Di tengah bercerita tiba-tiba ada seseorang yang datang menghampiri kami. Sekarang aku benar-benar merasa tidak beruntung karena wajah yang hampir tidak ingin ku lihat sekarang berada di hadapanku. Kami semua terdiam menatap wanita itu. Dan menunggu akan hal apa yang ingin dia sampaikan.
"Hany, kepala sekolah ingin kamu segera menemuinya di kantor-nya." Ujar wanita itu.
Aku pun berdiri sambil menatap wanita yang sudah berumur itu. "Baiklah." Jawabku. Aku pun pergi meninggalkan teman-teman ku setelah berpamitan.
Setelah berjalan beberapa menit, aku pun sampai di kantor kepala sekolah. Aku pun mengucapkan salam dan langsung masuk ke dalam ruangan itu. Disana tidak ada orang sama sekali, kecuali seorang laki-laki yang berambut putih dan mengenakan seragam LINMAS-nya.
"Ada apa, Kek?" Tanya ku kepada kakekku selaku Kepala Sekolah sekaligus kepala yayasan SMA Garuda Sakti Pekanbaru.
"Duduklah dulu, Hany. Kakek mau bicara sama kamu."
Aku pun duduk di kursi yang ada di depanku. Dan sekarang aku sudah benar-benar berhadapan dengan kakek. Kakek pun mulai menatapku dengan serius. Aku merasa sedikit gugup. Sejenak aku berpikir, apakah aku membuat kesalahan? Namun, tiba-tiba ucapannya keluar dengan nada lembut. Aku pun merasa tenang sekarang.
"Hany, apa benar kamu tidak tuntas dalam pelajaran kimia?" Tanya Kakek.
Aku pun menunduk dan dilanjutkan dengan anggukan.
"Kenapa lagi? Apa kamu marah sama Bu Mega? Atau sama Kakek?" Lanjutnya.
"Enggak, kok, Kek." Jawabku datar.
"Lalu, kenapa nilai kamu bisa tidak tuntas? Dan juga Kakek dapat informasi dari Bu Mega kamu sering tidur saat kelasnya."
Aku pun mengangkat wajahku sedikit untuk melihat wajah kakek. Dia terlihat senang namun sedih. Aku pun kembali menundukkan kepala. "Dia cerita, ya, Kek. Aku minta maaf, Kek. Aku benar-benar masih belum bisa menerimanya, Kek." Ujarku.
Kakek terdengar menghela napas, "Tidak apa-apa. Kakek bisa mengerti. Tapi, Kakek sarankan kamu jangan begitu lagi. Kalau kamu tidak suka Bu Mega, paling tidak kamu sukai pelajarannya. Kakek tidak mau hanya gara-gara itu prestasi kamu jadi menurun. Jadi, kamu harus usahakan, ya, agar bisa menyukai pelajaran kimia. Karna Kakek yakin kamu pasti bisa. Kakek sangat sayang sekali sama kamu."
Aku pun mengangkat wajahku dan tersenyum ke arah Kakek. Aku benar-benar melihat kasih sayang terpancar di matanya. Aku sangat bahagia karna Kakekku masih kakek yang dulu. Yang selalu menyayangiku setulus hati.
Setelah hampir satu jam berbincang di kantor Kepala Sekolah, aku pun memutuskan untuk kembali ke teman-temanku. Ternyata mereka masih setia menungguku di tempat terakhir aku meninggalkan mereka. Sekarang mereka sedang sibuk memaksaku untuk menceritakan semua hal yang terjadi di kantor Kepala Sekolah. Setelah bersikeras beberapa saat, aku pun bersedia untuk menceritakan semuanya kepada mereka.
...----------------...
Seperti biasanya, setiap kali aku di tinggalkan orang tua ku keluar kota, aku selalu pergi keluar untuk mencari ketenangan. Kalau aku di rumah aku akan bosan hanya berdua dengan Kak Ina selaku Asisten Rumah Tangga-ku. Dia itu masih muda. Umurnya sekitar dua puluh lima tahun. Tapi dia itu sudah jadi janda sejak kematian suaminya beberapa tahun yang lalu.
Dia itu bagaikan kakak buat aku. Dia selalu menjadi temanku kalau sedang di rumah. Sebenarnya ngobrol dengan Kak Ina asyik juga. Tapi, belakangan ini dia selalu sibuk dengan Handphone-nya. Jadi, saat kita ngobrol dia selalu saja tidak pernah nyambung dengan apa yang sedang kita obrolkan. Aku pun mengerti dengan keadaannya. Dan juga terkadang merasa bodoh kalau bicara dengan orang yang sedang dimabuk cinta.
