Kekasih Tuan Muda Ruan
"Sakit!"
Rintihan keras terdengar di gedung belakang sekolah. Anna Su, baru saja menyelesaikan piket kelasnya hari ini, dan tanpa sengaja dia mendengar rintihan itu ketika dia akan pulang melewati gerbang belakang dengan sepedanya.
Anna menjadi sangat kasihan mendengar teriakan-teriakan kesakitan itu, apalagi sekolah sudah sangat sepi, suara mengaduh itu terdengar tidak asing dan makin menggema di telinga Anna.
Terketuk untuk menolong, Anna pergi mencari asal suara. Sepasang kakinya berjalan mengikuti lorong, makin dekat menuju suara yang mengaduh-ngaduh. Ternyata suara itu berasal belakang sekolah, tampak seorang siswa laki-laki berseragam asing tengah menendang tanpa ampun, menghajar kuat seorang siswa laki-laki yang mengenakan seragam yang sama dengan dirinya, Joe Han.
Anna memindai seragam siswa asing itu terlihat sangat berkelas dan familier, sepertinya siswa nakal itu dari kalangan sekolah elite.
Anna segera mendekat, mengikis jarak di antara mereka, dan ketika korban di impit ke dinding, wajahnya terlihat jelas. Anna segera mengenal siswa laki-laki yang di aniaya, Joe Han—teman sekelasnya, dia tidak bisa diam begitu saja, berteriak segera, "hentikan! aku akan memberitahu guru."
"Lepaskan, Joe Han!" peringat Anna keras lagi, sampai siswa asing itu malah pergi menempatkan tinjunya ke tembok, berani sekali seorang siswi meneriakinya. Keberanian dari mana? dari langit. Tetapi, sepasang matanya melompat senang, mendapatkan targetnya seorang siswi.
Joe yang melihat Anna datang membelanya, malah bertambah takut dan merinding terhadap sorot mata sang penindas. Kalau begini, hukumannya akan terus bertambah, dia menatap ke Anna, "Anna, pergilah, aku memang pantas dapat hukum—"
Satu tumit menabrak keras perut Joe, membuat Joe tidak mampu menyelesaikan kalimatnya.
Anna menjadi lebih kasihan, dia bertambah marah karena siswa asing ini menindas teman baiknya, "Jangan khawatir Joe, aku akan menolongmu."
Siswa nakal itu tanpa sadar tersenyum miring. Seorang siswi rendahan ingin melawannya, dan menjadi pahlawan. Manarik minatnya, apalagi suaranya terdengar manis di telinganya.
Anna tidak takut dan tidak ciut, dia segera berlari pergi melompat ke punggung siswa asing itu dan menggigitnya bahunya dengan sangat keras, tangan halusnya melingkar menekan leher sepertinya ingin mencekik, namun Anna cukup waras, untuk tidak mengeluarkan tenaga yang banyak, dia hanya ingin menggertak, agar siswa nakal ini melepas temannya.
"Arg...,"rintih pendek karena kejutan yang datang, dia tidak pernah menyangka akan ada orang yang berani menggigitnya, siswa nakal itu berusaha menahan sakitnya gigitan, dan cengkraman Anna, jika bukan seorang siswi, mungkin dari tadi, dengan satu kali hentakan, dia akan menjatuhkan ke tanah. Tetapi, karena seorang siswi, dia tidak tega pergi memukul, jadi dia hanya bisa menerima dan menahan rasa sakitnya untuk sementara waktu.
Joe hidup dalam kebingungan sebentar melihat adegan sangat cepat di depan mata. Siapa yang harus dia pihak, Anna—teman baiknya, tetapi siswa laki-laki ini, anak majikan tempat ibunya bekerja. Pilihan sangat sulit. Tetapi satu mangkok nasi, tetap sajalah paling utama.
Memilih menyelamatkan pekerjaan ibunya, Joe dengan kuat menarik Anna turun dari punggung anak majikan, "hentikan Anna, yang salah aku, bukan Tuan muda Ruan."
