Si penonton dramatis

‘’Anxin … Anxin, kau ingin menonton bersamaku tidak?’’ teriak Feifei masuk ke kamar Anxin, dia langsung mengambil remot tv. Kamar Anxin memang tersedia tv yang berukuran lumayan besar, Anxin membelinya, karena kebiasannya yang sangat suka menonton drama, terlebih drama kolosal.

‘’Drama apa?’’ tanya Anxin bangun dari rebahannya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

‘’Itu loh drama yang sekarang lagi hype banget, drama yang dibintangi He Tianze.’’

Dengan cepat Anxin meletakkan ponselnya, dia langsung mengambil posisi di samping Feifei. Kini, keduanya sudah tengkurap di atas ranjang, dengan selimut yang menutupi tubuh sampai atas kepala mereka, beberapa jenis cemilan dan empat kaleng cola juga sudah disiapkan, lampu kamar juga sengaja dimatikan, agar mereka lebih fokus pada cahaya yang ditampilkan dari layar Tv.

Hampir satu jam menonton, Feifei tidak lagi fokus pada layar Tv. Bukannya apa, pendengarannya sudah terbagi dengan suara tangis Anxin  yang sangat mengganggu indera pendengarannya. Apalagi, saat sahabatnya itu terus dan terus saja membuang air hidungnya.

‘’Hiks … hiks … hiks.’’ Sambil terisak, Anxin mengambil tisu yang tadi sengaja diletakan di sampingnya, matanya tidak bisa lepas dari layar tv yang kini menampilkan adegan yang sangat menyedihkan, menurutnya. Wanita cantik itu terus saja menangis, tanpa menoleh atau memperhatikan wajah wanita di sampingnya, yang sudah nampak kesal padanya.

‘’Menurutku ceritanya biasa saja, kenapa kau sampai menangis tersedu-sedu seperti itu? Inilah yang tidak aku sukai, kau selalu saja menangis untuk hal sepele!’’ Feifei menatap tidak suka pada Anxin yang berulang kali meremas hidungnya yang berair dengan tisu. Tiba-tiba Feifei menyesal, kenapa juga dia harus mengajak sahabat dramatisnya itu untuk menonton bersama? Tahu begitu, lebih baik dia nonton sendiri di kamarnya, walaupun hanya dengan menggunakan laptop.

Begitulah Anxin, dia selalu menangis saat melihat orang menangis, tapi lucunya, hal itu cuman berlaku untuk drama yang ditontonnya, sedangkan dalam kehidupan nyata, dia bahkan tidak akan peduli saat seseorang menangis di depannya dan malah akan berkata. ‘’Jangan lebay deh, hidup itu simple jangan dibawa susah.’’

‘’Apanya yang tidak sedih? Kau saja yang tidak punya hati,’’ jawabnya masih terus terisak, tanpa sama sekali melirik pada Feifei.

‘’Ck bukan aku yang tidak punya hati, tetapi air matamu yang terlalu murahan, sedikit-sedikit keluar. Apa-apa nangis, adegan sedih sedikit aja nangis, lebay banget!’’

‘’Diamlah, kau mengganggu konsentrasiku!’’ protesnya, mulai terganggu dengan suara Feifei yang seperti tengah berlomba dengan suara yang keluar dari tv.

Karena kesal dan tidak bisa fokus lagi, Feifei memilih menyingkirkan selimut dari tubuhnya, dia lalu duduk dan mengambil ponselnya, membiarkan Anxin dengan tangisan dramatisnya.

Setengah jam kemudian, dramanya berakhir juga. Cepat-cepat Feifei berdiri, berjalan diatas meja kecil yang ada di ruangan itu lalu berpindah ke sofa dan menyalakan lampu kamar lagi. Matanya melotot seketika, melihat banyaknya tisu yang berserakan dilantai.

Sambil berkacak pinggang, Feifei membawa pandangannya pada Anxin yang masih terisak di atas ranjang, wanita itu bahkan belum mengubah posisinya dan tangisannya malah semakin kencang.

Feifei kembali melotot, saat melihat Anxin yang dengan santainya kembali melemparkan tisu ke lantai.

‘’Berhentilah menangis, kau terlalu lebay!’’ Feifei geli sendiri, matanya kembali melihat tisu-tisu di atas lantai, niatnya ingin kembali ke kamarnya, tetapi rasa gelinya terlalu besar, dia tidak mau kalau harus menginjak tisu-tisu yang berisi perasaan air hidung Anxin, si penonton dramatis itu.

Bukannya merespon, Anxin malah kembali membicarakan drama. ‘’Aku tidak akan menonton kelanjutan drama itu lagi, terlalu menyedihkan dan takutnya akan berakhir sad ending,’’ ucapnya dengan setengah mengomel. Padahal, dia baru menonton 2 episode dan dia sudah berspekulasi kalau drama itu akan berakhir sad ending, hanya karena episode pembukanya sedikit menyedihkan. Ada-ada saja bukan?

