📢📢📢 BOM KOMENTARNYA BESTIE 💜
***
Di sebuah bandara, terlihat seorang pria tengah berjalan melewati pintu keluar. Pria tersebut memakai kaca mata hitam dan mengenakan pakaian casual sambil menarik satu koper di tangannya. Jovan, itu adalah nama dari pria tersebut. Dia baru saja kembali dari London setelah menyelesaikan study S2-nya di sana.
"Hmmmm, aku rindu udara sejuk di Shanghai. Tapi jika di bandingkan dengan udaranya, aku seribu kali lebih merindukan gadis beracun itu." Jeda sejenak. Jovan kemudian tersenyum sambil menatap lurus ke depan. "Nania, i miss you!"
Enam tahun yang lalu, Jovan terpaksa pergi meninggalkan Nania yang kala itu masih duduk di kelas tujuh sekolah menengah pertama. Dia memilih untuk melanjutkan pendidikan di kota London karena di sanalah kedua sahabatnya berada. Galang dan Luri, kini kedua sahabatnya itu sudah bergelar sebagai dokter dengan lulusan terbaik di universitas mereka. Namun karena Jovan masih belum merasa yakin dengan kemampuannya dalam bidang bisnis, dia memutuskan untuk melanjutkan kembali pendidikannya di London dan merelakan kedua sahabatnya pulang ke Shanghai terlebih dahulu. Dan di sinilah Jovan sekarang, menginjakkan kaki di tanah kelahirannya setelah beberapa tahun merantau di negara orang.
"Selamat datang kembali, Tuan Jovan!" sapa seorang penjaga.
"Terima kasih," sahut Jovan ramah. Setelah itu dia masuk ke dalam mobil, membiarkan penjaga tadi menyusun koper miliknya di bagian belakang mobil.
Sembari menunggu, Jovan membuka akun media sosialnya kemudian mencari satu nama di sana. Sexy_girl, nama yang unik sekali bukan? Tentu saja, karena pemilik nama tersebut adalah gadis yang sudah sejak lama dia sukai. Walaupun Jovan berada di London, dia terus memantau keseharian Nania melalui akun media sosialnya. Dan dari sanalah Jovan mendapat obat penawar rindu karena dia bisa selalu mengetahui aktifitas apa saja yang dilakukan gadis itu di setiap harinya. Sebenarnya bisa saja Jovan menghubungi Nania, tapi dia enggan melakukannya karena merasa hal itu hanya akan mendatangkan rasa rindu yang menggila. Ini tidak baik, dan akan sangat mengganggu fokusnya dalam belajar. Lagipula Jovan selalu yakin kalau Nania bukan tipe gadis yang suka mengumbar acak perasaannya terhadap para pria. Karena apa? Karena Jovan tahu kalau Nania hanya menyukai pria ber-uang saja. Dan dulu sebelum pergi, Jovan sudah lebih dulu di tandai sebagai kandidat utama sebagai calon suami masa depannya Nania. Konyol memang, tapi Jovan sangat amat memegang teguh hal ini. Mungkin saat mengatakan hal tersebut Nania masihlah seorang bocah. Tapi sekarang ... sekarang Nania sudah dewasa. Jadi bukan hal sulit lagi untuk Jovan menunjukkan rasa yang telah di pendamnya sejak dia masih menjadi murid SMA.
"Tuan Jovan, kita langsung pulang atau ...
"Pak, tolong antarkan aku ke alamat ini ya. Ada seseorang yang harus aku temui dulu sebelum pulang ke rumah," ucap Jovan menyela perkataan penjaga sambil memperlihatkan alamat sebuah cafe padanya. Nania-nya ada di sana, dan Jovan bermaksud untuk datang menyapa. Dia sudah tak kuat lagi menahan rindu.
"Oh, baiklah, Tuan. Kalau begitu kita pergi ke sana,"
"Terima kasih,"
Si penjaga segera menyalakan mesin mobil kemudian pergi meninggalkan halaman parkir bandara. Sedangkan Jovan, dia terus melihat postingan-postingan Nania yang memang cukup aktif di media sosial.
"Cantik sekali. Kira-kira Nania masih ingat aku tidak ya?" gumam Jovan sambil mengelus pipi Nania dari layar ponselnya.
Tak berapa lama kemudian sampailah Jovan di depan cafe yang dia maksud. Sebelum keluar, Jovan memastikan terlebih dahulu kalau penampilannya sudah rapi. Setelah itu dia meminta penjaga agar menunggunya di dalam mobil saja. Jovan tak ingin ada yang menggangu pertemuannya dengan Nania.
Huhhfftt, kenapa jantungku berdebar-debar begini ya. Yang akan aku temui kan Nania, bukan malaikat maut. Hufftt, tenang Jovan, tenang, ujar Jovan dalam hati.
Dengan langkah pasti Jovan akhirnya masuk ke dalam cafe. Dia lalu mengedarkan pandangannya, mencari-cari di mana Nania dan kedua sahabatnya berada.
