Kemarahan Marvel

"Bawa gadis itu!" Titahnya kepada Madam Jeni.

Dengan pakaian kebaya dan heels di kaki serta rambut di sanggul, madam Jeni berlari menghampiri Linka yang masih bergeming di tempat.

"Ayo sayang, ikut madam."

Linka menatap pria yang sudah tak bernyawa di bawah kakinya. Wajahnya berubah menjadi pucat pasi.

"Hei sayang ayo ikut madam ..." ulang Madam Jeni mencoba menarik tangan Linka.

Linka menghempaskan tangan Jeni. "A-aku tidak mau ..." ia menggelengkan kepala takut.

"Aku tidak mau ... dia pembunuh ..."

"Tuan membantumu sayang," sahut Madam Jeni.

Linka menatap Lutfi yang berdiri juga menatap ke arahnya. Sementara Marvel sudah tidak ada di meja itu. Entah kapan pria itu pergi.

"Kak ..." lirihnya.

Ketika hendak menghampiri Lutfi, Madam Jeni spontan mengangkat tubuh Linka di pundaknya seperti karung beras. Lutfi melebarkan mata melihat itu.

"Lepaskan! Lepaskan!" Teriak Linka.

Madam Jeni berjalan membawa Linka pergi. Semua orang di buat terbelalak. Bagaimana bisa seorang wanita berkebaya dan bersanggul mengangkat tubuh seorang gadis dengan entengnya.

Ah, mereka yang ada di rumah bordil tidak tahu jika Madam Jeni sebenarnya adalah pria.

"Linka ..." seru Lutfi untuk terakhir kalinya sebelum akhirnya Linka berhasil di bawa pergi oleh Madam Jeni.

Madam Jeni memasukan paksa Linka ke dalam mobil sebab Linka terus memberontak. Untung saja Madam Jeni lebih kuat dari Linka.

Madam Jeni menutup pintu mobilnya lalu masuk ke balik kemudi.

"Nyonya tolong lepaskan saya ..." lirih Linka yang duduk di belakang.

"Panggil saja aku madam, Jeni ini bukan nyonyamu," sahut madam Jeni menatap Linka di spion depan.

Di perjalanan Madam Jeni yang tengah mengemudi sesekali menatap Linka dari spion depan.

Dari tadi Linka terus terisak. Dalam hatinya Linka bertanya-tanya. Bagaimana hidupnya setelah ini, kemana ia akan pergi. Kebahagiaan atau penderitaan yang akan Linka jalani.

Sebab benak Linka hanya bisa menebak penderitaan yang ada dalam hidupnya sekarang. Dan lagi, mayat Jaxon terbayang-bayang di benak Linka. Baru kali ini Linka melihat kepala seseorang di tembak di depan matanya. Bahkan masih ada sedikit darah Jaxon di wajahnya setelah tadi Linka membersihkan wajahnya dengan punggung tangan.

"Berhentilah menangis, itu semua tidak akan menyelesaikan masalah. Kau harus menurut kepada perintah Tuan Marvel, dia tidak suka di bantah!"

Dengan berlinang air mata Linka beralih menatap Jeni yang juga menatap dirinya di spion.

"Siapa namanya? Marvel?"

Madam Jeni mengangguk.

"Nama dan sikapnya sama-sama buruk!" Gerutu Linka dengan masih menangis tersedu-sedu.

Madam Jeni menahan tawa nya sebab dalam keadaan menangis gadis di belakangnya masih bisa mengumpat kesal kepada Marvel.

Pintu gerbang terbuka ketika Madam Jeni menekan tombol otomatis di sisi stir.

Linka ternganga sampai mulutnya terbuka setengah melihat mansion yang besar dan begitu mewah dengan air mancur di tengah-tengah halaman mansion.

Empat pelayan berlari tergopoh-gopoh ketika melihat mobil masuk ke halaman. Seperti biasa mereka akan berjajar di teras depan menyambut kepulangan Tuan nya.

Ya, Tuan nya sebab mereka tidak tahu jika di mobil itu tidak ada Marvel.

