CHAPTER 5

Sepanjang malam aku memikirkan kata-kata Rain. Wawasan ku benar-benar terbuka karna penggalan kata-kata nya semalam.

Semalaman pun aku memikirkan tentang less kimia itu. Rasa malu, bimbang, dan tidak percaya diri semuanya bercampur aduk. Aku ingin belajar kimia. Karna aku yakin aku tidak akan bisa belajar sendirian. Dan aku sangat membutuhkan ahlinya.

Jika aku menyewa guru privat di luar itu akan mengabiskan banyak uang, sedangkan aku tidak mau nyusahin Bunda. Dan satu-satunya cara cuma bisa berharap sama Kak Fatha yang mau mengajariku secara suka rela.

Tapi bagaimana cara aku ngomongnya ya? Secara aku kemaren menolak tawaran kakek mentah-mentah.

Aku pun mengumpulkan keberanian untuk datang menemui Kak Fatha. Bagaimana pun caranya aku harus menemuinya untuk meminta bantuannya. Aku masih ingat apa yang dia katakan kemarin bahwa dia akan selalu ada untuk membantu ku. Dan aku yakin dia tidak akan menolak akan keinginan ku yang satu ini. Karna ini juga keinginannya.

Aku merasa agak gugup ketika melewati koridor kelas dua belas IPA. Sebelumnya aku tidak pernah lewat di sini sendirian. Karna koridor ini di penuhi oleh siswa-siswi kelas dua belas IPA saat istirahat ke dua. Dan hal itu wajar saja. Bahkan terjadi pada setiap adik kelas yang merasa sungkan pada kakak kelasnya.

Aku hanya memilih untuk terus berjalan sambil menunduk. Mengabaikan setiap pasang mata yang mungkin kini menatap ku. Aku pun terus berjalan hingga akhirnya sampai di kelasnya Kak Fatha.

Alhamdulillah..

Ternyata Kak Fatha ada di kelasnya. Dia sedang berkumpul dengan teman-temannya yang sedang asyik bercerita. Aku pun menghampiri mereka.

"Assalamu'alaikum!" Ucapku ketika jarak ku agak lebih dekat dengan kelompok tersebut.

Mereka menoleh. Lalu menjawab salamku.

Kak Fatha terlihat kaget melihat kehadiranku. Mungkin dia tidak percaya ada seorang adik kelas yang begitu berani datang ke kelasnya.

"Kak Fatha. Bisa kita bicara? Ada hal yang ingin aku bahas." Ujar ku dengan nada agak kikuk.

Kak Fatha pun agak tersentak, "Oh, bisa." Dia pun beranjak dari tempatnya dan menghampiriku. "Ada apa?"

Aku pun menengok ke arah teman-temannya yang antusias melihat kami berdua.

"Kita jangan bicara di sini."

Kak Fatha pun mengerti.

Kami pun memilih tempat yang agak ramai tetapi aman untuk mengobrol. Dan tempat itu adalah kafe yang ada di depan sekolah kami.

"Nggak masalah nih, Han, kalau kita di sini?" Tanya Kak Fatha yang kelihatan cemas.

"Tenag aja, Kak. Kami biasa, kok, kesini di jam sekolah." Kata ku.

"Kami? Kami siapa?"

"Aku dan teman-teman."

"Oohh.." Sahutnya datar. "Lalu apa yang ingin Hany katakan sampai Kakak diajak kesini?"

"Ini soal less kimia itu, Kak." Ujarku. "Sekarang aku sudah berniat untuk belajar kimia." Adukan ku pada Kak Fatha.

"Ya, kalau begitu bagus dong, Han!" Ucapnya penuh semangat. "Lalu, apa masalahnya?"

Aku pun menundukkan kepala sambil berkata, "Masalahnya aku butuh Kakak untuk mengajariku. Apa Kak Fatha masih mau menolongku?"

Dia pun tertawa. Sekarang aku benar-benar merasa malu. Seharusnya aku memikirkan situasi seperti ini. Benar-benar memalukan sekali.

Dia pun berhenti tertawa. "Tentu saja Kakak akan membantu Hany. Kan, kemarin Kakak bilang kalau Kakak akan selalu membantu Hany."

Mendengar kata-kata itu aku langsung mengangkat kepalaku dan menatap Kak Fatha.

"Beneran, Kak?" Tanyaku dengan semangat.

Dia pun mengangguk.

"Makasih, ya, Kak! Kapan kita mulai belajarnya?"

"Kapan pun Kakak selalu siap." Ujarnya dengan senyum.

...----------------...

Setelah sholat Isya adalah waktu janji ku dengan Kak Fatha. Kami akan belajar di kafe depan sekolah tempat kami bertemu tadi siang. Aku baru saja sampai di antarkan oleh Ayahku.

"Assalamu'alaikum, Ayah. Aku pamit, ya!" Ucapku sambil menyalami ayahku.

"Belajar yang rajin, ya! Nanti Ayah jemput jam 9.30."

"Iya, Ayah." Aku pun pergi menuju pintu kafe.

Sesampainya di dalam aku langsung mendapati Kak Fatha yang duduk di tempat tadi siang kami duduk. Aku pun menghampirinya.

"Harus banget duduk di meja 'nomor 6' terus, Kak?" Tanyaku bercanda.

"Ha-ha. Iya. Soalnya nanti Hany pusing nyariin Kakak kalau Kakak pindah tempat." Kata Kak Fatha.

"Nggak bakalan susah banget, Kak. Keliling aja lima kali pasti dapat."

"Ha-ha. Kamu bisa aja." Kak Fatha pun tertawa.

Sambil mengobrol, aku pun mengeluarkan alat-alat belajar ku dari tas. Aku pun menyusunya di atas meja layaknya di atas meja belajarku.

"Susunannya rapi banget. Kayak meja kantor aja, Han." Ujar Kak Fatha.

"He-he. Aku sudah biasa kayak gini, Kak. Biar belajarnya lebih nyaman aja." Kata ku.

"O-oh." Tuturnya. Tiba-tiba Kak Fatha seperti teringat akan sesuatu. "Ngomong-ngomong kenapa Hany bisa berubah pikiran secepat ini? Kemaren, kan, Hany ngotot banget nggak mau less?" Tanya Kak Fatha.

"Heemm.. Kayaknya aku dapat hidayah, deh. Makanya cepat berubah." Ujarku menggoda Kak Fatha.

"Memangnya benar, ya, dapat hidayah? Kasih tau triknya, dong, biar Kakak dapat hidayah juga." Balasnya.

"He he he.. Sebenarnya aku mendapatkan nasihat bagus dari seseorang. Dia bilang, seharusnya aku tidak boleh membuat banyak orang sedih hanya karna membenci seseorang. Dan nasihat itu berhasil membuat aku sadar akan kebodohan ku selama ini. Makanya aku bertekad untuk mulai memperbaiki semua kesalahan yang telah aku perbuat." Kata ku penuh perasaan.

Kak Fatha tertegun untuk beberapa saat. Mungkin dia terharu mendengar kata-kata ku yang tidak begitu bagus.

"Kak bisakah kita mulai belajar?" Tanyaku.

"Ayo, kita mulai!"

...----------------...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!