"Aku menemukanmu, Nania," gumam Jovan seraya tersenyum tipis.
Susan yang kala itu tidak sengaja melihat ke arah pintu masuk cafe langsung terbengang dengan mulut ternganga lebar begitu melihat ada seorang pria tampan tengah berjalan menuju ke mejanya. Dia sampai tidak sadar saat Tasya dan Nania bertanya padanya.
"Susan, kau ini kenapa sih. Melihat setan atau bagaimana?" kesal Tasya sambil menatap heran ke arah Susan yang sedang terbengang seperti orang bodoh.
"Tampan sekali," gumam Susan tanpa sadar.
"Siapa yang tampan? Di sini hanya ada kita bertiga, kau jangan menghayal ya!" sahut Nania sambil membuka pesan yang baru saja masuk ke ponselnya.
Susan tak peduli. Dia lalu mengerjap-ngerjapkan mata ketika pria tampan yang dia maksud kini telah berdiri tepat di hadapannya. Bagai terkena sihir, Susan langsung ikut berdiri kemudian mengulurkan tangan ke arah pria tampan tersebut.
"Susan," ucap Susan reflek memperkenalkan diri.
Jovan diam tak menanggapi. Matanya terus tertuju pada Nania yang masih belum menyadari kedatangannya. Sungguh, Jovan benar-benar sangat merindukan gadis ini. Nania-nya kini telah tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat luar biasa cantik. Dan penampilannya sekarang, jangan di tanya lagi. Sangat amat seksi, membuat Jovan jadi tidak tahan ingin segera membungkus dan membawanya pulang ke rumah.
"Nania-Nania, ada pria tampan yang mendatangi kita. Lihat ke depan," bisik Tasya sambil menatap penuh kagum ke arah pria yang sedang berdiri berhadap-hadapan dengan Susan.
Nania yang tadi sedang sibuk dengan ponselnya langsung melihat ke depan begitu mendengar bisikan Tasya. Dia lalu menaikkan satu alisnya ke atas, heran dengan apa yang sedang dilakukan oleh pria tersebut.
"Maaf, Tuan. Kami sudah mempunyai asuransi. Kedatanganmu di sini membuat kedua temanku berubah menjadi seperti orang bodoh. Jadi tolong segeralah pergi dan cari orang lain saja. Ya?" ucap Nania to the point. Dia sudah sangat hafal dengan kelakuan para pencari nasabah asuransi seperti pria ini.
"Apa kabar, Nania?" tanya Jovan sambil mengulum senyum. Gadis ini masih sama bar-barnya seperti dulu. Sama sekali tak berubah, kecuali kecantikan dan bentuk tubuhnya yang menjadi sangat seksi.
Susan dan Tasya terkesiap, mereka heran mengapa pria ini bersikap sok akrab dengan sahabat mereka. Karena penasaran, mereka pun langsung melayangkan tatapan menuntut pada Nania. Bahkan Susan sampai lupa kalau dia baru saja di abaikan oleh pria tampan ini.
"Aku tidak kenal dia kalau kalian mau tahu. Atau mungkin pria ini adalah salah satu dari penggemarku saja," ucap Nania acuh.
"Nania, apa kau sudah lupa padaku?" tanya Jovan lagi. Dia gemas sendiri melihat sikap acuh yang Nania tunjukkan.
"Tuan," sahut Nania dengan cepat. "Apa gunanya dua telinga yang terpasang di samping kepalamu itu, hem? Memangnya tadi kau tidak dengar ya saat aku memberitahu kedua temanku kalau aku itu tidak mengenalmu? Apa perlu aku membuat tulisan besar di keningku supaya kau bisa membacanya?"
"Ternyata kau masih sama seperti dulu, Nania. Beracun, tapi sangat menggemaskan," ucap Jovan. "Mungkin karena kita sudah cukup lama tidak bertemu, jadinya kau tidak bisa ingat siapa aku. Itu wajar, tapi kau harus tahu kalau sedetik pun aku tak pernah bisa melupakanmu. Nama dan wajahmu selalu terngiang-ngiang di dalam kepalaku, Nania. Aku ... sangat merindukanmu!"
Setelah berkata seperti itu Jovan langsung pergi dari sana. Dia pergi meninggalkan Nania yang sedang terheran-heran bersama dengan kedua sahabatnya. Di pertemuan pertama mereka cukup seperti ini dulu. Selain karena Nania yang ternyata sudah lupa padanya, Jovan harus segera pulang ke rumah karena keluarganya sudah menunggu. Yang terpenting Jovan sudah bertatap muka secara langsung dengan gadis pujaannya itu, dan sekarang percakapan singkat ini sudah lebih daripada cukup.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Arlecchino
j
2022-12-15
0
Ica Snow Kim
NANIA MENGIRA JOVAN PENJUAL ASURANSI 😅😅😅
2022-11-04
1
selir jansen༻
🤣🤣🤣🤣🤦🤦🤦 ya ampun naniaaaa
2022-10-22
0