Ketika Madam Jeni keluar dengan seorang gadis. Ke empat pelayan wanita itu mengernyit heran. Dimana Tuan nya.

Tapi mereka tidak banyak bertanya, bahkan tidak berani menanyakan siapa gadis yang di bawa Madam Jeni.

Madam Jeni memegang tangan Linka agar tidak kabur kemudian membawanya masuk ke mansion.

Setiap kakinya berjalan selangkah demi selangkah, tak henti-hentinya Linka terpukau dengan suasana mansion di dalamnya.

Lampu yang begitu terang dengan lampu gantung yang sangat besar di tengah-tengah. Sofa yang besar dan kelihatan nyaman, hiasan yang membuat ruangan terlihat begitu elegan dan meja makan yang panjang dan banyak kursi di dapur.

"Ayo Madam tunjukan kamarmu ..." Madam membawa Linka ke atas menuju kamar yang sudah di siapkan.

Ketika membuka pintu kamar untuk Linka. Linka mematung di depan pintu.

Oke, kamar untuknya memang bagus dan besar dengan nuansa warna putih dan coklat. Tapi, kehidupan seperti apa yang menyambut dirinya di dalam kamar itu. Apa kejadian yang sama bersama Jaxon tadi akan terulang?

"Ayo masuk, kenapa diam di sana?" Madam Jeni kembali menarik tangan Linka.

"Kau bisa istirahat di sini. Jangan bertanya kepada Madam tentang kehidupanmu selanjutnya, oke? Karena Madam tidak tau apa-apa. Tanya saja kepada Tuan Marvel."

Madam Jeni hendak keluar dari kamar itu tapi langkahnya terhenti dengan pertanyaan Linka.

"Bagaimana dengan Jaxon?"

Madam Jeni kembali berbalik. "Tidak perlu cemas. Dia tidak akan menganggumu lagi."

"Bukan itu maksudku. Dia mati karena aku! Aku harus apa? Aku merasa takut dan merasa bersalah seseorang mati karena aku!"

"Kenapa merasa bersalah ih? Aneh deh! Yang nembak kan Tuan Marvel. Urusannya dengan Tuan Marvel, kau tenang saja cantik jangan banyak berpikir."

"Kenapa kau seakan-akan tidak perduli dengan nyawa seseorang?!"

"Kalau Madam dan Tuan Marvel perduli dengan nyawa seseorang dan tidak boleh membunuh si tampan Jaxon, itu artinya kau sekarang tidak ada di mansion ini. Tubuhmu mungkin sudah di nikmati dia tau! Ih gimana sih!" Jeni memutar netra nya malas karena merasa Linka tidak tahu terimakasih.

Linka sendiri merasa Jaxon dan Marvel tidak ada bedanya. Sama-sama kejam.

"Tapi dia ---"

"Berhenti berdebat!" Seru seseorang masuk ke kamar itu membuat Linka tidak meneruskan kalimatnya.

Siapa lagi kalau bukan Marvel. Pria itu berjalan dengan wajah angkuhnya, memasukan kedua tangan nya ke saku celana menghampiri dua manusia yang tadi berdebat itu.

"Keluar madam!" Seru Marvel tanpa menatap Madam Jeni karena kedua matanya tengah menatap intens gadis di depan nya yang kini mundur ketakutan.

Madam Jeni menundukkan kepala sejenak lalu berjalan melenggak-lenggok keluar dari kamar dan menutup pintu rapat.

"B-berhenti!"

"Berhenti aku bilang berhenti!"

Marvel menghentikan langkahnya. Linka yang cemas menghela nafas berusaha tenang melihat mimik wajah Marvel yang menakutkan padahal saat pertama kali bertemu di jalanan gara-gara hampir menabrak mobil pria itu. Wajah Marvel tidak seangkuh ini.

"Kenapa kau membawaku ke sini?" Tanya Linka.

"Aku sudah berperikemanusiaan seperti yang kau mau, bukan? Bukankah kau memang butuh tempat tinggal?"

