretaris Hans kembali.
"Bagaimana bisa menjodohkan anak yang masih sekolah?" Huzaifi bertanya dengan kesal.
"Ini yang saya dapatkan dari orang suruhan kita." Ujar sekretaris Hans
Huzaifi berfikir sejenak untuk membantu dan menguntungkan juga untuk dirinya sehingga tidak ada yang dirugikan satu sama lain.
.
"Dimana dia akan menemui pria itu?" Tanya Huzaifi sembari menyelesaikan pekerjaannya.
"Di Kafe seni pak." Jawab sekretaris Hans.
"Persiapkan semua untuk menemui nara, hentikan pria itu jangan sampai pria itu menemui nara!" Perintah Huzaifi dengan tegas.
"Baik pak." Jawab sekretaris Hans lalu pergi dari ruangan Huzaifi, dengan sedih Huzaifi kembali melihat foto nara dengan adetra yang terlihat berbeda di handphonenya.
"Maafkan aku tiara, aku harus melakukan ini untuk adetra, selain kamu hanya nara yang bisa membantu adetra disaat kesulitan." Ujar Huzaifi mengambil foto di atas meja sembari mengusap foto tiara.
Jam sudah menunjukkan pukul setengah dua siang, nara ragu untuk menemui pria pilihan tantenya, namun jika tidak melihatnya dahulu kesempatan untuk keluar dari rumah itu akan sulit, setelah sekian lama menimbang nara akhirnya tetap datang ke kafe seni.
"Nara." Seseorang memanggil dengan dingin dari kejauhan, terlihat berbeda dengan pikirannya, orang yang akan bertemu dengannya pria dingin dan kaku namun sangat tampan, nara menghampiri pria tersebut.
"Silahkan duduk." Titah pria tersebut, tanpa ragu nara duduk dihadapan pria dingin tersebut.
"Langsung saja, tanpa basa-basi, nama saya huzaifi." Memberikan kartu namanya dan meletakkannya diatas meja.
"Untuk tujuan saya datang menemui kamu untuk nikah kontrak." Sambungnya kembali. Nara terdiam sejenak mendengar perkataan huzaifi.
"Apa untungnya untuk saya?" Nara bertanya sembari berusaha untuk kuat dan tenang.
"Tentu kamu akan keluar dari rumah itu, bukankah itu yang kamu inginkan?" Jawab Huzaifi tenang dan dingin. Nara terkejut dan matanya terbelalak mendengar perkataan pria dihadapannya bagaimana mungkin ia tau tujuan yang diharapkannya, nara berusaha untuk berfikir sejenak.
"Bagaimana anda tau?" Tanya Nara dengan penasaran.
"Kamu tidak perlu tahu saya tahu dari mana yang jelas ini sama-sama menguntungkan untuk kita berdua bukan?." Jelas Huzaifi dengan menaikkan sebelah alisnya.
"Tapi saya memiliki syarat!" Pinta Nara.
"Katakan." Ucap Huzaifi santai.
"Pertama, saya sedang sekolah dan butuh biaya sekolah, anda harus selesaikan itu hingga saya kuliah, kedua saya tidak ingin diatur kebebasan saya dan jangan ikut campur urusan pribadi saya." Pinta Nara menjelaskan semua persyaratan darinya. Huzaifi hanya menganggukkan kepalanya untuk setuju.
"Tidak masalah, syarat yang saya ajukan pertama, jangan sampai ada yang mengetahui pernikahan ini, teman sekolah atau teman apapun itu, kedua, kamar kita terpisah jangan sesekali kamu akan masuk ke kamar saya, terakhir jangan pernah berharap saya akan jatuh cinta dengan kamu! ingat ikuti dengan baik! jika kamu menemukan pria impian kamu, kita bisa mengurus surat perceraian." Huzaifi menjelaskan semua persyaratan darinya dengan tatapan mata yang tegas. Demi mendapatkan ketenangan nara menyetujui semua syarat yang diajukan huzaifi, walaupun sakit saat mendengar kata perceraian
"Jika kamu ingin segera keluar dari rumah itu, kita susun rencana dahulu, pertama saya harus bertemu dengan orang tua kamu maksud saya ayah kamu, bagaimanapun juga saya harus terlihat baik agar mendapatkan restu darinya." Ujar Huzaifi sambil memainkan handphonenya.
"Itu aku yang akan mengurusnya." Ucap Nara.
"Baiklah, jika begitu pembicaraan kita selesai." Ujar Huzaifi sambil beranjak dari tempat duduknya.
Nara tidak yakin dengan rencana ini, jika dia diam saja tantenya akan melakukan segala cara untuk dirinya pergi dari rumah itu.
"kamu tidak pulang? saya akan mengantar anda pulang." Huzaifi menawarkan tumpangan dengan sikap dinginnya.
"Tidak terimakasih." Jawab nara menolaknya dengan dingin.
"Baiklah saya tidak akan menawarkan untuk kedua kalinya." Ucap Huzaifi lalu pergi begitu saja tanpa ada rasa simpati, nara hanya bisa pasrah dengan keadaan yang sedang dihadapinya.
Nara terus menerus larut dalam keadaan yang memaksa dirinya harus kuat menghadapi segala tantangan yang dihadapi olehnya, dari kejauhan huzaifi melihat nara yang duduk dengan meratapi nasibnya sendiri yang akan menjadi istri kontraknya.
"Sepertinya dia sedang tertekan dengan keadaan yang memaksa dirinya untuk tetap tenang dan berusaha untuk kuat, walaupun sebenarnya dirinya sedang mencari perlindungan." Ujar sekretaris Hans dengan kasihan.
"Sekretaris hans, kamu bisa membaca pikiran orang ya? seolah kamu sudah mengetahui yang di pikirannya." Ejek Huzaifi dengan kesal.
"Maaf pak saya mungkin lancang, bukan kah sudah terlihat dari wajahnya yang terlihat sedang berusaha untuk bangkit dari kegelapan yang menyelimuti dirinya, seperti anda yang tidak bisa merelakan nona tiara". Ungkap sekretaris Hans sedikit menyindir.
Setelah mendengar perkataan sekretaris hans, membuat huzaifi terdiam dan berfikir harus melakukan segala cara untuk membuat nara bisa aman bersama dengannya.
Setelah menenangkan pikirannya, nara mendapatkan pesan dari ayahnya bahwa ayahnya akan keluar kota untuk bisnisnya di kantor cabang, nara sesekali menyeka air matanya yang akan tumpah.
Nara beranjak dari kursinya untuk pulang sebelum tantenya mengomelinya, ketika nara baru keluar dari kafe, mobil hitam berhenti di hadapannya.
"Ayo naik, saya akan mengantar anda pulang." Titah huzaifi tanpa melihat lawan bicaranya.
"Tidak perlu saya bisa pulang dengan taksi." Sahut Nara menolak ajakan Huzaifi. Namun huzaifi tetap membukakan pintu mobil untuk nara karena dirinya tidak suka ada penolakan.
"Ayo naik, tidak mudah saya membukakan pintu mobil untuk orang lain." Ujarnya.
"Saya tidak meminta anda untuk membuka pintu mobil untuk saya." Ungkap Nara tetap menolak, Huzaifi semakin kesal namun tetap menahan amarahnya, sekretaris hans hanya tertawa pelan melihat tingkah atasannya.
"Ayo cepat! banyak orang yang memperhatikan kita."Pinta Huzaifi sambil menarik tangan nara untuk masuk ke mobil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments