Selesai menyelesaikan sarapannya, Anna bersiap pergi ke sekolah, dia tengah mengenakan sepatu, pintu rumahnya terbuka.
Kret!
Tiba-tiba Dina Wen, bibi sebelah rumah, datang dengan terlihat terburu-buru masuk ke rumah, wajahnya sangat cerah, "Anna , ada Joe Han di depan pintu. Dia memakai sepeda baru, katanya dia ingin pergi bersamamu ke sekolah."
Berita hal itu tidak membuat Anna bangun tersipu. Bibi Dina memang selalu suka menjodohkan Anna dengan Joe Han, agar Gita Wen, Putrinya mendapatkan perhatian Nick Wu, pria populer di sekolah Anna.
Nick Wu, orangtuanya karyawan tetap perusahan besar jadi banyak orangtua suka menjodohkan putrinya dengan Nick. tetapi Gita selalu merasa tidak percaya diri, karena selalu kalah populer dengan Anna, yang selalu menjadi primadona nomor satu, sedangkan dirinya harus puas dengan sebutan nomor dua. Belum lagi rumor beredar Nick diam-diam menyukai Anna.
Cerita sekolah ternyata sudah sampai ke telinga bibi Dina, sehingga pagi-pagi begini bibi Dina sudah provokasi hubungan Anna dan Joe, "Apa kau tak ingin berangkat dengan Joe?" kejar bibi Dina, karena hanya melihat Anna masih diam.
Anna akhirnya menggelengkan kepalanya, "Sepedaku baik-baik saja, untuk apa menumpang."
Wajah bibi Dina terlihat tidak senang, "mengapa kau tidak menyukai Joe, bukankah dia siswa yang baik, ayah ibunya juga baik suka memberikan pinjaman untuk ibumu, dan—"
"Mengapa tak meminta Gita saja berangkat dengan Joe?" potong Nana yang tiba-tiba datang dan meninggalkan cuci piringnya begitu saja, mulai tidak tahan dengan provokasi bibi Dina terhadap putrinya, dia keluar menunjukan ekspresi tidak senang
Bibi Dina hanya memberi senyum garis, berpura-pura tidak terkejut melihat Nana yang keluar dengan tangan yang terlipat di dada. Biasanya sepagi ini, hanya ada Anna, ibunya tidak pernah terlihat di pagi hari. Ibunya biasa pulang selalu terlambat, dan bangun siang karena bekerja di klab malam.
"Ibu, aku berangkat dulu," —pamit Anna pada ibunya, lalu pamit pada bibi Dina —"Bibi, aku berangkat dulu."
"Iya hati-hati di jalan," seru Nana segera mengikuti ke pintu, dan melihat Anna naik sepeda dengan baik menuju sekolahnya, dan tentu saja Joe terlihat mengayuh mengikuti Anna pula.
"Eh, tunggu, Dina!" Nana memanggil dengan suara nyaring, bibi Dina yang baru saja akan kembali kerumahnya, hanya berbalik dan memandang,dan ujung mulutnya naik mencibir pakaian minim Nana Su. Sepagi ini masih menggunakan gaun malam, apa tidak malu, padahal suami tidak punya.
"Ada apa? " ketus bibi Dina terlihat tidak senang akan panggilan itu. Terdengar sangat tidak sopan.
Nana bersikap dingin, dia tidak peduli dengan ekspresi bibi Dina yang suram.
"Jangan mencoba lagi masuk kerumahku, dan berusaha menjodohkan anakku. Urus saja anakmu sendiri!" peringat Nana tak kalah ketus. Tangannya tersilang di dada, dengan raut angkuh.
Dina menggoyangkan bahunya ke belakang, keberanian dari mana seorang yang jauh lebih muda memperingatinya, jika di lihat dari umurnya, Nana pasti melahirkan Anna di saat usianya masih sekolah, dia pun segera menyidir.
"Hei, seharusnya kau bersyukur, aku membantumu mencarikan jodoh untuk anakmu. Agar dia tidak memiliki nasib malang sepertimu, apa kau tak malu pulang selalu pagi? apa anakmu akan mendapat jodoh yang baik, kau saja seperti itu!" cemoh bibi Dina, membuat wajah Nana berubah menjadi hitam.
Nana maju beberapa langkah dan ingin merobek wajah tetangganya, namun sedetik kemudian, dia bisa menahannya namun isi mulutnya menampar bibi Dina, " Jangan memikirkan jodoh anakku, pikirkan saja jodohmu sendiri, karena kulihat suamimu sering mengedipkan mata untukku, apa dia menyukaiku?"
