📢📢📢 BOM KOMENTARNYA BESTIE 💜
***
"Halo keponakan Bibi yang paling tampan. Kau sedang apa, hem?"
Nania yang baru saja keluar dari dalam kamar langsung menghambur menghampiri Reiden, anak dari kakak pertamanya. Dia dengan gemas menciumi pipi gembul Reiden hingga membuatnya menangis dengan sangat kencang.
"Nania, pelan-pelan. Lihat, Reiden jadi menangis 'kan?" tegur Lusi sambil menghela nafas melihat kenakalan adik bungsunya.
"Ini juga sudah sangat pelan, Kak. Reiden saja yang sengaja mencari perhatian supaya aku dimarahi. Iya 'kan, Rei?" sahut Nania yang malah balik bertanya pada keponakannya yang masih menangis di pelukan bibi pengasuh.
Puas mengganggu sang keponakan, Nania berpindah menghampiri sang kakak yang sedang duduk bersama kedua orangtua mereka sambil membaca majalah. Sembari bertopang dagu, Nania menatap penuh kagum pada sang kakak yang berhasil meraih kesuksesan dalam dua jalur sekaligus, yaitu rumah tangga dan karirnya. Asal kalian tahu saja ya, kakaknya ini telah berhasil membangun sebuah butik yang menyediakan pakaian bayi dan anak-anak yang mana semua pakaian itu di desain sendiri olehnya. Sedangkan kakak ipar pertamanya adalah seorang pembisnis yang sangat sukses. Belum lagi dengan kakak keduanya yang adalah seorang dokter dengan bersuamikan seorang taipan kaya raya dari Jepang. Membuat Nania jadi semakin terdorong untuk mencari sugar daddy agar tidak kalah saing dengan kesuksesan kedua kakaknya.
"Kenapa melihat Kakak sampai seperti itu, hem? Terpesona ya?" ledek Lusi sembari mencolek dagu adiknya yang lancip bak sarang lebah bergantung.
"Sebenarnya tidak, Kak. Aku hanya sedang memikirkan bagaimana cara agar bisa menemukan sugar daddy yang tepat. Kau tahu, Kak Lusi. Jiwa dengkiku seperti meronta-ronta melihat kedua kakakku mempunyai suami yang tampan dan kaya raya. Dan sebagai anak bungsu, tentu saja aku menolak kalah dari kalian. Apapun caranya aku harus menjadi yang paling unggul!" sahut Nania penuh tekad.
Lusi dan kedua orangtuanya hanya bisa menghela nafas panjang mendengar ucapan Nania. Ingin heran, tapi yang baru saja bicara adalah gadis dengan racun berbisa di mulutnya. Sedari masih berada di sekolah menengah pertama, Nania memang selalu mengatakan kalau dia ingin menikah dengan seorang sugar daddy. Padahal jelas-jelas julukan sugar daddy sendiri merujuk pada seorang pria tua yang biasanya di gilai oleh para gadis muda yang haus akan kemewahan. Apakah iya Nania yang cantik ini berniat menikah dengan orang seperti itu? Astaga.
"Sayang, kau tahu bukan kalau orang yang kau sebut sebagai sugar daddy adalah orang yang sudah berumur?" tanya Nita sambil menatap putrinya yang begitu santai setelah menyatakan rasa irinya terhadap kebahagian kakak-kakaknya.
"Tentu saja aku sangat tahu, Ibuku tersayang," jawab Nania. "Memangnya ada yang salah ya dengan sebutan itu? Sugar daddy, bukankah ini sangat menggemaskan?"
"Di bagian mananya yang menggemaskan, hem? Sekarang Ibu tanya. Kau itu sangat cantik, pintar, dan juga berpendidikan. Apakah iya kau ingin menikah dengan seseorang yang bisa kau panggil dengan sebutan kakek? Memangnya nanti kau tidak malu jika menjadi bahan ejekan semua teman-temanmu?"
Nania tercengang dengan mulut terbuka lebar. Dan dia buru-buru menutup mulutnya ketika sang kakak memukul pelan wajahnya menggunakan majalah.
"Jangan terlalu lebar. Nanti lalat bisa masuk kemudian bertelur di dalam mulutmu. Mau?" olok Lusi tak tahan melihat tingkah adik bungsunya. Ada-ada saja gadis ini.
"Kak, apa Kakak mendengar yang barusan Ibu katakan?" tanya Nania seraya menatap lekat pada sang kakak. "Apa Kakak dengar kalau Ibu baru saja menyumpahiku menikah dengan laki-laki tua yang bisa aku panggil dengan sebutan kakek? Kakak dengar itu semua 'kan?"
"Iya, Kakak dengar. Kenapa memangnya?" jawab Lusi.
"Nania, Ayah juga mendengarnya. Dan Ayah sangat setuju dengan yang di katakan oleh Ibumu. Iya kan, sayang?" timpal Luyan mendukung perkataan istrinya. Sekali-kali lah mengerjai anaknya yang kelewat aktif ini. Semenjak dewasa Luyan sudah jarang sekali bercanda dengannya.
"Hah, astaga. Yang benar saja kalian!"
Nania berdiri dari duduknya kemudian bergaya bak seorang model papan atas di hadapan kakak dan kedua orangtuanya. Dia lalu menjelaskan arti dari sugar daddy yang dia maksud.
"Aku? Menikah dengan seorang kakek-kakek? Hah, sampai kiamat pun hal seperti itu tidak akan pernah terjadi Ibu, Ayah, Kak Lusi. Harga diriku bisa terluka sampai ke tulang-belulangnya jika kalian berpikir kalau sugar daddy yang aku maksud adalah seorang pria tua. Kalian salah besar!" ucap Nania sambil berdecak kesal.