"Anna, ini bukan salah Tn.Ethan Ruan...." Joe meringis.
Anna mengira Joe hanya sedang ketakutan, Anna meludah ke tanah sebentar, karena rasa amis di dalam mulutnya, ah... giginya sangat tajam mencabik rupanya, tiba-tiba hatinya sangat tidak nyaman. Melihat ke punggung siswa asing yang terlihat sangat suram, aura hitam terasa di kukus dalam perapian.
Seragam siswa nakal itu sedikit terkoyak di area gigitan, dan cap merah terlihat menodai seragamnya yang bewarna putih. Tercetak jelas, sedikit prihatin, namun juga tidak merasa bersalah, "Maaf, kita sudah impas. Jadi lepaskan Joe."
Pria muda bernama Ethan Ruan menahan emosinya, dan berbalik melihat siswi yang berani menggigit bahunya seperti anjing yang lapar. Diluar dugaanya, siswi dari kelas kalangan rendah ini menyimpan wajah megah kota yang memikat mata Ethan untuk pertama kalinya. Cantik, putih bersih dan indah seperti bunga lily putih. Menyukai keberaniannya, dan keindahannya.
Anna juga terpaku sebentar. Siswa nakal ini memiliki wajah terlihat seperti Dewa Perang, tampan dan gagah padahal umurnya baru belasan tahun, fitur lima indera wajahnya terlihat sangat sempurna dan bisa menembus benteng pertahanan semua hati siswi-siswi sekolah.
"Mengapa melihat padaku? kau terpesona padaku... hmm... siswi miskin seperti kalian, pasti sangat lapar melihat wajahku!" Ethan mendekatkan dirinya, Anna masih terpaku bingung, apalagi Ethan kembali menghardik Joe, "Pulang, dan kerjakan PR ku lagi."
Kerjakan Pr.
Anna mencibir karena siswa asing ini pergi memukul hanya meminta Joe untuk mengerjakan PR-nya. Sangat bertindak seperti boss. Anna ingin pergi mengumpat, namun Joe memberi isyarat dengan jari yang menempel di bibirnya, agar Anna tidak menambah masalah, dan Joe cepat menjawab, "Baik, Tuan muda Ruan, saya akan mengerjakan dengan benar."
Joe terlihat sangat penurut, dan gampang ditindas. Anna benci pengecut.
Joe yang sudah mendapat pengampunan, segera membungkuk hormat mengucapkan terima kasih, sebelum pergi dia teringat dan kembali ke Anna dan seakan meluruskan masalah, "Jangan salah paham dengan Tuan muda Ruan, yang salah adalah aku."
Setelah menyelesaikan kalimatnya, Joe lari seperti seorang pengecut, meninggalkan Anna pada Ethan begitu saja.
Anna terus berpikir Joe pasti sangat terancam, korban yang tidak berani menunjuk wajah asli Ethan—si pembully.
Anna mencibir dengan bibirnya ketika Ethan menatapnya. Tatapan itu sangat aneh. Kelakuan siswa asing ini berbalik terbalik dengan wajahnya. Wajahnya sangat tampan, tetapi sifatnya sangatlah jongkok, seperti ini tidak pantas di lihat lama-lama, dia berbalik dan akan pergi dengan berpura acuh-tidak acuh, mengabaikan Ethan, namun siswa nakal itu tidak berniat membiarkannya pergi.
"Hei, tunggu, berbalik kembali!" peringat Ethan agar Anna berhenti di tempatnya. Anna tidak peduli, dia mengeratkan menggendong tasnya, dan berjalan seperti orang tuli. Biar berpuluh kali, Ethan memanggilnya, dia tetap berpura-pura telah kehilangan fungsi telinganya. Tidak bisa mendengar.