Aku menarik gagang pintu kaca yang ada di depanku. Seketika bau menggoda selera menerobos masuk ke dalam lubang hidungku. Aku pun memilih tempat duduk yang menurutku nyaman, dan yang terpilih adalah sebuah meja yang ada di pojok kafe. Aku pun duduk dan meletakkan barang-barangku di meja. Buku, pena, laptop dan tas sudah memenuhi meja. Setelah itu, aku pun memanggil seorang pelayan untuk memesan minuman.
"Cappucino dengan sedikit gula ya, Mbak!" Ujarku pada pelayanan itu. Setelah memesan, pelayan itu pun pergi.
Aku pun mulai membuka buku kimia yang ada di meja. Membaca bagian pelajaran yang telah ku lewati dalam beberapa bulan belakangan ini. Kalau di lihat pelajaran nya agak susah. Mungkin karna aku belum pernah mengenal pelajaran ini sebelumnya. Aku pun terus membalik setiap kali selesai membacanya. Sesekali aku berhenti untuk mengerjakan soal yang di sajikan oleh buku itu. Aku benar-benar antusias untuk mengerjakannya. Harapannya aku bisa memperbaiki nilaiku demi kakek.
Secangkir Cappucino tiba di mejaku. Baunya sangat harum dan membuatku tidak sabar untuk meminumnya.
"Maaf atas keterlambatannya, Dek. Kami agak sibuk." Ujar si pelayan.
"Oh, nggak apa-apa, Mbak." Ucapku. "Ngomong-ngomong tumben layanannya lambat. Biasanya sebanyak apapun pelanggannya pasti nggak pernah telat. Memangnya ada apa?" Tanya ku dengan penasaran.
"Oh, itu, Dek. Ada yang merayakan ulang tahun anaknya." Pelayan itu menunjuk ke arah bagian tengah kafe.
Aku pun menoleh ke arah yang di tunjukkan si pelayan. Meja itu begitu rameh di kelilingi orang-orang. Sampai-sampai orang yang berulang tahun sama sekali tidak terlihat. Aku kembali menoleh ke arah pelayan, "Makasih, Mbak." Ucapku.
"Iya, sama-sama." Pelayan itu pun pergi dengan membawa napan-nya.
Aku pun kembali fokus pada pelajaran. Beberapa jawaban dari soal yang tadi ku kerjakan sudah tersalin di buku catatan-ku. Aku harus menyelesaikan semua latihan bab dua malam ini. Meskipun aku akan pulang agak larut malam. Sambil mengerjakan soal aku terus menyeruput cappuccino-ku. Rasanya benar-benar membuatku tenang. Rasanya aku semakin bersemangat untuk bergadang.
Merasa sudah lama menghabiskan waktu, aku pun memutuskan untuk melihat jam di laptop-ku. Jam sudah menunjukan pukul sembilan lewat tiga puluh WIB. Aku pun merasa sudah lelah. Akhirnya aku memutuskan untuk menyudahi pelajaranku dan mengemas semua barang-barang ku serta tak lupa meninggalkan uang minumanku di meja.
Aku pun meninggalkan tempat ku duduk sebelumnya dan berjalan menuju pintu keluar. Aku pun menoleh ke arah meja tempat di adakan ulang tahun. Tiba-tiba sepintas wajah kakek ku muncul di sana. Dia tersenyum bahagia bersama istri dan anak tirinya yang ternyata sedang berulang tahun.
Aku memalingkan wajah ke arah yang lain. Berusaha untuk menahan air mata yang sekarang terbendung di pelupuk mataku. Aku benar-benar sedih dan sakit hati. Rasa cemburu dan iri menggejolak di dadaku. Air mataku tidak dapat di bendung lagi. Dia pun meluncur mulus di pipiku yang memanas. Aku sudah tidak sanggup lagi berada di sini dan menyaksikan kejadian yang ada di depanku. Aku pun memilih untuk berlari dan meninggalkan tempat ini.
Aku berlari keluar kafe dengan air mata berlinangan. Aku pun berhenti dan menumpahkan semua emosiku. Sekarang aku merasa sangat lemah dan tidak berdaya. Hatiku sangat hancur saat melihat mereka tertawa bersama. Aku sangat membencinya dan tidak ingin melihat mereka lagi.
"Aku benci! Benci! Benci! Benci!" Teriakku.
Aku pun semakin menangis dengan keras tanpa memperdulikan sekitarku. Namun, tiba-tiba aku merasa pundakku di pegang oleh seseorang. Dia mengelus pundakku dengan lembut untuk membuatku lebih tenang.
"Hany!" Panggilnya.
Aku pun menoleh dan mendapati bobot seorang pria bertubuh tinggi di depanku.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments