Aku dimana?

Hari masih gelap, hawa dingin mulai menyerangi tubuh Anxin yang masih tertidur pulas tanpa menggunakan selimut. Awalnya dia membiarkan, tetapi dingin semakin menyerang, menimbulkan getaran-getaran kecil di tubuhnya. Terpaan angin terus mengenai permukaan kulit, membuat bulu-bulu halusnya berdiri tegak.

Walau dingin menyerang, tetapi mata masih saja tertutup, seperti enggan terbuka. Disini, rasa kantuk lebih mendominasi daripada siksaan akan rasa dingin yang terus menyarang. Hanya tangan yang bergerak bebas kesana kemari, mencari selimut yang mungkin saja berada di samping.

Selimut belum juga ditemukan, sedangkan dingin semakin menyerang dan tidak bisa lagi ditahan. Mau tidak mau, dengan rasa kesal yang tiba-tiba menyerang, dia memutuskan untuk membuka mata dan mencari selimut. Toh tidak ada gunanya mata tertutup rapat, kalau ujung-ujungnya tidur tetap terganggu oleh dingin yang melanda.

Matanya bergerak kesana kemari, mencari letak selimut yang sejak tadi tidak ditemukan. Decakan pun kembali keluar dari mulut, saat melihat selimut yang ternyata sudah jatuh dan malah menutupi dan menghangatkan lantai berwarna coklat yang ada di ruangan itu.

Tubuhnya kembali bergetar. ‘’Auwh dinginnya ...,’’ ucapnya sambil memeluk kedua lengan. Dengan cepat dia merangkak mengambil selimut.

Tiba-tiba saja, mata yang tadinya masih malas untuk terbuka, langsung terbuka lebar. Spontan dia berdiri, memperhatikan setiap sudut ruangan yang sangat asing baginya. Selimut dan dingin tidaklah menjadi masalah sekarang. Nyatanya, keberadaannya sekarang malah menjadi masalah baru untuknya.

Dia turun dari ranjang dan melangkah dengan pelan. Keningnya mengkerut, tubuh dan matanya berputar, menelisik setiap ruangan yang hampir 90% terbuat dari kayu.

‘’Dimana ini?’’ gumamnya.

Tiba-tiba pintu terbuka lebar. Buru-buru dia membalik badan untuk melihat siapa gerangan yang datang.

Tidak bereaksi apapun, wanita itu masih berdiri diam, menatap pada pria tampan yang dengan gagahnya berdiri di depan pintu yang baru saja terbuka.

Dia terus saja menatap, wajah pria tampan itu seakan tidak asing, seakan pernah melihatnya di suatu tempat.

‘’Omg, dia kan!?’’ tunjuknya pada pria yang kini sedang melihatnya dengan tatapan bingung. Kakinya perlahan melangkah maju, memastikan penglihatannya yang mungkin saja salah.

Semakin mendekat, semakin jelas wajah tampan si pria dan semakin yakin Anxin akan siapa sosok pria itu.

Lengannya dicubit keras, memastikan bahwa dia sedang tidak bermimpi. Benar saja, rasa sakit langsung menyerangnya, artinya sosok yang sekarang ada di depannya benar-benar nyata adanya dan bukan hanya mimpi semata?

Teriakan pun tidak bisa ditahan lagi, kakinya perlahan terangkat, membentuk lompatan-lompatan kecil, sebagai luapan dari rasa senangnya. ‘’Omg mimpi apa aku, sampai bisa bertemu He Tianze?’’ ucapnya kegirangan, karena bisa bertemu dengan aktor papan atas yang menjadi idola banyak wanita. Sebenarnya, dia bukanlah penggemar He Tianze, tetapi, setelah melihat aktor tampan itu secara langsung, dia menjadi histeris sendiri.

‘’Aku sudah melihatmu dan sepertinya kau baik-baik saja!’’ ucap pria itu disertai dengan senyum remeh yang menghiasi wajah tampannya.

pria itu lalu berlalu begitu saja, sedangkan yang ditinggalkan hanya berdiri diam dengan tatapan bingung, bingung dengan ucapan sang aktor yang menurutnya tidak masuk akal.

‘’Apa maksudnya?’’ tanyanya pada diri sendiri.

‘’Apa karena terlalu banyak main drama, sampai terbawa ke dunia nyata?’’ pikirnya, lalu menggeleng dan mendesah, memikirkan tingkah aneh dari aktor tampan itu. Dan satu hal lagi, tiba-tiba saja dia tertawa, saat mengingat pakaian yang digunakan oleh pria itu dan beberapa orang yang tadi ikut dengannya.