Ujung dagu Nana mengarah sosok pria yang baru saja keluar dari rumahnya. Bibi Dina ikut menoleh ke belakang, dia melihat Fredy Wen, suaminya tengah duduk di teras depan rumah, dengan secangkir kopi yang terlihat masih mengepul.
Bibi Dina menggigit bibirnya, tangannya membentuk tinju, tubuh Nana memang sangat indah seperti gadis muda, sedangkan dirinya lebar dua kali lipat daripada Nana, jadi dia merasa benar-benar ancaman, tetapi dia menolak untuk percaya.
"Suamiku tidak akan menyukai gadis malam. Jikapun ada yang menyukaimu, mengapa kau tidak meminta mereka menikahimu, kasian Anna sudah lama tidak punya ayah."
Plak!
Nana tidak tahan, jadi akhirnya dia menampar duluan. Bekas lima jari tercetak jelas di pipi bibi Dina, bibi Dina memiliki mulut tajam, tetapi dia pengecut memukul balik, jadi dia hanya pergi menangis dan mengadu pada suaminya. Tetapi suami bibi Dina , tidak menggubris, dia hanya pura-pura kembali menikmati kopi pagi, namun ujung matanya melirik Nana yang kembali masuk rumah.
Bibi Dina diam-diam mengikuti ujung mata suaminya, dia marah seketika dan melemparkan cangkir kopi ke tanah.
Nana hanya tertawa mengintip dari balik jendela. Apalagi drama teriakan-teriakan suami istri terlihat konyol. Ketika namanya di ungkit-ungkit, dan mulai disebutkan, Nana langsung menutup gorden. dia sangat kesal dan merasa tersindir.
Nana selalu di cap wanita murahan. Hal ini menyakitkan hati.
Padahal di bar , pekerjaanya hanya waiters bukan gadis malam seperti yang mereka bayangkan. Tetapi karena Nana tidak tamat sekolah menengah atas, karena hamil diluar nikah, dia berhenti sekolah. Jadi, kini semua pekerjaan sangat terbatas untuk dirinya.
Memikirkan nasib Anna, putrinya takut di rendahkan karena dirinya yang bekerja di bar, Nana memutuskan mencari pekerjaan baru. dia memutuskan untuk menjadi assiten rumah tangga saja, mengikuti jejak Yuna, ibu Joe
Nana mulai browsing lowongan pekerjaan sebagai asisten rumah tangga, banyak menawarkan gaji yang tidak sesuai. Mencari lagi dan mencari lagi, akhirnya dia mendapatkan lowongan yang sangat menarik minatnya.
Kediaman keluarga Ruan, mencari asisten rumah tangga tambahan. Gajinya juga sangat besar. Nana langsung berminat, apalagi mengingat Yuna memiliki ekonomi yang lebih baik setelah bekerja di sana.
Nana segera menyiapkan berkas lamaran kerjanya.
...****************...
Anna dan Joe masih berada di lima puluh meter dari sekolah mereka. Tetapi desakan-desakan jalan sudah penuh dengan siswa-siswi yang mengantri dan berebut mengambil mawar merah.
Jadi, mereka sepenuhnya tidak memasuki gerbang sekolah, karena jalan masuk ditutupi antrian panjang yang menerima mawar.
"Eh, ada Anna! di situ A—" seru seseorang tiba-tiba, sekejap semua orang yang sudah memegang bunga mawar, segera berlari menuju Anna dan berdiri mengantri memberikan mawar segar untuk Anna.
Anna berdiri kebingungan. Karena, satu demi satu siswa-siswi sekolahnya pergi memberi bunga mawar merah ke tangan Anna. Tembakan, yang sangat romantis.
"Mengapa kalian memberi aku bunga?" tanya Anna bingung menangkap tangan Lusia—teman sekelasnya.
Lusia naik berjingkit, membisiki Anna, "Seorang pria tampan yang membagikan uang saku perorang, jika memberikan bunga mawar merah ini untukmu kembali."
Mendengar ini, Anna menjadi tersipu. Wajahnya langsung memerah, baru kali ini ada siswa yang menghambur uang untuknya, dan sangat romantis memberikan mawar dengan cara seperti ini.
Apa ini Nick Wu? tidak mungkin, Nick tidak akan mempunyai uang dadakan seperti ini.
...----------------...
16 Mei 2020
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Inggri
😊
2021-06-27
0
☄dimpi3 🀄š🌕
tuan muda ruan pastinya 😊
2021-03-13
4
Reni Budiman
senyum" sndri
2021-02-24
0