‘’Jangan protes padaku, memangnya aku penulisnya!? Berhentilah memikirkan drama itu dan bersihkan tisu-tisu itu karena aku ingin ke kamarku sekarang juga!’’ Dengan kesal, Feifei menunjuk tisu-tisu yang berserakan itu lalu kembali melayangkan tatapan tajamnya pada Anxin yang nampak cuek, seperti tidak mendengar apa yang tadi disuruhnya.

Dan benar saja, Anxin malah membuang nafas kasar dan kembali membicarakan drama. ‘’Seandainya aku penulisnya ….’’

Saking kesalnya, Feifei mengambil satu kaos putih yang kebetulan ada di ujung sofa, dia lalu melempar kaos itu, hingga mengenai dan menutupi kepala Anxin.  ‘’Dari pada terus memikirkan hal yang tidak penting, lebih baik kau bersihkan dulu semua tisu ini, aku mengantuk, ingin tidur!’’

Sambil berdecak, Anxin menyingkirkan kaos itu, dia menatap tajam Feifei, sebelum balik melemparkan kaos itu, tetapi sayang, lemparannya tidak mengenai target, kaos malah jatuh ke lantai dan menutupi sebagian tisu yang berserakan.

‘’Cepatlah, aku ingin tidur, besok aku harus berangkat lebih pagi.’’ Feifei kembali menyuruh, mau tidak mau, Anxin bangun dari duduknya, dia lebih dulu mengambil kaosnya, sebelum menyingkirkan tisu. Tidak membersihkannya, wanita itu hanya menyingkirkan sebagian tisu, hanya agar Feifei bisa lewat.

Setelah itu, dengan wajah datarnya, dia membungkuk mempersilahkan Feifei untuk lewat, tangannya mempersilahkan seperti seorang hamba yang mempersilahkan nona besar. ‘’Silahkan nona …,’’ ucapnya.

Belum juga Feifei  lewat, badannya sudah kembali diluruskan, dia lalu melirik Feifei dengan ujung matanya dan langsung melangkah menuju ranjang lagi. Membuang tubuhnya di atas ranjang empuk miliknya. Kaos yang tadi dipegangnya, diletakan begitu saja di nakas kecil samping ranjang.

‘’Katanya kau mengantuk!?’’ ucapnya pada Feifei yang belum juga keluar dari kamarnya. Ditariknya guling dan selimut lalu mulai memejamkan matanya. Bukan karena mengantuk. Entahlah, dia hanya ingin memejamkan mata.

Feifei kembali memperhatikan tisu-tisu yang masih berserakan lalu perlahan menurunkan kakinya dari sofa. Setelah itu, dia berlari dengan kaki yang dijinjit dan menutup pintu kamar Anxin dengan sedikit keras. Bukan karena marah, tetapi lebih pada ketidaksengajaan.

Mata Anxin kembali terbuka karena suara pintu. Tidak lama, dari balik pintu yang barusan tertutup muncul kepala Feifei, wanita itu sedang tersenyum pada Anxin yang sepertinya kesal akan masalah pintu tadi. ‘’Maaf, aku tidak sengaja,’’ ucapnya dengan dua tangan yang terangkat, membentuk pose jari V.

‘’Oh ya, kudoakan semoga kau bisa masuk ke dalam sana,’’ ujarnya sedikit menggoda, sambil menunjuk ke arah tv yang masih menyala, setelahnya dia kembali menutup pintu kamar lagi.

Anxin tidak merespon ucapan itu dan malah mengubah posisi berbaringnya, menjadi terlentang. Matanya tertuju pada langit-langit kamar dengan kedua tangannya yang diletakan diatas perut.

Tidak lama, angin yang cukup kencang masuk kedalam kamarnya, melalui cela tirai besi yang ada di jendela. Gorden kamar terus bergerak tidak beraturan karena ulah angin kencang. Setelah angin, turunlah hujan, disertai dengan suara-suara petir yang cukup mengganggu pendengaran. Bukannya takut, wanita itu hanya tidak terlalu suka dengan suara petir yang kadang kala membuatnya kaget.

Dengan malas, dia bangun dari rebahannya, melangkah menuju jendela kamar. Dia terlebih dulu memperhatikan keadaan luar, sebelum akhirnya menutup kaca jendela kamarnya. Setelah itu, dia kembali melangkah menuju ranjang dan kembali berbaring menatap langit-langit kamar. Pikirannya melayang entah kemana, sampai matanya perlahan mulai menutup karena kantuk mulai menyerang dan memaksanya untuk menutup mata hitam bulat dan indah miliknya.

Bersambung.....

Jangan lupa tinggalkan like dan komennya ya😚

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!