‘’Mereka sudah seperti pemain opera saja,’’ ucapnya masih merasa lucu akan penampilan mereka.

Tidak lama, tawanya terhenti, matanya kembali bergerak memperhatikan setiap sudut ruangan.

‘’Ngomong-ngomong aku dimana sih ini?’’ tanyanya kembali bingung akan keberadaannya. Seingatnya, tadi dia sedang tidur di kamarnya, lalu kenapa sekarang bisa ada di tempat asing?

Dia kembali menelisik seisi ruangan, melihat dan meraba beberapa benda yang ada. Tangannya cepat-cepat diangkat, saat menyadari sesuatu yang salah pada dirinya. ''Omg,'' ucapnya, saat sadar akan apa yang sedang dia kenakan.

‘’Kenapa aku menggunakan pakaian seperti ini juga? Apa  …?’’ ucapannya menggantung, mulutnya sudah terbuka lebar, lalu kepalanya celingak celinguk kekiri dan kanan.

‘’Apa aku diculik dan dipaksa menggunakan pakaian seperti ini? Tapi untuk apa mereka menculikku?’’ tanyanya dengan suara pelan, takut si penculik mendengar.

Mulutnya semakin terbuka lebar, pikiran aneh mulai menyerangnya, dia memikirkan siapa yang mengganti pakaiannya. Semoga saja wanita, pikirnya dengan perasaan tidak karuan, takut kalau seorang pria yang mengganti pakaiannya. Secara, tubuhnya kan bukan untuk diekspos pada pria asing.

‘’Aku harus kabur dari sini!’’ Lalu, sambil berjinjit, dia melangkah ke arah pintu dan membukanya sedikit, dia mengintip bagaimana keadaan di luar ruangan.

Kening kembali mengerut, melihat beberapa pria berdiri tegak dengan memegang tongkat panjang di samping mereka, seperti tengah menjaga bangunan itu, jangan lupakan juga pakaian mereka yang seperti seorang prajurit yang mau perang.

‘’Apa-apaan ini, sebenarnya aku dimana?’’ tanyanya. Matanya masih terus memperhatikan.

Seperti seorang pencuri, pintu dibukanya dengan pelan, lalu perlahan membawa langkahnya keluar dari ruangan itu. Dia mengendap-ngendap, matanya terus berputar kesana kemari melihat apa yang ada disekitarnya.

Semakin jauh langkahnya, semakin bingung dirinya. Bagaimana tidak, sejak tadi tidak ada satupun yang memakai pakaian normal dan beberapa diantara mereka juga menyapanya dengan sangat sopan. Lalu untuk apa dia mengendap seperti pencuri sejak tadi?

‘’Sebenarnya aku dimana sih?’’ Dia memutuskan untuk menghampiri seorang penjaga, ingin bertanya dan memastikan secara langsung tentang dimana letak tempat mereka sekarang berada.

Suara tawa bergema memenuhi gendang telinga beberapa pelayan dan pengawal yang berdiri tidak jauh dari Anxin. Wanita itu tengah menertawakan jawaban si pengawal.

‘’Hahahahaha Dinasti Ming, Kerajaan Xing? Kenapa tidak sekalian Dinasti Xia saja?’’ ucapnya masih tertawa keras. Jawaban si pengawal benar-benar sangat lucu untuknya. Masih dengan tawa kecilnya, dia kembali melayangkan pertanyaan pada si pengawal.

‘’Jangan bercanda lagi. Sebenarnya sekarang kita ada dimana?’’ Jawaban si pengawal tetap sama dan itu sukses membuat Anxin berdecak kesal. Wanita itu mulai kesal dengan si pengawal yang menurutnya terus mengerjainya, dengan memberikan jawaban yang tidak masuk akal.

Daripada bertambah kesal, dia memutuskan untuk bertanya pada orang lain, tetapi jawaban yang didapat tetap sama dan itu semakin membuatnya kesal. Sepertinya orang-orang itu sudah saling janjian untuk mengerjainya, pikirnya dengan perasaan kesal yang hampir sampai di ubun-ubun.

Kakinya perlahan melangkah maju, dengan mulut berkomat kamit tidak jelas, merutuki para pengawal dan pelayan yang sudah mengerjai.

‘’Apa-apaan ini?’’ Matanya berputar kesana kemari, melihat pemandangan yang ada di depan mata. Pemandangan gelap dengan beberapa bangunan khas drama kolosal yang biasa dilihatnya di drama.

Bersambung.....

Jangan lupa tinggalkan like dan komennya ya😚

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!