"A-aku ..."

"Kau berharap tinggal di mansionku sebagai pembantu ..." potong Marvel ketika Linka hendak berbicara.

Linka terdiam karena ucapan Marvel itu fakta. Dia memang butuh tempat tinggal.

"Jadi kau membawaku ke sini untuk menjadikanku pembantu? Begitu Tuan? Kalau iya, saya sangat senang. Saya berjanji akan bekerja keras di sini," seru Linka dengan semangat menggebu-gebu dan senyuman yang kini terlukis di wajahnya.

Marvel menaikan alisnya dengan tersenyum miring melihat wajah antusias gadis di depannya ini.

"Tapi apa pembantu di sini di tempatkan di kamar yang besar seperti ini?" Tanya nya kemudian seraya mengedarkan pandangan nya menatap kamarnya yang luas.

"Aku tidak menyuruhmu menjadi pembantu!"

"Lalu?" Linka kembali menatap Marvel dengan menaikan alisnya.

"Kau harus menikah denganku."

Mata Linka sontak membulat sempurna. "APA?!"

"K-kau bercanda kan?"

"Tidak!" Sahut Marvel dengan wajah tenangnya.

"Dengar ya. Aku tidak mau menikah denganmu!" Geram Linka menunjuk wajah Marvel.

"Pernikahan adalah sikap berperikemanusiaan dariku untukmu. Kau punya tempat tinggal dan keluarga. Bukankah selama ini kau berjuang sendiri karena kakakmu sibuk main judi? Dan pernikahan juga bentuk ganti rugi darimu kepadaku karena kau mobilku sampai rusak!"

["A-apa?" Linka ternganga dengan penjelasan dari Marvel. Bentuk ganti rugi? Ia pikir Marvel berbesar hati untuk merelakan mobilnya yang rusak.

"Apa kau gila? Apa pernikahan itu permainan? Aku tidak akan mau menikah denganmu. Dengan seorang pembunuh sepertimu!" Ujar Linka dengan penuh penekanan dan mata nyalang nya menatap Marvel penuh kebencian.

Melihat tatapan itu membuat rahang Marvel mengeras seketika. Ia benci bantahan, ia benci penolakan dan ia benci mata gadis itu yang seakan menantang dirinya.

Marvel menghela nafas kasar mencoba meredam amarahnya. Tapi Linka malah semakin membuatnya marah.

"Dari pada aku tinggal di mansion neraka ini lebih baik aku tinggal di jalanan!"

Linka berjalan melewati Marvel sampai akhirnya perkataan Marvel menghentikan langkahnya seketika.

"Kau lebih suka di gil*r pria di luar sana yang tidak kau kenali? Atau lebih suka jadi bahan jaminan judi kakakmu?"

Linka memejamkan matanya sejenak menahan kekesalan. "Itu bukan urusanmu Tuan! Permisi!"

Linka memutar-mutar knop pintu. Dahi nya mengkerut, apa pintu kamar sengaja di kunci dan seseorang membiarkan dirinya bersama Marvel.

Linka menggedor-gedor pintu kamar tersebut. "Madam buka! Madam!" Teriaknya.

"Jangan merusak pintuku dan membuat ganti rugi mu semakin tinggi ..." seru Marvel yang berbalik menatap Linka.

"Apa maumu? Kenapa kau melakukan ini?" Tanya nya dengan mata yang kini berkaca-kaca.

"Aku hanya ingin membantumu. Tapi aku sudah membunuh Jaxon dan membuatmu dalam bahaya sekarang. Jadi kau harus tetap tinggal di sini atau keluarga Jaxon akan mengincarmu!"

Linka memutus jarak antara mereka. Dia berjalan mendekati Marvel. "Jaxon mati karenamu! Dan aku dalam bahaya juga karena mu! Semua masalah ini ada karena dirimu!!" Sentak Linka dengan air mata yang keluar dari pelupuk matanya.

Dadanya terasa sesak ketika tangan nya menyeka air matanya sendiri. Sementara pria di depannya masih memasang wajah datar.