Ethan sangat kesal, sekaligus berdecak-decak senang, seorang siswi berani mahal di depannya, seorang siswi berani tidak memberi muka, dia segera berlari mengejar, mendapatkan dan mencekal tangan siswi itu. Kulitnya terasa halus di tangan Ethan, sesuatu menjalar aneh di benak Ethan, dia suka kehalusan tangan ini. Padahal ini bukan pertama kalinya, dia memegang tangan seorang gadis, bahkan dia sudah memiliki banyak kekasih sebelum-belumnya. Hanya saja kali ini terlihat tidak peduli padanya.
Sangat berbeda, bisa membuat detak jantung Ethan pergi melompat-lompat, dup—dup—dup.
Ethan memejamkan matanya, tekinganya tajam mendengar suara jantungnya sendiri, suaranya seperti lupa ritma dan tidak beraturan hanya karena sepasang mata indah itu menyoroti dengan kejam, dan ingin menggigit lengannya lagi. Ini sangat menggemaskan.
Ethan lebih siap kali ini, jadi dia menghardik lebih dulu, "Siswi miskin, jangan melukai orang bersalah lagi. Apa kau tak punya malu? sudah melukaiku, padahal yang salah itu Joe."
Anna melotot, disebut tidak memiliki rasa malu, dia mencibir dan membantah dengan telunjuk yang dia angkat ke udara menunjuk wajah tampan Ethan, "Kau yang penindas, aku melihat sendiri, kau menakuti Joe Han."
Cengkraman tangan Ethan lebih kuat dan sangat ketat melingkar salah satu tangan Anna, wajahnya terlihat tidak senang, rahangnya keras, bibirnya menghardik, "Apa kau tidak dengar? apa yang di katakan Joe? jadi aku tidak salah."
"Kau harus minta maaf padaku!" hardik Ethan dengan suara nyaring, dia mencengkram dengan penuh kekuatan, membuat Anna meringis sakit dan ingin menangis, seorang siswa kehidupan langit, ingin mencelakainya.
Sepasang mata berkaca, bibir keriting, menjadi sorot prihatin Ethan. Selanjutnya, melihat bibir Anna terlihat keriting seperti mi, meringis karena pergelangan tangannya sangat sakit. Apa dia ingin menangis? Ethan mrngamati ekspresi lagi dan lagi.
Bibir kecil bewarna merah muda meringis seperti mi keriting. Sangat kasian. Tetapi terlihat sangat menggoda dan bagus di mata Ethan.
Ethan sadar, segera mengurangi kekuatan tangannya, namun mengulangi kehendaknya lagi dalam satu kalimat, "Ayo, minta maaf padaku, dan berlutut, setelah itu aku akan melupakanmu."
Minta maaf dan berlutut!
"Tidak sudi!"
Jawaban Anna mengejutkan Ethan, suara ketus gadis itu memekakan telinganya, dan hitungan detik gadis itu berusaha menghempas tangan Ethan, namun sia-sia. Tangan Ethan seorang karateka sabuk hiitam, kekuatan Anna tidak bisa menggertaknya, kecuali giginya. Gigi Anna sangat tajam. Runcing seperti milik anjing liar.
"Kau akan menyesal, jika aku membalasmu!" hardik Ethan mengejar masalah, dan senyum garis datar terlihat licik dan jahat. Tentu saja, ada yang incar kini, dia tidak akan memukul, dan tidak akan menggigit kembali.
"Coba saja gigit aku kembali, jika kau bera—"
Cup!
Belum selesai kalimat Anna, bibir Ethan sudah menempel sekilas, rasanya dingin namun sangat sebentar. Anna lari linglung sebentar, tiga detik selanjutnya melotot marah dan berteriak, "mengapa kau menciumku?"
***
Kamis,14 Mei 2020
By.Eouny Jeje
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Za_
semangat terus kak🌹❤️
2021-08-15
1
Inggri
😊
2021-06-21
1
Bawi Dayak
Mantap Thor... 🤩
2021-04-09
2