Linka terjaga sepanjang malam. Mana bisa ia tidur setelah melihat dengan mata kepalanya sendiri seseorang mati karena nya. Oke, yang menembak Marvel tapi bukankah dirinya juga yang menjadi penyebab kematian Jaxon.
Gadis itu hanya terbaring di ranjang dengan wajah pucat pasi dan mata sembab karena menangis sebab semalam Marvel bersikap kasar kepada dirinya membuat Linka ketakutan sampai pagi ini.
"Aku hanya ingin membantumu. Tapi aku sudah membunuh Jaxon dan membuatmu dalam bahaya sekarang. Jadi kau harus tetap tinggal di sini atau keluarga Jaxon akan mengincarmu!"
Linka mengingat kembali ucapan Marvel semalam. Kalimatnya terus terngiang-ngiang di kepalanya. Jadi sekarang, keluarga Jaxon tengah mengincar dirinya? Apa ia kembali saja ke desa tempat tinggalnya saat kecil agar menjauh dari Marvel sekaligus keluarga Jaxon. Apa itu bisa membantu?
Gadis itu menghela nafas seraya memejamkan mata. Tidak, sepertinya keluarga Jaxon bukan orang sembarangan juga.
Linka hanya merasa jika Marvel hendak membantunya. Tidak seharusnya pria itu menjadikan dirinya istri.
Apa sebenarnya Marvel juga ingin mempermainkan dirinya atau mungkin menyiksanya? Ah ribuan pertanyaan sekalipun tidak ada yang bisa Linka jawab, itu hanya menambah beban pikirannya saja.
Linka perlahan bangun dari ranjang, kakinya melangkah membawa gadis itu keluar dari kamar.
Ketika keluar kamar. Ia merasa mansion yang besar ini sangat sepi.
Dimana kamar si pria kejam itu? Dimana kamar Madam?
Linka mencoba menuruni anak tangga dan mendapati seorang pria tengah berjoged dengan alunan musik di dapur. Satu tangan nya memegang sandwich dan tangan yang lain tengah mengaduk-ngaduk sesuatu di gelas. Sepertinya teh.
Linka menaikan alisnya mencoba kembali menuruni anak tangga untuk menghampiri pria itu.
"Aaaaaaa ..." Pria itu menjerit ketika berbalik membuat gelas di tangan nya pecah. Ia terhentak kaget dengan kedatangan gadis bermata sembab dan berwajah pucat di depannya.
Linka melebarkan mata melihat pria tersebut.
"Astaga kau mengagetkanku saja!" Seru nya dengan menghela nafas panjang dan mengeluarkannya perlahan. Ia mengelus dada nya sendiri yang hampir jantungan.
"Ada apa hah? Kau mengangguku saja!"
Linka menelisik penampilan Marvel dari atas sampai bawah. Kaos abu-abu dengan gambar gitar dan celana pendek. Rambutnya berantakan seperti baru bangun tidur.
Perasaan semalam Marvel terlihat rapih dengan celana hitam panjang dan kemeja. Ah. Linka tidak tahu kalau pria di depannya bukan Marvel.
"Hei, kau!"
Dia berdecak. "Malah melamun. Kau kenapa datang kemari? Dimana seragam mu?"
"S-seragam?" Linka menaikan alisnya tidak mengerti.
Melvin mengangguk-ngangguk. "Ah aku tau. Pasti kau pelayan baru lagi di sini. MADAM ..." Melvin berteriak memanggil madam.
"Pelayan?" Gumam Linka benar-benar di buat bingung.
"MADAM!"
"Ya ya di sini ... ada apa sih?" Madam Jeni berjalan menuju dapur. Kali ini dia memakai kebaya berwarna biru dengan rambut di sanggul dan asessoris rambut menempel di sangulnya. Bentuknya bunga biru agar senada dengan warna kebaya nya.
"Ada apa sih Melvin?" Tanya nya lalu matanya beralih menatap Linka.
"Kau kenapa di sini?" Tanya Madam Jeni kepada Linka.
"Ya madam. Kenapa pelayan ini ada di sini? Ini kan dapur khusus!" Seru Melvin.
"T-tunggu ... madam tadi bilang dia siapa?" Linka menunjuk Melvin.
"Melvin? Bukankah semalam Madam bilang namanya Marvel?"
Melvin melebarkan matanya menatap Linka. Baru dengar ada pelayan memanggil Marvel nama tanpa menyebutnya Tuan Marvel.
"Linka, ini Melvin. Adik Marvel. Melvin, ini calon kakak iparmu."
"APA?!" sahut keduanya bersamaan dengan mata membulat tak percaya.
Mereka berdua saling menatap dan menilai penampilan masing-masing.
Pantas saja Linka merasa aneh, Marvel yang rapih semalam sangat berubah pagi ini. Ternyata dia Melvin.
"K-kau calon kakak iparku? Apa tidak salah Madam?" Melvin kembali menatap Madam meminta penjelasan.
"M-Maksudku bukan soal penampilan. Ini soal Marvel yang dekat dengan perempuan. Dari kapan? Kenapa aku tidak tau?"
"Aku bukan calon kakak iparmu!" seru Linka.
"Loh?" Melvin pun semakin tidak mengerti. Pria itu menatap bergantian Linka dan Madam Jeni.
Madam Jeni mendengus kasar seraya menggaruk keningnya.