"Jika kau tidak ikut bersamaku dan Jaxon masih hidup. Selamanya kau akan jadi buah n*fsu nya dia!"

"Aku tidak bisa memilih karena kau dan Jaxon tidak ada bedanya. Aaaarghh!" Dengan amarah besar Linka mendorong dada Marvel penuh kebencian sampai pria itu mundur beberapa langkah.

"Berhenti berdebat dan tidurlah. Aku harus mengurus pernikahan kita."

Ketika Marvel melengos pergi melewati Linka. Linka yang sudah tidak bisa menahan kekesalannya lagi mengambil lampu tidur di nakas dan.

PRANG

Dia melemparnya ke kepala Marvel. Seketika lampu tidur tersebut pecah di lantai.

Marvel terdiam kemudian tangan nya terulur perlahan menyentuh kepalanya. Ia merasakan sesuatu yang basah di kepalanya dan ternyata itu darah.

Marvel mengepalkan tangan nya yang berlumuran darah. Rahangnya berubah mengeras, wajahnya memerah, ia memejamkan matanya sejenak mencoba untuk tidak marah.

Sebab jika Marvel sudah marah semuanya akan kacau.

Si*lnya Marvel tidak bisa. Ia sudah mencoba menahan amarahnya tapi pria itu malah berbalik dengan menatap tajam Linka.

Linka mundur dengan kaki gemetar ketika wajah Marvel berubah begitu menyeramkan dan membuatnya merinding seketika. Matanya begitu nyalang menatap dirinya, alisnya seperti burung elang yang hendak menangkap mangsanya.

Melihat pria itu berjalan ke arahnya, Linka hendak berlari tapi Marvel segera mencekal tangan gadis itu, mengangkat tubuhnya dan membantingnya ke ranjang.

Linka langsung beringsut menjauh dengan menangis. Ia menggelengkan kepala. "Jangan mendekat! Jangan mendekat!" Lirihnya dengan nada gemetar.

Pria itu naik ke ranjang, menarik kaki Linka agar mendekat ke arahnya lalu menindih tubuh kecinya.

Di cekalnya leher Linka dengan kuat, pria itu berbicara penuh penekanan di sela-sela giginya yang geram. "Aku sampai harus berurusan dengan Kartel untuk membantumu! Karena membantumu juga aku pun dalam bahaya! Dan kau tidak berterimakasih sama sekali!"

Uhuk uhuk.

Linka memukul-mukul lengan Marvel karena ia tidak bisa bernafas.

"L-lepaskan ... a-aku tidak bisa bernafas ..." wajah Linka memerah akibat pasokan udara yang kurang dari tubuhnya.

Marvel melepaskan cekalan di lehernya dan berdiri menjauh. Linka bangun dan menepuk-nepuk dada nya sendiri. Ia mencoba mengambil nafas sebanyak-banyaknya, di tangan pria ini dia hampir mati.

Melihat Linka seperti itu membuat Marvel bergeming seketika. Dia sedikit merasa bersalah tapi di sisi lain gadis di depannya ini membuatnya murka dengan melempar lampu tidur ke kepalanya.

"Kau akan mendapatkan ini lagi jika kau membuatku marah!" Seru Marvel lalu keluar dari kamar tersebut untuk mengobati kepalanya.

Bersambung

Kalau lama Up salahin editor NT aja ya 😅 ini saya udah up dri pagi msih review terus. Hrusnya siang dah up lagi bab selanjutnya. Tp bab pertama masih kya gini huh.

Terpopuler

Comments

Mr.VANO

Mr.VANO

seru ceritany

2022-11-05

0

Novianti Ratnasari

Novianti Ratnasari

harus nya Linka berterima kasih am Magma udh di sekamatkan dri Jaxton.

2022-09-08

0

lid

lid

αku jugα kєѕєl ѕєkαlí...lσ ѕαmα línkα íní huuu hαruѕnчα вíαrín díα jαdí pєmuαѕ nαfѕσ jαхσn g uѕαh díntσlσng

2022-09-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!