"Lho, bukankah memang seperti itu ya arti dari sugar daddy?" tanya Lusi keheranan.
"Ya ampun kakakku sayang. Apa mungkin seorang gadis cantik dan seksi sepertiku mencari pria tua untuk di jadikan pendamping hidup, hah? Aku masih waras, Kak Lusi. Dan sugar daddy yang aku maksud adalah bos muda yang memiliki penampilan begitu menarik. Wajah yang tampan, tubuh yang panas dan atletis, juga dengan aroma tubuhnya yang berbau uang. Bukan malah pria tua yang sudah bau tanah. Bagaimana sih kalian!" jawab Nania sambil menggeleng-gelengkan kepala. Yang benar saja keluarganya ini. Berpikir kalau Nania mengidolakan sugar daddy dalam bentukan pria tua. Astaga, Nania bahkan lebih memilih untuk tidak menikah saja jika mendapat jodoh dengan sugar daddy yang seperti itu. Dia tidak mau.
Lusi terperangah kaget. Sedangkan kedua orangtuanya, mereka tampak menertawakan pemikiran mereka sendiri yang ternyata salah mengartikan tentang sugar daddy yang di inginkan oleh Nania. Sungguh, Nania sangat sulit untuk di tebak.
"Nah, sekarang kalian semua sudah paham kan sugar daddy seperti apa yang aku idam-idamkan? Kak Lusi dan Kak Luri saja mendapatkan suami yang sama-sama tampan. Masa iya aku yang seorang Nania menikah dengan ... iyuuuhhh. Astaga, bulu kudukku sampai berdiri semua gara-gara kalian!" ucap Nania sembari bergidik geli.
"Ya itu bukan salah kami sepenuhnya, Nania. Kan memang benar kalau rata-rata orang mengartikan sebutan sugar daddy sebagai laki-laki tua yang memiliki banyak harta. Jadi wajar saja kalau kami beranggapan seperti itu. Benar kan Ayah, Ibu?" sahut Lusi sambil menahan tawa melihat Nania yang kesal sendiri.
"Benar sekali," jawab Luyan dan Nita serempak.
"Haaahhh, terserah kalian sajalah mau beranggapan seperti apa. Yang jelas sugar daddy yang akan aku pacari nanti adalah pria tampan yang tak kalah kaya dari Kak Gleen dan Kak Fedo. Bahkan jika bisa, aku akan mencari sugar daddy yang seribu kali lebih kaya dan lebih tampan dari mereka. Titik!" ucap Nania sambil berlalu pergi dari hadapan kakak dan orangtuanya. Dia jengkel sekali, serasa kalau harga diri Nania tercoreng gara-gara anggapan salah keluarganya.
Melihat Nania yang pergi sambil bersungut-sungut, membuat Lusi dan kedua orangtuanya jadi tak tahan untuk tidak tertawa. Ada-ada saja kelakuan anak satu itu. Lagipula siapa suruh mengatakan sesuatu yang menjurus pada hal tidak baik. Jadi kena batunya sendiri kan dia.
"Lusi, Nania pernah memberitahumu tidak apakah sekarang dia punya kekasih atau belum? Ibu penasaran sekali," tanya Nita ingin tahu.
"Tidak pernah, Bu. Nania hanya bilang kalau di luar sana ada banyak sekali pria yang mengantre ingin menjadi kekasihnya, tapi dia menolak karena rata-rata dari mereka masih berstatus sebagai mahasiswa. Yah, kita tahu sendiri lah kekasih seperti apa yang dia mau. Sugar daddy, astaga. Rasanya aku geli sekali jika membayangkannya, Bu," jawab Lusi sambil terkekeh lucu.
"Hah, lagipula adikmu itu aneh-aneh saja si, Lus. Entah darimana dia menemukan kosa kata aneh seperti itu. Heran," ucap Nita sambil menghela nafas. "Tapi di antara pria-pria itu tidak ada kan yang ingin menyakiti Nania? Kau paham sendiri lah betapa tajamnya mulut gadis itu. Ibu khawatir ada pria yang sakit hati kemudian merencanakan niat jahat untuk menyakiti adikmu!"
"Aduhhh, Ibu. Yang seharusnya Ibu khawatirkan itu bukan Nania, tapi orang yang ingin menyakitinya. Nania itu kan sangat menggilai seni bela diri, yang ada merekalah yang akan babak belur jika berani macam-macam padanya. Benar tidak, Yah?"
"Entah, Ayah tak bisa menjawab. Pusing," sahut Luyan sambil memijit pinggiran kepalanya. Dia tak tahu harus mengatakan apa tentang putri bungsunya itu. Terlalu bar-bar, tapi juga membanggakan.
Lusi dan ibunya hanya tersenyum saja melihat ayahnya frustasi gara-gara memikirkan kelakuan Nania. Nania memang perempuan, tapi seisi rumah terkadang lupa dengan gendernya karena selain pandai berkelahi, Nania juga adalah seorang gadis yang tidak mempunyai rasa takut pada apapun. Terkecuali Tuhan tentunya. Jadi wajar saja kalau ayahnya sampai tidak bisa berkata-kata lagi setiap kali dimintai tanggapan tentang gadis itu. Lucu sekali bukan?
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Ica Snow Kim
SUGAR DADDY YG NANIA MAKSUD ITU COWOK TAMPAN & KAYA 😅😅😅
2022-11-04
2
Envynoona
sebenarnya masuk ke cerita ini, judul novel sebelumnya apa ya pen baca dulu biar nyambung gtu
2022-10-28
0
✨fr!$@...💞
iri nya ko bikin ngakak 🤭
2022-10-21
0