"Kau tanya lah kakak mu Melvin. Kalau Madam yang menjelaskan gadis ini tidak akan terima," sahut Madam Jeni menoleh ke arah Linka sejenak lalu kembali menatap Melvin.
"Dan kau Linka. Belajar membedakan Marvel dan Melvin, oke? Karena mereka kembar identik. Jangan sampai salah kamar setelah menikah nanti."
"T-tapi Madam ---"
"Sudah, ke meja makan sekarang." Madam Jeni pergi meninggalkan Linka dan Melvin.
Ini kesempatan untuk Linka meminta bantuan kepada Melvin.
"Hei begini, biar aku yang menjelaskan. Semalam aku hampir di jual oleh kakak ku di rumah bordil lalu Marvel datang membantuku dan membawaku ke sini. Dan ... dan ..." Linka ragu untuk mengatakan Marvel membunuh Jaxon di rumah bordil.
"Rumah bordil?" Ulang Melvin. "Astaga kau pela--"
"Bukan!" Potong Linka cepat. "Aku sudah bilang aku di jual oleh kakak ku!"
"Oke, tapi dari mana kau mengenal Marvel atau Marvel mengenalmu?"
"Sebelum aku di bawa ke rumah bordil itu. Di jalan aku hampir menabrak mobil dia. Dia menanyakan nama, alamat dan nomor ponselku. Lalu aku juga tidak tau kenapa dia tiba-tiba ada di rumah bordil," sahut Linka memberi penjelasan.
Melvin berdecak lalu menggosok dagu nya dengan jari telunjuk dan Ibu jarinya mencoba berpikir.
"Kemungkinan yang pertama dia ke rumah bordil memang untuk menyewa gadis di sana atau kemungkinan yang kedua dia memang berniat membantumu. Kalau yang pertama, aku sedikit ragu!" seru Melvin kemudian menatap Linka.
"Tau darimana aku di rumah bordil?" Tanya Linka.
"Tau lah. Kau kan memberikan nomor ponselmu. Tinggal lacak saja, mudah," sahut Melvin.
"Oke kita lupakan soal itu. Sekarang, bisakah kau membantuku keluar dari sini?" Tanya Linka.
"Aku?" Melvin menaikan alisnya seraya menunjuk dirinya sendiri kemudian menggelengkan kepala. "Yang membawamu ke sini Marvel. Mana bisa aku yang mengeluarkanmu dari sini."
"Hei ayolah ... aku tidak mau menikah dengannya!" Linka memohon dengan merapatkan kedua tangan nya.
"Li ... Li ... Li siapa namamu tadi?" Tanya Melvin.
"Linka."
"Ah iya Linka. Hati-hati dengan pecahan gelas itu ya ..." seru Melvin mengalihkan pembicaraan dengan menunjuk pecahan beling dari gelasnya yang jatuh tadi.
"Aku sarapan dulu. Bye ..." Melvin berjalan melewati Linka. Linka berbalik dan berteriak memanggil Melvin dengan kesal.
Gadis itu mendengus kasar kemudian celengak-celingkuk memperhatikan sekitar. Sepertinya Marvel sudah pergi ke meja makan atau masih di kamarnya. Gadis itu memutuskan untuk kabur dari mansion.
Si*lnya ketika di pintu utama banyak penjaga yang berlalu-lalang di halaman mansion. Seketika Linka menghentikan langkahnya.
Ia kembali menoleh ke belakang, haruskah ia kembali masuk dan pergi ke meja makan atau berlari secepat mungkin melewati para penjaga.
"Ish bagaimana ini." Linka menggaruk kepalanya frustasi.
Gadis itu menyipitkan matanya kala melihat Melvin tengah mengobrol dengan salah satu penjaga di sana. Mereka mengobrol sambil merokok.
"Melvin sudah ganti baju saja. Bukankah dia tadi pergi ke meja makan," gumam nya.
"Sarapanmu bukan di sini!"
Linka terhentak kaget dan menoleh ke belakang lalu mendapati Marvel tengah berdiri di belakangnya dengan kedua tangan di masukan ke saku celana.
Linka menelisik penampilan Marvel dari atas sampai bawah. Ya, dia yakin pria di depannya ini Marvel sebab pakaiannya rapih memakai kemeja biru dongker dan celana hitam.
"A-aku hanya mencari udara segar," sahut Linka terbata menahan kegugupannya takut Marvel tahu niat Linka sebenarnya yang hendak kabur.
"Kamarmu ada balkon. Kenapa harus ke sini?"
"Aku ... Aku tidak bisa membuka pintu balkon nya." Linka beralasan.
"Tinggal di geser," sahut Marvel dengan wajah dingin nya.
Linka menggaruk keningnya seraya menunduk sejenak mencari alasan yang lain kemudian kembali menatap Marvel. "Ah pantas saja hehe. Tadi aku mendorongnya jadi tidak terbuka."
"Pergi ke meja makan!" titah Marvel tidak mau membahas alasan Linka yang Marvel tahu Linka berbohong.
Linka mengangguk pelan. Tidak mau membantah takut kejadiaan semalam terulang lagi.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Kurnaesih
meski jarang komen tp aku sllu suka like tour crita nya sllu bagus💖💪💪👍
2022-12-30
0
Mr.VANO
menarik ceritany thor
2022-11-05
0
Dapur Athan
seru berbau mafia
2022-09-18
0